Kamis, 30 November 2017

4 Perkara Untuk Kebaikan Dunia Akhirat



Dari Syeikh Ibrahim bin Adham : "Aku telah banyak bergaul dengan kebanyakan para wali Allah, mereka memberi wasiat pada kami, yaitu: "Jika kalian pulang kepada anak dunia (manusia) maka berikan mereka 4 perkara :

1. Siapa yang banyak makan, niscaya dia tidak akan mendapatkan kelezatan dalam ibadah.
2. Siapa yang banyak tidur, niscaya dia tidak akan mendapatkan keberkahan pada umurnya.
3. Siapa yang tidak rela meninggalkan keridhaan manusia, niscaya dia tidak akan mendapat keridhaan Allah.
4. Siapa yang banyak berbicara hal-hal yang tidak berfaedah dan sia-sia maka dia tidak akan keluar dari dunia dengan Iman."



4 perkara yang akan membawa seseorang kepada Maqam Muqarrabin (Dekat dengan Allah) walaupun sedikit ilmu dan amalannya :

1. Lemah lembut (Kasih sayang dan pemaaf).
2. Dermawan (Memberi walau tidak diminta).
3. Baik budi pekertinya.
4. Tawadhu’ (Rendah hati).

4 waktu yang harus dimiliki oleh seseorang dalam kesehariannya :

1.Waktu untuk bermunajah (Mengadu kepada Allah).
2.Waktu untuk bermuhasabah (Intropeksi diri).
3.Waktu untuk duduk dengan ulama, menolongnya dan mengambil nasehat darinya atau menuntut ilmu darinya.
4.Waktu untuk menyendiri dan bertafakkur tentang kelezatan dan nikmat pada sesuatu yang halal (dibolehkan) dan indahnya karunia yang Allah berikan kepada kita.

Wallahu a’lam.
Kitab Syarah Ayyuhal Walad
(Syafiq mujahid)

Artikel Asli

Selasa, 28 November 2017

5 Hari Raya Bagi Orang Yang Beriman



قال الإمام انس بن مالك رحمه الله : " للمؤمن خمسة أعياد :

Berkata Imam Anas bin Malik: 'Bagi orang beriman ada 5 hari raya':

 كل يوم يمر على المؤمن ولا يكتب عليه ذنب فهو يوم عيد،

Setiap hari yang telah lewat dan tidak tertulis atasnya dosa, maka itu adalah hari raya

اليوم الذي يخرج فيه من الدنيا بالإيمان فهو يوم عيد،

Hari yang keluar didalamnya dari dunia dengan iman, maka itu adalah hari raya

واليوم الذي يجاوز فيه الصراط ويأمن أهوال يوم القيامة فهو يوم عيد،

Dan hari yang melewati didalamnya Shirot dan aman dari semua kengerian dihari kiamat, maka itu adalah hari raya

واليوم الذي يدخل فيه الجنة فهو يوم عيد،

Dan hari yang masuk didalamnya kepada surga, maka itu adalah hari raya

واليوم الذي ينظر فيه إلى ربه فهو يوم عيد.

Dan hari yang melihat didalamnya kepada Allah SWT, maka itu adalah hari raya


Ikhlas Terdiri Atas Tiga Tingkatan :



فإخلاص العوام: هو إخراج الخلق من معاملة الحق مع طلب الحظوظ الدنيوية والأخروية كحفظ البدن والمال وسعة الرزق والقصور والحور.
1.IKHLAS AWAM, yaitu berbuat karena Allah semata, namun masih menginginkan bagian dunia dan akhirat, seperti kesehatan, kekayaan, rizki yang melimpah , dan juga kemegahan di surga serta bidadari;

وإخلاص الخواص: طلب الحظوظ الأخروية دون الدنيوية.
2.IKHLAS KHAWAS, yaitu hanya menginginkan bagian akhirat tanpa memperdulikan bagiannya di dunia;

وإخلاص خواص الخواص: إخراج الحظوظ بالكلية، فعبادتهم تحقيق العبودية والقيامُ بوظائف الربوبية محبة وشوقاً إلى رؤيته،
3.IKHLAS KHAWASUL KHAWAS, yaitu melepaskan seluruh keinginan atau bagian kesenangan serta balasan dunia dan akherat, persembahan mereka semata-mata hanya untuk merealisasikan ubudiyah sekaligus melaksanakan hak dan perintah Ke-Tuhanan (Rububiyah), karena cinta dan rindu untuk melihat Allah SWT.



Dalam kitab minhajul abidin terdapat permasalahan yaitu : Banyak masyayikh yang mengamalkan surat waqiah sewaktu dilanda kesulitan, mereka membaca Al-Quran yang termasuk amalan akhirat tapi dengan menghendaki dunia, apakah tidak termasuk riya'?

Imam ghazali menjawab bahwa tujuan mereka adalah dunia yang digunakan untuk kebaikan, mengajarkan ilmu, menolak ahli bid'ah, membela kebenaran, mengajak-ngajak manusia menuju ibadah, dan mempermudah ibadah.

فَهَذِهِ كُلُّهَا إرَادَاتٌ مَحْمُودَةٌ لَا يَدْخُلُ شَيْءٌ مِنْهَا فِي بَابِ الرِّيَاءِ ؛ إذْ الْمَقْصُودُ مِنْهَا أَمْرُ الْآخِرَةِ بِالْحَقِيقَة
Ini semua adalah keinginan / tujuan yang terpuji yang tidak masuk kedalamnya sesuatupun dari unsur riya'. Karena harta dunia (yang dicari dari surat waqiah) hakikatnya adalah berorientasi akhirat.
Hal ini berlandaskan pada hadits shahih; "innamal a'mal bin niyyaat " yang dijabarkan dalam sebuah hadits :

كم من عمل يتصور بصورة الدنيا فيصير من أعمال الآخرة بحسن النية, وكم من عمل يتصور بصور الآخرة فيصير من أعمال الدنيا بسوء النية
Berapa banyak amal yang berbentuk amal dunia tetapi menjadi amal akhirat karena baiknya niat dan berapa banyak amal yang berbentuk amal akhirat tetapi jadi amal dunia belaka karena jeleknya niat.

3 Hal Yang Disuka Di Dunia



Suatu hari Nabi Muhammad SAW duduk bersama para sahabatnya di masjid Nabawi lalu beliau ditanya :

"Apa yang engkau sukai dari dunia ini wahai  Rasulullah?"

Beliau Menjawab : “Aku mencintai tiga hal dari dunia ini :
1. Wangi-wangian
2. Wanita
3. Dan Sholat menjadi cahaya mataku ."

Maka berkata Sayyidina Abu Bakar As-shiddiq r.a :
"Dan saya ya rasulallah, Aku suka dari dunia ini 3 perkara :
1. Duduk dan dekat dengan mu ya Rasulallah
2. Memandang wajahmu ya Rasulallah
3. Mengeluarkan harta ku untuk Mu ya Rasulullah ."



Maka berkata Sayyidina Umar bin Khattab r.a :
"Dan saya ya rasulallah, 3 perkara yang aku suka di dunia :
1. Berkata yang benar
2. Amar ma'ruf
3. Nahi munkar ."

Berkata pula Sayyidina Ustman bin Affan :
"Dan saya ya rasulallah, yang aku sukai di dunia ini ada 3 hal :
1. Menebar salam
2. Memberi makan
3. Sholat di malam hari di waktu manusia tidur ."

Dan Sayyidina Ali juga berkata :
"Dan saya ya rasulallah, 3 hal yang aku sukai di dunia :
1. Memuliakan tamu
2. Berpuasa di musim panas
3. Memukul orang kafir dengan pedang ."

Berkata pula Abu dzar :
"Dan saya ya rasulallah, 3 perkara yang aku sukai di dunia :
1. Lapar
2. Sakit
3. Mati ."

Kemudian Rasulullah bertanya :
"Kenapa demikian wahai Abu Dzar?? "

Abu Dzar menjawab :
"Aku suka lapar untuk melembutkan hatiku.
Aku suka sakit untuk meringankan dosaku.
Dan Aku suka mati untuk bertemu Tuhanku."

Dan saat itu turunlah malaikat Jibril as dan berkata :
"Dan saya ya rasulallah, Aku suka di dunia ini 3 perkara:
1. Cinta fakir miskin
2. Menyampaikan wahyu
3. Walhamdulillahi robbil alamin ."

Kemudian malaikat Jibril naik ke langit dan turun lagi ke bumi dengan sekejap mata & berkata :

Sesungguhnya Allah SWT mengucapkan salam kepadamu dan Allah SWT berkata :
"Sesungguhnya yang Allah suka pada dunia kalian ini 3 perkara :

1. Hati yang bersyukur
2. Lisan yang yang berdzikir
3. Tubuh yang sabar dalam ketaatan dan sabar akan ujian ."

Minggu, 26 November 2017

Jagalah Lidah Kita



Saudaraku, ucapan kita ini seperti anak panah, begitu lepas dari busurnya, ia akan melesat cepat tanpa bisa ditarik kembali, kemudian menemui sasaran lalu tertancap dengan kuat. Jika pun anak panah itu dilepas kembali, ia akan meninggalkan bekas. Jika bekas itu ditutupi hingga rapi, bekas itu tidak akan hilang.

Dalam salah satu hadits, Rasulullah SAW. bersabda, "Sesungguhnya ada seseorang di antara kalian yang mengucapkan suatu perkataan yang diridhoi Allah, padahal dia sendiri menganggapnya tidak begitu penting, tapi karena ucapannya itu Allah memberi keridhoan baginya sampai hari di mana ia menghadap Allah pada hari kiamat. Dan, ada seseorang di antara kalian yang mengucapkan suatu perkataan yang dibenci oleh Allah, padahal dia sendiri menganggapnya tidak begitu penting, tetapi karena perkataannya itu, Alloh mencatat kemurkaan baginya sampai hari di mana ia menghadap Allah pada hari kiamat." (HR. Tirmidzi)



Hadits ini mengingatkan kita untuk selalu sadar atas apa yang kita ucapkan, karena setiap kata-kata yang terlontar dari lisan kita akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Jangan sampai kita menganggap remeh celetukan-celetukan yang kerap kita lontarkan, karena bisa jadi celetukan-celetukan yang kita anggap remeh tersebut itulah yang mengundang murka Allah.

Simaklah baik-baik hadits-hadits mulia ini,
Semoga kita bisa menjaga lisan kita karena lisan sangat berbahaya jika tidak terkontrol.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya ada seseorang yang berbicara dengan satu kalimat, ia tidak menganggapnya berbahaya, dengan sebab satu kalimat itu ia terjungkal selama tujuh puluh tahun di dalam neraka.” [HR. Tirmidzi]

Jika kita bisa menjaga lisan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menjamin surga kepada kita. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya, niscaya aku menjamin surga baginya.” (HR. Bukhari)

Awal Mula Kedatangan Habib Umar bin Hafidz Di Indonesia



Ketika Al-Allamah Al-Habib Anis bin Alwi Al-Habsyi (Solo) menghadiri Maulid Akbar di Anisah, Seiwun tahun 1993, beliau bertemu dengan Al-Quthub Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf (Jeddah) dan Al-Musnid Al-Habib Umar bin Hafidz yang kala itu menyertai mertuanya, Al-Arifbillah Al-Habib Muhammad bin Abdullah Al-Haddar (Mufti Baidho).

Pada pertemuan penuh berkah tersebut, Habib Anis berkata, "Aku ingin anak kita, Umar berkunjung ke Indonesia untuk mengingatkan sejarah Salaf kita dan apa yang mereka miliki. Aku ingin anak-anak kita mengetahuinya."



Habib Abdul Qadir kemudian berkata kepada Habib Umar bin Hafidz, "Wahai Umar, bulatkan tekadmu, bangkit dan bertawakalah kepada Allah! Habib Muhammad Al-Haddar juga berkata, "Persiapkan dirimu dan berangkatlah. Kami sungguh mengkhawatirkan sejarah Salaf kita. Sampaikanlah kepada mereka agar mengingat Salaf dan keluarganya, karena itu yang akan menyampaikan mereka kepada Allah."

Maka tahun itu juga, berangkatlah Habib Umar bin Hafidz untuk pertama kalinya ke Indonesia. Beliau datang bersama Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri (Abu Dhabi) dan Habib Muhammad bin Ali bin Abdul Qadir Al-Habsyi (Seiwun) saat Haul Imam Ali bin Muhammad Al-Habsyi di Solo.

Semua biaya akomodasi ditanggung pribadi oleh Habib Anis.
Perlu diketahui bahwa awal mula kedatangan Habib Umar bin Hafidz ke Indonesia atas prakasa Habib Anis ini bukan saja batu loncatan dakwah beliau di Indonesia, namun di seluruh dunia.

Karena ini merupakan rihlah dakwah pertama beliau ke luar negeri. Dari Indonesia, memancarlah ilmu dan cahaya beliau ke seluruh dunia, hingga Habib Umar memiliki murid hampir di setiap negara saat ini.

Sumber LInk Asli

Kisah Sahabat Abdullah bin Atik RA



            Suku Aus dan Khazraj adalah dua suku yang selalu bermusuhan semasa jahiliah. Ketika cahaya Islam menyinari dan menghilangkan permusuhan mereka, sikap saling bersaing tidak bisa hilang begitu saja. Hanya saja persaingan mereka kini dalam menunjukan bakti dan perjuangan serta pembelaan kepada Nabi SAW dan Islam.

Ketika Suku Aus yang diwakili Muhammad bin Maslamah dan teman-temannya berhasil membunuh musuh Islam, Ka'b bin Asyraf, seorang tokoh yahudi yang sering menghasut dan menyakiti orang-orang Islam, Suku Khazraj berusaha untuk bisa "mengimbangi" prestasi tersebut. Mereka teringat pada Abu Rafi Sallam bin Abu Huqaiq, tokoh Yahudi yang tinggal di Khaibar, yang juga sangat memusuhi Nabi SAW dan orang muslim lainnya. Mereka meminta ijin kepada Nabi SAW untuk membunuhnya, dan beliau mengijinkannya.

Lima orang dari Bani Salimah dan Bani Aslam, yakni Abdullah bin Atik, Mas'ud bin Sinan, Abdullah bin Unais, Abu Qatadah Harits bin Rib'i dan Khuzai bin Aswad R.hum berangkat ke Khaibar untuk melaksanakan tugasnya. Nabi SAW menetapkan Abdullah bin Atik sebagai pimpinan rombongan tersebut, dan beliau melarang membunuh wanita dan anak-anak.


Mereka tiba di benteng Abu Rafi ketika matahari telah tenggelam, dan pintu benteng hampir ditutup. Ibnu Atik berkata kepada teman-temannya, "Tetaplah kalian disini, aku akan menyiasati penjaga pintu gerbang agar aku dibolehkan masuk!"

Abdullah bin Atik duduk tak jauh dari pintu gerbang dan menutupi dirinya dengan kain seolah-olah sedang buang hajat, sementara orang-orang telah masuk semuanya. Melihat masih ada orang di luar, penjaga itu berteriak, "Hai hamba Allah! Jika engkau hendak masuk, segeralah, karena aku akan mengunci pintu ini!"


Ibnu Atik segera saja masuk dan bersembunyi. Ketika penjaga telah berlalu, ia mengambil kunci yang ditaruh pada sebuah kayu pancang dan membuka pintu benteng sehingga teman-temannya bisa masuk. Mereka mendatangi rumah Abu Rafi, tetapi masih ada tamunya. Ketika tamu itu pulang, mereka memasuki rumah dan menuju kamar Abu Rafi yang berada di lantai atas. Setiap melalui pintu, mereka menguncinya sehingga akan mempersulit bantuan kalau mereka ketahuan.
Ketika sampai di kamarnya, keadaan sangat gelap sehingga sulit diketahui dimana Abu Rafi berada. Ibnu Atik berinisiatif memanggil namanya. Abu Rafi balik bertanya, "Siapa itu?"

Abdullah bin Atik segera saja menebaskan pedang ke arah suara itu. Terdengar jeritan, tetapi tampaknya itu belum membunuh tokoh Yahudi tersebut. Ia diam-diam keluar kamar, sesaat kemudian masuk lagi seolah-olah datang untuk membantu. Ia berkata, "Suara apa yang tadi aku dengar, wahai Abu Rafi!"

"Celakalah ibumu," Kata Abu Rafi, "Barusan ada lelaki yang memukulku dengan pedang!"
Kali ini posisinya cukup dekat, mereka berlima memukulnya beberapa kali, dan terakhir menusuk perut Abu Rafi hingga tembus ke belakang. Setelah itu mereka segera keluar dari kamar dan rumah tersebut, tetapi Ibnu Atik kurang hati-hati sehingga terjatuh ketika menuruni tangga, betisnya retak dan ia membalutnya dengan sorban.

Beberapa saat kemudian orang-orang berkumpul ke rumah Abu Rafi karena adanya keributan, dan mereka mendapati salah satu tokohnya telah mati. Istri Abu Rafi menceritakan apa yang terjadi, ia juga sempat berkata, "Saat itu aku mendengar suara Ibnu Atik, tetapi aku menafikannya. Apa mungkin Ibnu Atik ada disini?"

Mereka berlima tidak langsung kembali ke Madinah, tetapi menunggu sampai pagi di luar dinding benteng untuk meyakinkan diri bahwa tokoh yahudi itu sudah mati. Ketika seseorang telah mengumumkan kematian Abu Rafi, mereka segera pulang. Tiba di Madinah, saat itu Nabi SAW sedang berdiri di atas mimbar, beliau langsung menyambutnya dengan bersabda, "Wajah-wajah yang telah memperoleh kemenangan!"

"Wajah engkau juga memperoleh kemenangan, Ya Rasulullah!!" sahut mereka.
Nabi SAW meminta pedang-pedang mereka untuk memastikan kematian musuh Allah tersebut, dan beliau bersabda, "Benar, ia telah mati, ini ada bekas makanannya di bagian mata pedang!!"
Nabi SAW mengusap kaki Ibnu Atik yang sakit, dan seketika itu sembuh.

Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa mereka berlima mengklaim dirinya yang membunuh Abu Rafi. Setelah memeriksa pedang-pedang mereka yang masih membekas darahnya, Nabi SAW menyatakan pedang Abdullah bin Unais yang membunuhnya, karena ada bekas sisa makanannya.

sumber link asli

Kisah Sahabat Amru bin Murrah al Juhaini RA



            Amru bin Murrah RA berasal dari Bani Rifaah dari kabilah Bani Juhainah. Pada masa jahiliah, ketika sedang berhaji di Makkah bersama jamaah dari bani Juhainah, ia bermimpi melihat cahaya keluar dari Ka'bah. Cahaya ini menerangi gunung-gunung di Yastrib dan Asharu Juhainah, dan dari cahaya itu keluar suara, "Kegelapan telah sirna digantikan cahaya terang benderang, penutup para Nabi telah diutus."

            Kemudian ia melihat lagi cahaya keluar dari Ka'bah, kali ini tampak istana-istana di Hiirah (Yaman), dan putihnya istana-istana di Madain (Persia/Iran). Dari cahaya itu juga keluar suara, "Islam telah menang, berhala-berhala telah dihancurkan dan silaturahmi telah dijalin."



Setelah itu Amru terbangun dari mimpinya dengan ketakutan, ia merasa akan terjadi sesuatu dengan kaum Quraisy, yang membuat goncang istana-istana di Yaman dan Persia. Ketika kembali ke perkampungan bani Juhainah, ia mendengar berita tentang seorang lelaki yang mengaku sebagai Nabi. Ia segera melacak kebenaran berita tersebut, yang akhirnya membawa langkahnya menuju Madinah. Saat bertemu Nabi SAW, ia menceritakan mimpinya tersebut, dan dengan gembira Nabi SAW berkata. "Selamat datang wahai, Amru…"

Nabi SAW menjelaskan risalah Islam dengan panjang lebar kepada Amru, dan menyerunya untuk memasuki agama Islam. Tanpa ragu lagi Amru menyambut seruan beliau, ia mengucapkan kalimah syahadat dan berba'iat untuk menjalankan ajaran-ajaran Islam.

Amru memohon ijin Rasulullah SAW untuk mendakwahi kaumnya dan beliau mengijinkannya. Sayangnya hanya beberapa orang saja yang menyambut seruannya. Ada satu orang yang membantahnya dengan keras, bahkan menganggapnya murtad, pendusta, dan memecah belah kaumnya. Atas sikap permusuhannya yang begitu keras, Amru berkata, "Seorang pendusta, salah satu di antara aku atau engkau akan dimusnahkan oleh Allah, dikelukan lidahnya, dan dibutakanlah matanya…."

            Lelaki tersebut mati beberapa waktu kemudian. Sebelum kematiannya, mulutnya menjadi hancur sehingga ia tidak bisa menikmati makanan apapun, matanya buta dan akalnya juga rusak.

Kisah Sahabat Abdullah bin Hudzaifah As Sahmi RA



          Dalam suatu pertempuran melawan orang-orang Romawi, Abdullah bin Hudzaifah as Sahmi tertangkap oleh pasukan musuh bersama beberapa orang Islam lainnya. Pasukan Romawi menyiapkan wajan tembaga besar yang diisi oleh minyak yang mendidih. Tawanan muslim ditawari untuk masuk agama Nashrani, jika menolak, ia akan dilemparkan. Beberapa orang telah menjadi syahid karena tidak sudi menjual keimanan dan keyakinannya.

Ketika tiba pada giliran Abdullah bin Hudzaifah, dengan tegas dia menolak permintaan mereka. Tetapi ketika dia diangkat untuk dilemparkan, tetapi tiba-tiba Abdullah menangis. Panglima Romawipun berkata, "Ia telah gentar dan menangis, kembalikan !"

Tetapi kemudian Abdullah berkata, "Jangan kalian pikir aku menangis karena takut dengan apa yang kalian perbuat. Tetapi aku menangis karena aku hanya mempunyai satu nyawa, yang aku persembahkan kepada Allah. Aku berharap mempunyai nyawa sebanyak rambutku, dan kau paksa aku, dan kau lakukan seperti itu satu persatu pada semua nyawaku."


Sang panglima begitu terkejut dan takjub dengan ucapan Abdullah, sehingga ia bermaksud melepaskannya, ia berkata pada Abdullah, "Ciumlah kepalaku, dan aku akan melepaskanmu!"
Abdullah menolak. Tetapi penolakannya tersebut tidak membuat sang panglima marah, tetapi malah menambah kekagumannya. Ia berfikir, alangkah baiknya jika orang seperti Abdullah bin Hudzaifah dengan kepribadian yang begitu mengagumkan tersebut menjadi saudaranya atau menjadi orang dekatnya. Sang panglima berkata lagi, “Masuklah ke dalam agama Nashrani, akan kunikahkan kau dengan putriku, dan kuberikan separuh dari kekuasaanku."

Abdullah tetap menolak. Karena sudah berniat untuk melepaskannya, sang panglima berkata lagi, "Ciumlah kepalaku, dan akan kubebaskan engkau dan delapan puluh temanmu yang masih kutawan."
Kali ini Abdullah menerima tawaran tersebut. Ia mencium kepala sang panglima dan kemudian pulang kembali ke pasukannya beserta delapanpuluh orang temannya. Peristiwa tersebut terjadi pada zaman Khalifah Umar bin Khaththab.

Sekembalinya ke Madinah, ia menceritakannya kepada Umar. Umar begitu takjub dengan peristiwa ini dan ia berkata, "Wajib bagi orang muslim yang hadir saat ini untuk mencium kepada Abdullah, dan aku orang pertama yang akan melakukannya…."

            Umar bangkit dari duduknya dan mencium kepala Abdullah, diikuti oleh kaum muslimin lainnya yang hadir saat itu.           

Jumat, 24 November 2017

Kalam Ajaran Nasehat Kanjeng Sunan Kalijaga



1. Urip Iku Urup (Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat kepada orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik, tapi sekecil apapun manfaat yang dapat kita berikan, jangan sampai kita menjadi orang yang meresahkan masyarakat). .

2. Memayu Hayuning Bawana,Ambrasta dur Hangkara(Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak). .

3. Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti(segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar


4. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha (Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan)



5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan(Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu)


6. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman(Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut; Jangan mudah kolokan atau manja)


7. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman(Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi). .


8. Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka(Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah;Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka). .


9. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo(Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat). .

10. Aja Adigang, Adigung, Adiguna(Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti).

Mengingat Kembali Pepadah Abah Guru Sekumpul


Jadi kita ini ungut-ungut mentafakkurkan diri ini. Masalah sembahyang ja kita banyak yang tetinggal, waktu lagi muda-muda kita sembahyang sekehandak, sekarang sudah tuha, alangkah bagusnya waktu siang dan malam yang kosong di-isi'i dengan meng-QODHO sembahyang, dari mulai Subuh Zhohor Ashar Maghrib Isya, tinggalkanlah Qobliyah Ba'diyah, sebab banyak sholat-sholat kita itu yang kada soh, ada kalanya karena wudhunya kada bagus bahari, ada kalanya karena bacaan kurang fasih bahari, ada kalanya karena thuma'ninah ketinggalan sembahyang yang bahari, ada kalanya karena kurang khusyu atau tidak khusuyu sama sekali. Ini menghajatkan taubat, yaitu di Qodho sembahyang-sembahyang yang dahulu itu tadi.

Demikian puasa, banyak puasa kita yang rusak dengan mengupat orang dan sebagainya. Seyogyanya taubatnya itu, walaupun puasa jua tiap bulan, tapi hendaklah kita itu bayar fidyah 1 harinya selitar baras diserahkan kepada jiran yang susah untuk kifarat daripada puasa kita yang tidak sempurna itu.


Ini sangat penting kepada kita, sebab kita ini hidup kada belawasan, memarai kubur, nang anum-nang tuha sama nang dimarai kubur. Biar beundur bejalan tetap bemara jua, bemara ke kubur, nang penting itu kita ini beusaha karena diberi akal untuk menyelamatkan masing-masing diri kita.
Kalau dosa terhadap makhluk : minta halal minta maaf minta ridho, minta ampun, artinya mengaku salah kemudian jangan lagi banyak bergaul, harus luzumul-buyuut (banyak dirumah, admin), kecuali perlu baru keluar rumah karena taubatnya memang benar. Tetapi kalau taubatnya tetaubatan, itu masih seimbang antara dirumah dengan keluar dari rumah. Kalau seimbang, keluar rumah 12 jam-dirumah 12 jam-itu belum sempurna taubatnya, apalagi 20 jam bergaul+4jam ja dirumah sudah kada seimbang.

Urang nang bertaubat daripada dosa dipergaulan, caranya melepas akan tempat dosanya itu, yaitu digaulan tadi, harus menjauhi gaulan, kepada orang lain JANGANLAH JAHAT SANGKA, bahkan hendaklah mendoakan kepada orang itu supaya taubatnya itu diterima oleh Allah, karena dia sudah sadar bahwa selama bergaul menambah dosa. Jalannya mengurangi majlis-majlis dosa tadi, pergaulan td

Sumber :https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1657310974333780&set=ms.c.eJwFwYENACAMArCPDIiA~_~%3B~_xtYwrYvok9eMwTs2gvYKxchcGrw~-~-.bps.a.1574517439279801.1073741856.100001646798783&type=3&theater

Rabu, 22 November 2017

6 Kalam Habib Umar Bin Hafidz Untuk Keselamatan Dunia Akhirat



1. Carilah guru yang bisa "membawamu" kepada Allah SWT. Guru tidak sekedar menjadi mudarris, namun juga sebagai murobbi, yang bisa mengantarkan kita kepada Allah SWT. Hilang berbagai hijabmu dengan Allah SWT, tebal kema'rifatanmu, sebagaimana para sahabat yang memandang wajah teragung Baginda Nabi Muhammad SAW.

2. Ciri ulama' akhirat salah satunya ialah mereka yang mau memelajari kitab-kitab karangan Imam Al Ghozali, Imam Al Haddad, dan Imam Abdul Wahhab Asy Sya'roni. Sebaliknya, ulama' dunia adalah mereka yang menolak untuk memelajari kitab-kitab ketiga Imam besar itu.

3. Tazkiyyatun nafs itu sangat diperlukan untuk keselamatan kita dalam beragama. Hanya orang-orang ikhlas dalam beragama sajalah yang diselamatkan Allah SWT dari berbagai kesesatan.



4. Sadarlah, kalian semua dimandatkan oleh Allah SWT untuk berdakwah, mengajak orang-orang untuk beriman dan mentaati Allah SWT. Apalagi gunanya ilmu kalian jika setelah kalian dapatkan tidak untuk berdakwah mengajak orang-orang kembali kepada Allah SWT?? Jangan main-main, tugas dakwah itu benar-benar dipikulkan Allah SWT kepada kalian. Tentunya jika kalian sadar, kalian akan lebih bersemangat berdakwah, karena "sedang mendapat tugas agung nan mulia dari Allah SWT".

5. Sesungguhnya para syetan ingin menghalangi kalian dari memelajari ilmu agama, dengan membisikkan provokasi takut miskin. Sebaliknya, para syetan mengajak kalian dengan janji-janji manis untuk meninggalkan ilmu agama dengan lebih memilih ilmu dunia agar kaya. Tolaklah bisikan bodoh itu, atau penyesalan abadi akan menimpamu. Rizqi sudah ditentukan. Dunia ini sementara, dan akhirat kekal abadi.

6. Jadikan kamar rumah kalian terhubung dengan kamarnya Rasulullah SAW. Juga jadikan rumah kalian sebagai panggungnya Rasulullah SAW, jangan jadikan rumah kalian sebagai panggung hiburan musuh-musuhnya Allah SWT.

3 Hal Yang Diperhatikan Dalam Mensucikan Hati



Didalam islam sangat di anjurkan untuk mensucikan diri dari perbuatan keji dan kemaksiatan dan juga dianjurkan pula untuk mensucikan hatinya dari penyakit hati yaitu sum'ah hiri dengki takabur dan sombong oleh kerena Al Habib Zein bin Ibrohim bin Sumaith berkata dalam pembersihan hati dan mensucikan hendaknya 3 hal yang diperhatikan yaitu :



1. Sedikit makan dan harus dengan yang halal, sehingga hati menjadi bersinar

2. Meninggalkan duduk-duduk dengan orang-orang yang tidak baik, sehingga kepribadiannya terjaga

3. Merasa bahwa ajal selalu mengintai, sehingga mencapai derajat kaum arifin

Memperhatikan kebersihan dan kesucian hati sangatlah penting, karena hatilah yang dipandang oleh Allah SWT

Orang yang hatinya paling bersih adalah orang yang paling ahli dalam ibadahnya

Sucikanlah hatimu dari segala kotoran, sehingga engkau dapat menggapai segala kebaikkan setiap saat.

(Kalam Al Habib Zein bin Ibrohim bin Sumaith)

Selasa, 21 November 2017

Wasiat Habib Umar bin Hafidz



Aku akan menyampaikan kepada kalian 3 wasiat. Hendaknya kalian memiliki hubungan dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dengan petunjuknya dan kesungguhan kita untuk dibangkitkan bersama beliau pada hari ketika wajah seorang hamba digelapkan atau dicerahkan.

Adapun wasiat pertama berupa bacaan
Bacalah kalimat Hasbiyallahu wa ni’mal wakiil sebanyak 7 kali di pagi dan petang hari. Dengan mengamalkan kalimat tersebut, kita akan mendapatkan curahan anugerah dari Allah Ta’ala.

Hal ini disandarkan pada sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Barang siapa membaca
حسبي الله لا اله الا هو عليه توكلت وهو رب العرش العظيم ‘Hasbiyallah laa ilaha illa huwa ‘alaihi tawakkaltu wa huwa Rabbul ‘Arsyil ‘azhim (Surat at-Taubah [9]: 128)’ sebanyak tujuh kali di pagi dan petang hari, pastilah Allah Ta’ala mencukupkan baginya apa-apa yang menyusahkannya.”

Hafalkanlah kalimat ini. Ajarkan kepada keluarga dan sahabat-sahabatmu dengan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini.



Wasiat kedua berupa perbuatan (amal)

Jagalah shalat fardhu lima waktu, dan janganlah kalian shalat kecuali dengan berjamaah. Barang siapa senantiasa mendirikan shalat lima waktu secara berjamaah, sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat, niscaya Allah Ta’ala akan memenuhi daratan dan lautan dengan pahala.

Wasiat yang ketiga berupa suluk (adab) -
Hendaklah kalian mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Nabi kalian (Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) dengan cara memalingkan pandangan yang disukai oleh para musuhmu. Dan pandangan yang disukai oleh musuh-musuh kalian (setan dan bala tentaranya dari golongan jin dan manusia) Menjauhi pandangan yang diharamkan oleh Allah dan perbanyak melihat pandangan yang di cintai Nabi, SAW.

Tolaklah tipuan mereka. Tipuan mereka itulah sehina-hinanya tipuan. Tidaklah masuk tipuan mereka ke dalam diri kalian, kecuali (tipuan itu) mencelakakan, menzalimi, dan membuat diri kalian menjadi gelap. Maka tolaklah semua tipuan mereka ini dan jagalah diri kalian.

(Habib Umar bin Hafidz)

Sumber : http://majelisalmunawwarah.blogspot.co.id/2017/09/3-wasiat-habib-umar-bin-hafidz.html

Kisah Sahabat Ikrimah bin Abu Jahl RA



            Saat Fathul Makkah, Ikrimah bin Abu Jahl berusaha melarikan diri karena takut dengan pembalasan, akibat kerasnya sikap permusuhan yang dilakukannya kepada kaum muslimin. Di pesisir Tihamah, ia menaiki sebuah kapal yang akan membawanya ke daerah Yaman. Nakhkoda kapal terus mengatakan kepadanya agar ia menyucikan dirinya, ketika ditanyakan tentang apa yang harus dilakukannya, sang nakhkoda berkata, "Ucapkanlah kalimat Laa ilaaha illallaah."
"Tidak ada yang menyebabkan aku melarikan diri dari negeriku, kecuali dari kalimat tersebut," Kata Ikramah.

Nakhkoda tetap berkeras, kalau tidak, ia tidak akan membawanya berlayar. Dalam keadaan ini, tiba-tiba ada suara memanggilnya, yang ternyata istrinya sendiri, Ummu Hakim binti Harits bin Hisyam, yang telah memeluk agama Islam. Ikrimah menghentikan pertengkarannya dengan sang nakhkoda dan berpaling pada istrinya.

Ummu Hakim setengah berteriak berkata, "Wahai putra pamanku, aku telah datang kepadamu dari sisi orang yang paling banyak menyambung silaturahmi, sebaik-baiknya manusia dan semulia-mulianya manusia, janganlah engkau binasakan dirimu sendiri."
Setelah dekat, ia berkata lagi, "Sesungguhnya aku telah meminta jaminan keselamatan untukmu dari Rasulullah SAW."

"Engkau telah melakukannya?" Kata Ikrimah setengah tidak percaya.
Istrinya menjawab, "Ya, aku telah berbicara dengan Nabi SAW dan meminta jaminan keselamatan untukmu. Dan beliau memberikan jaminan keselamatan itu untukmu!"

Tampaknya tidak banyak pilihan bagi Ikrimah, karena nakhkoda kapal sendiri menolak membawanya kecuali jika ia membaca syahadat, yang artinya harus memeluk Islam. Padahal hal itu menjadi sakah satu sebab ia ingin lari ke Yaman. Ikrimah memenuhi permintaan istrinya, dan mereka berdua berjalan kembali ke Makkah.

Ummu Hakim menceritakan kalau budak Rumawi yang mengantarkannya mencoba untuk menodai kehormatannya, kemudian ditolong oleh orang-orang dari Bani 'Akk, yang menangkap dan mengikatnya. Ikrimah menjadi marah, dan setelah menemui budaknya itu dan membunuhnya. Ketika Ikrimah ingin menggauli istrinya, Ummu Hakim menolaknya dan berkata kalau dia masih musyrik sedang dirinya seorang muslimah. Ikrimah berkata, "Sesungguhnya perkara (agama) yang menghalangimu untuk kugauli itu sangatlah besar."

Di Makkah, Nabi SAW yang telah mengetahui bahwa Ummu Hakim berhasil membawa kembali suaminya, bersabda kepada para sahabat, “Ikrimah bin Abu Jahl akan datang kepada kalian sebagai orang yang beriman dan berhijrah, maka janganlah kalian mencaci bapaknya, karena cacian terhadap mayat akan menyakiti orang yang hidup, dan cacian tidak akan sampai kepada si mati."                                                                                           
            Ikrimah belumlah menyatakan beriman dan memeluk Islam. Ia kembali ke Makkah hanya karena ada jaminan keselamatan seperti yang dikatakan istrinya. Tetapi pandangan Rasulullah SAW memang bisa “menembus” ruang (tempat) dan waktu. Ketika melihat kedatangannya, Rasulullah SAW melompat mendekatinya dengan penuh gembira, sampai beliau tidak sadar bahwa bahu beliau terbuka tanpa kain selendang yang menutupinya.

Ketika telah berhadapan, Ikrimah menanyakan tentang kebenaran jaminan keselamatan dirinya yang diminta oleh istrinya, dan Nabi SAW membenarkannya. Ikrimah bertanya lagi tentang risalah yang dibawa Nabi SAW, dan beliau menjelaskannya dengan panjang lebar pokok-pokok ajaran agama Islam. Perkataan beliau yang bijak tanpa tidak ada nada paksaan tampaknya membuka pintu hatinya. Setelah penjelasan beliau tersebut, Ikrimah berkata, "Demi Allah, apa yang engkau seru adalah kebaikan, dan kepada urusan yang indah lagi baik. Demi Allah, sebelum engkau menyeru kami kepada risalah yang engkau bawa, engkau adalah orang yang terpercaya dan paling baik di antara kita."

Nabi SAW merasa senang dengan penuturan Ikrimah ini, dan ketika Ikrimah meminta Nabi SAW untuk mengajarkan kebaikan yang harus ia katakan lagi, Rasulullah memintanya membaca dua kalimah syahadah. Ternyata ia memenuhi permintaan Nabi SAW, diucapkannya dua kalimah syahadah tanpa keraguan sedikitpun.

Belum cukup juga, ia bertanya kepada beliau tentang apa yang harus dikatakan untuk menunjukkan kemantapannya memeluk Islam, Nabi bersabda, "Katakanlah, aku mengambil Allah sebagai saksi, dan aku bersaksi di hadapan orang-orang yang hadir, bahwa aku adalah seorang Islam yang berjihad dan berhijrah."                                                                                       
  


            Ikrimah mengucapkan perkataan yang diajarkan Nabi SAW tersebut dengan penuh keyakinan. Dan Nabi SAW tampak begitu gembira, sehingga beliau menyatakan akan memenuhi apapun permintaan Ikramah sejauh yang beliau bisa berikan pada seseorang. Mendengar penuturan ini, Ikrimah berkata, "Ya Rasulullah, hendaknya engkau memohonkan ampunan bagiku atas setiap permusuhanku terhadapmu, atas setiap perjalanan yang untaku kupacu kencang untuk memusuhimu, atau dimanapun aku menemuimu untuk menyakitimu, juga atas setiap ucapan yang keluar dari mulutku, di hadapanmu atau di belakangmu."

Nabi SAW pun mendoakan keampunan seperti yang diminta Ikrimah, dan para sahabat yang hadir mengamininya.
"Aku telah ridlo, ya Rasulullah," Kata Ikramah, kemudian melanjutkan, "Demi Allah, ya Rasulullah, aku akan mengorbankan hartaku di jalan Allah, dua kali lebih banyak daripada harta yang kupakai untuk menghalangimu di jalan Allah sebelum ini. Dan aku akan berperang di jalan Allah, dua kali lebih banyak daripada peperangan yang telah aku lakukan untuk menghalangimu di jalan Allah sebelum ini."

Sesuai dengan janjinya, Ikrimah selalu menyertai Rasulullah SAW dalam setiap peperangan yang terjadi setelah keislamannya itu. Dalam perang Hunain, dimana pada awalnya pasukan muslim sempat terdesak dan kocar-kacir, Suhail bin Amr yang menyertai perang itu walau belum memeluk Islam, berkomentar dengan sinis, "Muhammad dan para sahabatnya tidak akan bisa memperbaiki apa yang telah hilang dari mereka, dan tidak akan pernah bisa mendapatkannya lagi."

Mendengar perkataan Suhail tersebut, Ikrimah membantahnya dengan berkata, "Ini bukanlah ucapan yang tepat dan urusan ini sedikitpun bukan hak Muhammad. Jika hari ini ia dikalahkan, maka besok ia akan memiliki kesudahannya sendiri."

Mendengar perkataan Ikrimah ini, dengan keheranan Suhail berkata, "Demi Allah, sesungguhnya jaman dimana engkau memusuhi Muhammad baru saja engkau tinggalkan."
"Hai Abu Yazid," Kata Ikrimah, "Demi Allah, dulu itu kita telah memacu kuda kita untuk tujuan yang sia-sia, sedang akal kita adalah akal kita sendiri. Kita dulu menyembah batu yang tidak bisa memberi manfaat dan madharat apapun pada kita."

Suhail tak mampu lagi mendebat pernyataan Ikrimah tersebut.
Ikrimah pernah ditugaskan Rasulullah SAW menjadi pemungut zakat dari Bani Hawazin ketika beliau sedang berhaji. Bahkan ketika Nabi SAW wafat, ia sedang mengemban tugas Nabi SAW di daerah Tabalah, sebuah kota di Yaman yang cukup terkenal. Ikrimah sendiri akhirnya mati syahid dalam pertempuran Ajnadain, pertempuran melawan pasukan Romawi pada jaman Khalifah Abu Bakar. Tetapi sebagian ulama menyatakan bahwa Ikrimah syahid pada pertempuran Yarmuk pada jaman Khalifah Umar bin Khaththab.     

Pada riwayat yang menyebutkan ia syahid pada perang Yarmuk, ketika itu ia menyongsong musuh dengan beberapa sahabat, Khalid bin Walid sebagai komandan pasukan sempat mencegahnya,       "Jangan berbuat begitu, sungguh kematianmu akan terasa berat bagi kaum muslimin…"
Ikrimah dengan tegas berkata, "Biarkan aku, ya Khalid, sungguh engkau telah sempat berjuang bersama Rasulullah SAW, sedang aku dan ayahku berada pada barisan yang paling keras menentang beliau…"

Kemudian ia berseru pada orang-orang yang memngikutinya untuk berba'iat atas maut (syahid) bersama dirinya, di antaranya adalah pamannya Harits bin Hisyam dan Dhirar bin Azwar, dan mereka mengikutinya. Ketika pertempuran berakhir, tiga orang terluka parah berdekatan, Ikrimah, Harits bin Hisyam dan Ayyasy bin Abi Rabiah. Harits meminta air untuk minum, ketika dibawakan, ia melihat Ikrimah dan berkata, "Berikan air ini pada Ikrimah!"

Airpun dibawa ke Ikrimah. Ketika hampir minum, Ikrimah melihat Ayyasy dan berkata, "Berikan air ini pada Ayyasy!"

            Airpun dibawa ke Ayyasy, tetapi Ayyasy telah meninggal sebelum air sampai kepadanya. Ketika dibawa ke Ikrimah lagi, ia juga wafat, begitu juga ketika akan dibawa ke Harits, ternyata ia telah meninggal.

Kisah Sahabat Dhamrah bin Ibnul Ishaq RA



            Dhamrah bin Ibnul Ishaq atau Dhamrah bin Jundub, adalah seorang lelaki dari Bani Laits yang telah tua dan buta matanya, tetapi kaya raya. Ia memeluk Islam sejak awal didakwahkan di Makkah. Ketika turun perintah hijrah ke Madinah, ia dengan segera menyambutnya. Tetapi orang-orang di sekitar, baik teman atau kerabatnya, berusaha untuk menahannya untuk tetap tinggal di Makkah karena keadaannya yang telah tua dan buta, sekaligus sakit-sakitan.

Karena dorongan keimanan telah begitu merasuk dan mengental dalam jiwanya, walaupun dengan keadaannya itu ia diberi keringanan (rukhshah) untuk tidak berhijrah, dengan tegas ia berkata, "Aku tidaklah termasuk yang diberikan keringanan itu, karena aku bisa membiayai perjalananku dengan hartaku. Bawalah dan keluarkanlah aku dari negeri orang-orang musyrik ini menuju Rasulullah SAW. Aku tidak ingin bermalam lagi di tempat ini…"


Kemudian Dhamrah memerintahkan budak-budaknya mempersiapkan perbekalan dan tandu untuk membawanya menuju Madinah, dan langsung berangkat tanpa menunda-nundanya lagi. Tetapi di tengah perjalanan, yakni di Tan'im, ia meninggal dunia dan dimakamkan disana.

            Beberapa sahabat di Madinah yang mendengar kabar kewafatannya, sempat menyesalkan keadaannya, karena ia belum sampai berhijrah dengan sempurna hingga menemui Nabi SAW di Madinah. Karena kesedihan para sahabat atas musibah yang dialami Dhamrah ini dan status hijrahnya, turun firman Allah QS an Nisa ayat 100 yang menyatakan bahwa ia telah memperoleh pahala sebagai muhajirin secara sempurna. Sebagian riwayat menyebutkan, ayat tersebut telah diturunkan sebelumnya  berkenaan dengan sahabat lainnya dalam peristiwa yang hampir sama, dan Nabi SAW membacakannya untuk menghibur kesedihan para sahabat tersebut.


Kisah Sahabat Dihyah al Kalbi RA



           Dihyah al Kalbi RA adalah seorang sahabat yang mempunyai wajah, janggut (jenggot), perawakan dan usia yang menyerupai Malaikat Jibril AS saat berwujud sebagai manusia. Usai perang Khandaq, dimana Nabi SAW dan para sahabat beristirahat, datanglah Malaikat Jibril AS dalam ujud manusia menemui Nabi SAW, dan berkata, "Apakah engkau telah meletakkan senjata?Jangan demikian! Para malaikat sama sekali belum meletakkan senjata! Keluarlah engkau menuju Bani Quraizhah, dan perangilah mereka!"

Ketika Nabi SAW melewati Bani Ghanm, penduduk sekitar masjid yang dilewati kalau menuju rumah beliau, beliau bertanya tentang siapa yang baru saja lewat, merekapun berkata, "Telah melewati kami, Dihyah bin Kalbi!"

Dalam riwayat lain disebutkan, saat itu Nabi SAW sedang bersama istri beliau, Ummu Salamah RA, Malaikat Jibril datang kepada Nabi SAW dalam wujud manusia. Setelah Malaikat Jibril berlalu, Nabi SAW bertanya kepada istrinya itu tentang siapa tamu yang baru datang, Ummu Salamah menjawab, "Dia adalah komandan tentara, Dihyah…"

Nabi SAW tersenyum dan menjelaskan bahwa tamu tersebut adalah Malaikat Jibril AS.
Inilah kesaksian tentang kesamaan Dihyah al Kalbi dengan penjelmaan Malaikat Jibril sebagai manusia.

Dihyah al Kalbi RA diutus Nabi SAW untuk menemui Kaisar Romawi, Hiraqla (secara umum dikenal dengan nama Hiraklius) dengan membawa surat Nabi SAW tentang ajakan untuk masuk Islam. Surat yang dibacakan di dalam majelis Kaisar Hiraqla, juga dihadiri Abu Sufyan dan teman-temannya yang sedang berdagang di Syam, tidak memperoleh tanggapan positif dari pembesar-pembesar Romawi yang hadir. Sedangkan Hiraqla sendiri melihat adanya kebenaran atas apa yang diserukan Rasulullah SAW, apalagi setelah tanya jawabnya yang panjang lebar dengan Abu Sufyan tentang pribadi dan latar belakang kehidupan Nabi SAW.



Hiraqla memanggil Uskup kota Iliya di Syam, Ibnu Nathur, yang biasanya menjadi rujukan dalam soal keagamaan, dan juga mendatangkan Dihyah al Kalbi dalam pertemuan tersebut. Ibnu Nathur ini di samping sebagai uskup, juga sahabat Hiraqla. Setelah mendengar penjelasan Hiraqla dan juga Dihyah, Ibnu Nathur membacakan beberapa ayat-ayat injil, dan akhirnya membenarkan kenabian Nabi Muhammad SAW dan seketika memeluk Islam. Tetapi Hiraqla sendiri tidak mau mengikuti sikap uskup ini walau sebenarnya kebenaran itu makin menguat di hatinya. Tidak ada lain yang menghalanginya memeluk Islam kecuali takut kehilangan kekuasaannya. Bahkan beberapa panglima perangnya sudah mengancam tidak akan mengakui kedudukannya jika ia memenuhi seruan Nabi SAW.

Dihyah al Kalbi sering menemui sang uskup untuk lebih mengenalkan dan mengajarkan Islam. Pada hari ahadnya, sang uskup tidak hadir untuk memberikan ceramah dan nasihat seperti biasanya, padahal orang-orang Romawi yang menjadi jamaahnya telah berkumpul. Begitupun berulang pada beberapa hari ahad berikutnya, sehingga akhirnya orang-orang Romawi mengancam untuk membunuhnya jika tidak keluar.

Sang uskup, Ibnu Nathur menitipkan surat pada Dihyah untuk Nabi SAW tentang keislamannya, dan menyampaikan pada Nabi apa yang dilihatnya. Setelah itu Ibnu Nathur keluar menemui orang-orang Romawi, tidak dengan pakaian gereja kebesaran seperti biasanya, tetapi memakai pakaian putih. Ia mengucapkan syahadat di hadapan mereka sehingga mereka begitu murka dan akhirnya membunuh sang Uskup yang selama ini dipatuhi dan mereka dengar dan patuhi nasehat-nasehatnya.
Dihyah al Kalbi yang menjadi saksi langsung peristiwa mengenaskan tersebut, menceritakan peristiwa itu kepada Nabi SAW sekaligus menyerahkan surat sang Uskup, Ibnu Nathur untuk beliau. Surat tersebut dibacakan untuk Nabi SAW, dan mendoakan kebaikan dan keberkahan untuk Ibnu Nathur

Cucunya Syeikh Abdul Qadir Al Jailani



Dengan melihat wajah Assayyid Syaikh Muhammad Shobah Al Jailani cucu dari Sulthanul Aulia Syaikh Abdul Qadir Al Jailani ini, Beliau adalah yang memiliki rupa dan bentuk wajah yang paling mirip dengan jiddinya Syaikh Abdul Qadir Al Jailani.

Wajah ulama dan wali Allah.. Sheikh Sayyid Muhammad Sobah Al Jailani Al Pakistani (ulama pakistan).. Dari namanya saja sudah dapat diketahui beliau ulama sufi dan tasawuf dan beliau keturunan Rasulullah SAW dari Sayyidina Hasan.

Ulas balik buka kitab Syamail Muhammadiah, ada disebutkan bahwa kulit Nabi adalah warnanya putih kemerah merahan.. ini(syaikh shobah) warna kulit wajahnya putih kemerah-kemerahan

Bayangkan wajah Nabi yang disebutkan umpama cahaya bulan yang memancar alam.
Syeikh ini keturunan yang jauh beribu tahun, apa lagi wajah anak-anak Nabi dan cucu-cucu Nabi sewaktu zaman Nabi masih hidup tampan dan gagahnya masyaAllah.. wajah Nabi Yusuf bagaimana pula? Sampai terpotong jari-jari wanita zamannya melihat rupa parasnya... sedangkan ketampanan Nabi Yusuf hanyalah setitik dari Nabi Muhammad SAW.


Pengertian Fana Dan Baqa



Sejumlah Sufi mengisyaratkan Fana’ pada gugurnya sifat-sifat tercela, sementara baqa’ diisyaratkan sebagai kejelasan sifat-sifat terpuji. Kalau pun seorang hamba tidak terlepas dari salah satu sifat tersebut, maka dapatlah dimaklumi, sebenarnya salah satu bagian apabila tidak dijumpai dalam diri nanusia, maka dapatlah ditemui sifat satunya lagi.

Barangsiapa fana’ dari sifat-sifat tercela, maka yang tampak adalah sifat-sifat terpuji. Sebaliknya, jika yang mengalahkan adalah sifat-sifat yang hina, maka sifat-sifat yang terpuji akan tertutupi.

Perlu diketahui, bahwa predikat yang menjadi sifat hamba mengandung perbuatan, akhlak dan tingkah laku.



Perbuatan-perbuatan tersebut merupakan daya manusia melalui ikhtiarnya. Sedangkan akhlak merupakan pembawaan. Namun sifat itu berubah menurut konsistensi kebiasaannya. Sedangkan tingkah laku merupakan suatu perilaku yang dikembalikan kepada hamba dari segi permulaannya. Hanya saja, penjernihannya muncul setelah pembersihan amal. Seperti akhlak dalam satu segi.

Demikian pula manakala sang hamba terus menerus membersihkan perbuatannya, melalui upaya yang telah diberikan kepadanya. Allah SWT memberikan anugerah kepadanya melalui penjernihan tingkah laku, bahkan melalui penyempurnaan tingkah laku tersebut.

Siapa yang berupaya meninggalkan perbuatan kehinaan dengan bahasa syariat, maka ia telah fana’ dari syahwatnya. Jika telah fana’ dari syahwatnya, akan kekallah bangunan dirinya serta keikhlasan dalam ubudiyahnya.siapa yang zuhud di dunia dengan hatinya, maka ia telah fana’ dari
kesenangannya. Dan jika telah fana’ kesenangannaya, berarti telah kekal melalui kejujuran kembali dirinya.

Barangsiapa menerapi (mengobati) akhlaknya dari penyakit kalbu seperti dengki, angkuh, bakhil, sangat bakhil, marah, sombong dan sebagainya dari keangkuhan nafsu, maka berarti telah fana’
dari kebejatan akhlak. Kalau sudah demikian, yang kekal dalam dirinya adalah ketidakpeduliannya kepada kepentingan pribadinya (futuwwah) dan kejujuran pada diri sendiri.

Barangsiapa menyaksikan berlakunya qudrat dalam mekanisme hukum dan aturan,
maka dapat dikatakan : Ia telah fana’ dari tanggungan perkara pertama dari makhluk.

Faedah Berzikir Kepada Allah


Allah Ta'ala memerintahkan kita untuk banyak berdzikir kepadaNya. Seperti Firman Allah Ta'ala

اذكروا الله ذكرا كثير

Berdzikirlah kamu kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya.
Karena dengan membanyakkan dzikir kepada Allah maka Allah akan memberikan derajat yang tinggi kepada hamba-Nya yang membanyakkan dzikir.

Seperti Sabda Nabi Muhammad SAW :

ليذ كرن اقوام في الدنيا على الفرش الممهدة يد خلهم الله بذلك الدرجت العليا.

Artinya : Sesungguhnya ada beberapa kaum di dunia berdzikir di atas hamparan-hamparan yang terbentang dengan baik, dan Allah memasukkan mereka dengannya kedalam beberapa derajat yang tinggi. Ketahuilah pula bahwa sesungguhnya zikir merupakan ketetapan kewalian. Artinya ketetapan dari Allah Ta'ala bagi hamba (seseorang) sebagaiaman ketetapan raja-raja (di dunia) dengan beberapa tugas tertentu. Dan bagi Allah-lah teladan yang tinggi.

Maka barangsiapa diberi pertolongan untuk melanggengkan zikir kepada Allah Ta'ala, berarti ia benar-benar diberi ketetapan, bahwa sesungguhnya ia waliyullah. Dan barangsiapa dicabut zikirnya, berarti ia dilepas dari kewalian.



Ketahuilah, bahwa sesungguhnya zikir adalah yang paling cepat menghasilkan futuh (terbukanya hati) dibanding ibadah-ibadah lain.

Ali al Mashafi ra. berkata, " Para guru benar-benar merasa tidak mampu membersihkan hati murid dengan obat yang lebih cepat untuk membersihkan hatinya selain dengan melanggengkan zikir. Jadi hukum zikir - dalam hal membersihkan hati adalah sama dengan hukum kerikil dalam membersihkan tembaga. Sedangkan ibadah-ibadah lain selain zikir, sama dengan sabun dalam membersihkan tembaga. Dan bersihnya tembaga dengan sabun, memerlukan waktu lama (meskipun dapat pula membersihkan kotoran dan karat).

Syeikh Ali al Marshafi berkata pula,

"Orang yang suluk (menempuh) jalan zikir, bagaikan burung yang terbang cepat menuju ke hadirat Allah. Sedangkan orang yang suluk selain jalan zikir, seperti orang lumpuh yang merangkak lalu berhenti, padahal tempat tujuan jauh sekali. Terkadang orang semacam ini menghabiskan seluruh umurnya, tetapi tidak dapat sampai ke tujuan (yakni wushul kepada Allah)." (Minahus Saniyah As Syeikh Abdul Wahhab Asy-Sya'rani ra)

Sumber : http://majelisalmunawwarah.blogspot.co.id/2017/11/dzikir-kepada-allah-swt.html

Sholawat Habib Umar AlHafiz


Shalawat Atas Baginda Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam

Rabiul Awwal 1438 H

الَّلهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ ﴿﴾ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ﴿﴾ الفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ ﴿﴾ الْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ ﴿﴾ نَاصِرِ الْحَقِّ بِالحَقِّ ﴿﴾ وَ الْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ

الْمُسْتَقِيْمِ ﴿﴾ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ ﴿﴾ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ ﴿﴾ حَقَّ قَدْرِهِ وَ مِقْدَارِهِ العَظِيْمِ ﴿﴾

Ya Allah limpakanlah shalawat dan salam serta keberkahan atas pemimpin kami Muhammad, pembuka segala yang tertutup, penutup (para nabi) yang terdahulu, pembela kebenaran dengan kebenaran, pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Shalawat Allah semoga tercurah atas beliau dan keluarga serta para sahabatnya, shalawat yang pantas untuk kedudukannya dan pangkatnya yang agung.

• Pesan dari  Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, shalawat ini agar dibaca selama bulan Maulid sebanyak 10.000 kali.

Amalan Doa Yang Di anjurkan Oleh Habib Umar Al Hafiz


Al-Habib Umar bin Hafidz berkata :
Jangan pernah lepas membaca do’a ini dalam sehari sehari-semalam.
يا الله بها يا الله بها يا الله بحسن الخاتمة
“ Ya Allah bihaa, Ya Allah bihaa, Ya Allah bihusnil khotimah ”

Karena doa ini adalah termasuk doanya para wali-wali Allah (kekasih Allah). Doa ini termasuk puncaknya do’a. Oleh karnanya jangan perlah lepas untuk mengamalkannya.



Beliau bercerita, bahwasanya dahulu di Mesir ada seorang yang sholeh dan tekun beribadah, namun ia tidak pernah membaca doa ini karena merasa amal nya sudah banyak namun apa yang terjadi? diakhir usianya beliau murtad dan akhirnya wafat dalam keadaan su’ul khatimah (Naudzubillahi min dzalik).

Para Wali-wali Allah di Tarem Hadramaut yang mengetahui kisah ini termasuk Shahibul ratib Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad sangat sedih mendengar kisah ini sehingga beliau mendawamkannya (istiqamah :baca) sebagai wirid harian pada Ratibul Haddad.

Perbanyaklah membaca doa diatas, semoga Allah memudahkan kita saat naza’ (ajal menjemput :red) dan mematikan kita semua dalam keadaan husnul khatimah.
يا الله بها يا الله بها يا الله بحسن الخاتمة

Wallahu A’lam bis shawab

Senin, 20 November 2017

Dajjal Menurut Nabi Muhammad SAW



Dari Abi Umamah Al-Bahiliy, beliau berkata: “Rasululah s.a.w telah berkhutbah di hadapan kami. Dalam khutbahnya itu Baginda banyak menyentuh masalah Dajjal. Baginda telah bersabda: “Sesungguhnya tidak ada fitnah (kerosakan) di muka bumi yang paling hebat selain daripada fitnah yang dibawa oleh Dajjal. Setiap Nabi yang diutus oleh Allah SWT ada mengingatkan kaumnya tentang Dajjal. Aku adalah nabi yang terakhir sedangkan kamu adalah umat yang terakhir. Dajjal itu tidak mustahil datang pada generasi (angkatan) kamu. Seandainya dia datang sedangkan aku masih ada di tengah-tengah kamu, maka aku adalah sebagai pembela bagi setiap mukmin. Kalau dia datang sesudah kematianku, maka setiap orang menjaga dirinya. Dan sebenarnya Allah SWT akan menjaga orang-orang mukmin.

“Dajjal itu akan datang nanti dari satu tempat antara Syam dan Irak. Dan mempengaruhi manusia dengan begitu cepat sekali. Wahai hamba Allah, wahai manusia, tetaplah kamu. Di sini akan saya terangkan kepada kamu ciri-ciri Dajjal, yang belum diterangkan oleh nabi-nabi sebelumku kepada umatnya.

“Pada mulanya nanti Dajjal itu mengaku dirinya sebagai nabi. Ingatlah, tidak ada lagi nabi sesudah aku. Setelah itu nanti dia mengaku sebagai Tuhan. Ingatlah bahawa Tuhan yang benar tidak mungkin kamu lihat sebelum kamu mati. Dajjal itu cacat matanya sedangkan Allah SWT tidak cacat, bahkan tidak sama dengan baharu. Dan juga di antara dua mata Dajjal itu tertulis KAFIR, yang dapat dibaca oleh setiap mukmin yang pandai membaca atau buta huruf.

“Di antara fitnah Dajjal itu juga dia membawa syurga dan neraka. Nerakanya itu sebenarnya syurganya sedangkan syurganya itu neraka, yakni panas. Sesiapa di antara kamu yang disiksanya dengan nerakanya, hendaklah dia meminta pertolongan kepada Allah dan hendaklah dia membaca pangkal surah Al-Kahfi, maka nerakanya itu akan sejuk sebagaimana api yang membakar Nabi Ibrahim itu menjadi sejuk.

“Di antara tipu dayanya itu juga dia berkata kepada orang Arab: “Seandainya aku sanggup menghidupkan ayah atau ibumu yang sudah lama meninggal dunia itu, apakah engkau mengaku aku sebagai Tuhanmu?” Orang Arab itu akan berkata: “Tentu.” Maka syaitan pun datang menyamar seperti ayah atau ibunya. Rupanya sama, sifat-sifatnya sama dan suaranya pun sama. Ibu bapanya berkata kepadanya: “Wahai anakku, ikutilah dia, sesungguhnya dialah Tuhanmu.”

“Di antara tipu dayanya juga dia tipu seseorang, yakni dia bunuh dan dia belah dua. Setelah itu dia katakan kepada orang ramai: “Lihatlah apa yang akan kulakukan terhadap hambaku ini, sekarang akan kuhidupkan dia semula. Dengan izin Allah orang mati tadi hidup semula. Kemudian Laknatullah Alaih itu bertanya: “Siapa Tuhanmu?” Orang yang dia bunuh itu, yang kebetulan orang beriman, menjawab: “Tuhanku adalah Allah, sedangkan engkau adalah musuh Allah.”
Orang itu bererti lulus dalam ujian Allah dan dia termasuk orang yang paling tinggi darjatnya di syurga.”

Kata Rasulullah s.a.w lagi: “Di antara tipu dayanya juga dia suruh langit supaya menurunkan hujan tiba-tiba hujan pun turun. Dia suruh bumi supaya mengeluarkan tumbuh-tumbuhannya tiba-tiba tumbuh. Dan termasuk ujian yang paling berat bagi manusia, Dajjal itu datang ke perkampungan orang-orang baik dan mereka tidak me-ngakunya sebagai Tuhan, maka disebabkan yang demikian itu tanam-tanaman dan ternakan mereka tidak menjadi.

“Dajjal itu datang ke tempat orang-orang yang percaya kepadanya dan penduduk kampung itu mengakunya sebagai Tuhan. Disebabkan yang demikian hujan turun di tempat mereka dan tanam-tanaman mereka pun menjadi.



“Tidak ada kampung atau daerah di dunia ini yang tidak didatangi Dajjal kecuali Makkah dan Madinah. Kedua-dua kota itu tidak dapat ditembusi oleh Dajjal kerana dikawal oleh Malaikat. Dia hanya berani menginjak pinggiran Makkah dan Madinah. Namun demikian ketika Dajjal datang ke pergunungan di luar kota Madinah, kota Madinah bergoncang seperti gempa bumi. Ketika itu orang-orang munafik kepanasan seperti cacing dan tidak tahan lagi tinggal di Madinah. Mereka keluar dan pergi bergabung dengan orang-orang yang sudah menjadi pengikut Dajjal. Inilah yang dikatakan hari pembersihan kota Madinah.

Dalam hadis yang lain, “di antara fitnah atau tipu daya yang dibawanya itu, Dajjal itu lalu di satu tempat kemudian mereka mendustakannya (tidak beriman kepadanya), maka disebabkan yang demikian itu tanam-tanaman mereka tidak menjadi dan hujan pun tidak turun di daerah mereka. Kemudian dia lalu di satu tempat mengajak mereka supaya beriman kepadanya. Mereka pun beriman kepadanya. Maka disebabkan yang demikian itu Dajjal menyuruh langit supaya menurunkan hujannya dan menyuruh bumi supaya menumbuhkan tumbuh-tumbuhannya. Maka mereka mudah mendapatkan air dan tanam-tanaman mereka subur.”

Dari Anas bin Malik, katanya Rasulullah s.a.w bersabda: “Menjelang turunnya Dajjal ada tahun-tahun tipu daya, iaitu tahun orang-orang pendusta dipercayai orang dan orang jujur tidak dipercayai. Orang yang tidak amanah dipercayai dan orang amanah tidak dipercayai.”

Dari Jabir bin Abdullah, katanya Rasulullah s.a.w ada bersabda: “Bumi yang paling baik adalah Madinah. Pada waktu datangnya Dajjal nanti ia dikawal oleh malaikat. Dajjal tidak sanggup memasuki Madinah. Pada waktu datangnya Dajjal (di luar Madinah), kota Madinah bergegar tiga kali. Orang-orang munafik yang ada di Madinah (lelaki atau perempuan) bagaikan cacing kepanasan kemudian mereka keluar meninggalkan Madinah. Kaum wanita adalah yang paling banyak lari ketika itu.

Itulah yang dikatakan hari pembersihan. Madinah membersihkan kotorannya seperti tukang besi membersihkan karat-karat besi.”

Diriwayatkan oleh Ahmad, hadis yang diterima dari Aisyah r.a. mengatakan: “Pernah satu hari Rasulullah s.a.w masuk ke rumahku ketika aku sedang menangis. Melihat saya menangis beliau bertanya: “Mengapa menangis?” Saya menjawab: “Ya Rasulullah, engkau telah menceritakan Dajjal, maka saya takut mendengarnya.”

Rasulullah s.a.w berkata: “Seandainya Dajjal datang pada waktu aku masih hidup, maka aku akan menjaga kamu dari gangguannya. Kalau dia datang setelah kematianku, maka Tuhan kamu tidak buta dan cacat.”

Dari Jabir bin Abdullah, katanya Rasulullah s.a.w bersabda: “Dajjal muncul pada waktu orang tidak berpegang kepada agama dan jahil tentang agama. Pada zaman Dajjal ada empat puluh hari, yang mana satu hari terasa bagaikan setahun, ada satu hari yang terasa bagaikan sebulan, ada satu hari yang terasa satu minggu, kemudian hari-hari berikutnya seperti hari biasa.”

Ada yang bertanya: “Ya Rasulullah, tentang hari yang terasa satu tahun itu, apakah boleh kami solat lima waktu juga?” Rasulullah s.a.w menjawab: “Ukurlah berapa jarak solat yang lima waktu itu.”
Menurut riwayat Dajjal itu nanti akan berkata: “Akulah Tuhan sekalian alam, dan matahari ini berjalan dengan izinku. Apakah kamu bermaksud menahannya?” Katanya sambil ditahannya matahari itu, sehingga satu hari lamanya menjadi satu minggu atau satu bulan.

Setelah dia tunjukkan kehebatannya menahan matahari itu, dia berkata kepada manusia: “Sekarang apakah kamu ingin supaya matahari itu berjalan?” Mereka semua menjawab: “Ya, kami ingin.” Maka dia tunjukkan lagi kehebatannya dengan menjadikan satu hari begitu cepat berjalan.

Menurut riwayat Muslim, Rasulullah s.a.w bersabda: “Akan keluarlah Dajjal kepada umatku dan dia akan hidup di tengah-tengah mereka selama empat puluh. Saya sendiri pun tidak pasti apakah empat puluh hari, empat puluh bulan atau empat puluh tahun. Kemudian Allah SWT mengutus Isa bin Maryam yang rupanya seolah-olah Urwah bin Mas’ud dan kemudian membunuh Dajjal itu.”

Dan menurut ceritanya setelah munculnya Dajjal hampir semua penduduk dunia menjadi kafir, yakni beriman kepada Dajjal. Menurut ceritanya orang yang tetap dalam iman hanya tinggal 12,000 lelaki dan 7,000 kaum wanita. Wallahu A'lam.

Tujuh Golongan Yang Dilindungi Allah Di khirat Nanti


Pada hari akhir, manusia akan ditanya tentang apa saja yang mereka lakukan ketika hidup di dunia.

Pada hari itu, tak ada pertolongan kecuali dari Allah. Tapi, ada tujuh golongan yang nanti akan mendapat pertolongan dari Allah.

Pertama, mereka adalah pemimpin atau imam yang adil.

Kedua, pemuda yang hatinya sangat dekat dengan masjid.

Ketiga, Allah juga akan melindungi dua orang yang saling mencintai kerana Allah. Misalnya, kita menyayangi orang tua kita kerana Allah.

Keempat, yang akan mendapat pertolongan Allah di hari kiamat iaitu lelaki yang tidak tergoda oleh wanita cantik.

Kelima, wanita yang boleh menjaga diri dari lelaki juga akan mendapat naungan dari Allah.

Keenam, orang yang gemar bersedekah juga akan mendapat naungan dari Allah. Diceritakan orang ini jika bersedekah dengan tangan kanannya, maka tangan kirinya tidak tahu.

Ketujuh, orang yang selalu mengingat Allah dalam keadaan sunyi, lalu ia menangis kerana takut kepada Allah.

Semoga kita menjadi salah satu dari tujuh golongan yang mendapat naungan dari Allah.


Minggu, 19 November 2017

Kisaha Sahabat Safinah RA



           Safinah adalah bekas budak Rasulullah SAW, yang adalah milik Ummu Salamah, istri beliau. Nama aslinya adalah Ahmar. Nama "Safinah" adalah pemberian beliau. Suatu ketika Sa'id bin Jumhan bertanya tentang namanya tersebut, yakni Safinah yang berarti kapal atau perahu. Safinah-pun menceritakan kisahnya.

Suatu ketika Ahmar mengikuti rombongan Nabi SAW dan beberapa sahabatnya dalam suatu perjalanan atau peperangan. Beberapa sahabat merasa berat dengan barang bawaannya, apalagi saat itu akan menyeberangi suatu lembah atau sungai. Maka Nabi SAW bersabda kepada Ahmar, "Bentangkan kainmu!"


Setelah ia membentangkan kainnya, Nabi SAW memerintahkan para sahabat untuk meletakkan barang-barang yang telah memberatkan tersebut di atas kainnya, kemudian beliau bersabda, "Bawalah!! Tidaklah kamu pada hari ini melainkan Safinah!!"

Entah karena memang Ahmar mempunyai kekuatan lebih dalam mengangkat barang, atau memang sabda Rasulullah SAW tersebut yang memberikan berkah kekuatan kepadanya, ternyata ia mampu mengangkatnya. Padahal beberapa orang sahabat merasa payah mengangkatnya walau hanya sebagian.

Sejak saat itulah ia lebih dikenal dengan nama Safinah. Kemudian Safinah berkata pada Sa'id, "Sekiranya waktu itu dibebankan kepadaku barang-barang yang dibawa seekor atau dua ekor unta, bahkan lima atau enam ekor unta, aku pasti mampu membawanya."

Kisah Sahabat Tsabit bin ad Dahdahak RA



Tsabit bin ad Dahdahak, atau dalam beberapa riwayat lain disebut Tsabit bin ad Dahdah, adalah seorang sahabat Anshar. Pada perang Uhud, ketika terjadi kekacauan dan kebingungan pasukan muslim karena berhembusnya berita bahwa Nabi SAW telah terbunuh, Tsabit berteriak keras, "Wahai orang-orang Anshar, mendekatlah kepadaku! Aku adalah Tsabit bin ad Dahdahak, sekiranya Muhammad SAW telah tewas, sesungguhnya Allah Maha Hidup, tidak akan mati. Karena itu berperanglah semata-mata untuk agama kalian. Sungguh Allah akan memenangkan dan memberikan pertolongan kepada kalian…"



Beberapa sahabat Anshar lainnya bergabung dengan Tsabit, mereka menyerang pasukan musyrik dengan garangnya. Sekelompok pasukan Quraisy bersenjata lengkap, antara lain Khalid bin Walid, Amr bin Ash, Ikrimah bin Abu Jahal, Dhirar bin Khaththab dan lain-lainnya lagi menghadapi para sahabat Anshar ini. Akhirnya Khalid bin Walid melepaskan tombaknya dan mengenai Tsabit sampai tembus dan tewas seketika. Para sahabat Anshar yang mengikutinya pada akhirnya menemui syahid juga.
            Menurut sebagian riwayat, para sahabat Anshar ini merupakan orang-orang yang terakhir menemui syahidnya di Perang Uhud. Riwayat lainnya menyebutkan, tujuh orang sahabat Anshar di sekitar Nabi SAW, yang terakhir Umarah bin Yazid bin as Sakan, yang menjadi syahid-syahid terakhir di peperangan itu. Atau bisa jadi menjadi syahid dalam waktu yang hampir bersamaan karena keadaan pasukan muslim saat itu terpecah-pecah dan porak poranda. Setelah itu keadaan berbalik, pasukan muslim kembali menyusun kekuatan, setelah tahu dan yakin bahwa Nabi SAW masih hidup walaupun dalam keadaan terluka. Dan akhirnya mereka berhasil mengusir pasukan kafir Quraisy.

Kisah Sahabat Khalid bin Sa'id bin Ash RA



            Khalid bin Sa'id bin Ash RA  termasuk dalam kelompok awal yang memeluk Islam (as Sabiqunal Awwalun). Uniknya, yang memotivasi dirinya memeluk Islam adalah sebuah mimpi. Khalid bermimpi sedang berada di sebuah tepian nyala api yang begitu besar. Ayahnya yang hadir saat itu, bukannya menolong keluar dari jilatan api tapi justru mendorongnya. Untunglah ada Nabi SAW yang menahan kain ikat pinggangnya hingga ia tidak jatuh ke dalam api.

Setelah bangun, Khalid meyakini bahwa mimpinya itu benar. Ia menemui sahabatnya, Abu Bakar dan menceritakan mimpinya. Abu Bakar pun menyatakan, kalau hanya kebaikan yang dikehendaki bagi Khalid dengan mimpinya itu. Ia diajak menemui Rasulullah SAW, dan bertemu dengan beliau di suatu tempat bernama Ajyad di Mekkah. Beliau menjelaskan risalah Islam yang beliau dakwahkan, dan mengajak Khalid memeluk Islam. Khalid menerima ajakan Nabi SAW karena keyakinan akan kebenaran mimpinya tersebut.

Setelah keislamannya, Khalid pergi menghilang. Ayahnya, Sa'id bin Ash yang mengetahui anaknya memeluk Islam, menyuruh orang-orang untuk mencarinya. Setelah ditemukan ia memaki-maki anaknya tersebut dan mencambuknya, serta mengancam tidak akan memberinya makan. Tapi sebagai cermin keimanan di hatinya, Khalid berkata, "Jika engkau tidak memberiku makan, maka sungguh Allah yang mengaruniakan rezeki padaku, akan membuatku bisa terus hidup."



Mendengar jawaban tersebut sang ayah langsung mengusirnya. Khalid memutuskan menemui Rasulullah SAW dan akan selalu mengiring beliau, walaupun ia harus kehilangan banyak sekali fasilitas dan kenyamanan dalam hidupnya sebelum itu. Ketika Nabi SAW menghimbau sahabatnya untuk hijrah ke Habasyah, Khalid memenuhi anjuran beliau, mengikuti rombongan yang dipimpin oleh Ja'far bin Abu Thalib.

Khalid baru bertemu lagi dengan Nabi SAW ketika beliau telah memerintahkan agar para sahabat di Habasyah berhijrah ke Madinah, saat itu Nabi SAW dan para sahabat dalam perjalanan pulang setelah selesainya perang Khaibar. Setelah itu Khalid senantiasa mengikuti pertempuran bersama Nabi SAW. Bahkan sebelum wafatnya, beliau mengangkatnya menjadi gubernur Yaman.

Ketika ia mendengar Nabi SAW wafat dan Abu Bakar dikukuhkan sebagai khalifah, ia menjadi salah satu orang yang tidak setuju. Ia sangat mengenal berbagai kelebihan Abu Bakar dan kedudukannya di sisi Nabi SAW karena ia memang salah seorang sahabat Abu Bakar di masa jahiliah. Hanya saja ia berpendapat bahwa yang paling berhak memegang jabatan khalifah adalah Bani Hasyim, misalkan Ali bin Abi Thalib atau Abbas. Karena itu ia meninggalkan jabatannya di Yaman, dan kembali ke Madinah, tetapi ia tidak mau berba'iat kepada Abu Bakar.

Berlalulah waktu, Abu Bakar tetap menghargainya walaupun ia menolak berba'iat. Sampai suatu ketika Khalid menerobos barisan atau shaf-shaf di masjid menuju Abu Bakar yang berdiri di atas mimbar, ia memegang tangan Abu Bakar dan berba'iat dengan segala ketulusan hatinya.
Suatu ketika Abu Bakar mempersiapkan pasukan ke Syria, dan ia menyerahkan salah satu panji-panji pertempuran kepada Khalid. Tetapi sebelum pasukan berangkat, Umar menyarankan untuk mengganti Khalid sebagai pemegang panji, dan Abu Bakar bisa menerima alasan Umar.  Khalid menerima kabar tersebut dengan biasa, dan ketika Abu Bakar hadir di rumahnya untuk meminta maaf, ia berkata, "Demi Allah, tidaklah saya gembira dengan pengangkatan anda, dan tidak juga bersedih dengan pemberhentian anda dari jabatan tersebut….!!"     

Abu Bakar membebaskannya untuk memilih di pasukan mana ia akan bergabung, Amr bin Ash yang masih anak pamannya, atau Syurahbil bin Hasanah, atau lainnya lagi. Khalid-pun berkata, "Anak pamanku aku sukai karena ia masih kerabatku, tetapi Syurahbil  lebih kucintai karena agamanya!"
Khalid bergabung dengan pasukan yang dipimpin Syurahbil, sedang yang menjadi komandan dari seluruh kesatuan adalah Abu Ubaidah bin Jarrah.

Khalid menikahi janda Ikrimah bin Abu Jahal, Ummu Hakim di perjalanan jihad melawan tentara Romawi, di suatu tempat bernama Marjush Shafar. Setelah pernikahan itu, Khalid ingin beristirahat berduaan dengan istrinya sebagaimana pengantin baru, tetapi Ummu Hakim berkata, "Sekarang kita sedang diserang musuh dari segala arah, sebaiknya kita melawan mereka dahulu!!"
"Saya yakin," Kata Khalid, "Saya akan menemui syahid pada pertempuran ini..!!”
Mendengar penuturan suaminya itu, Ummu Hakim memenuhi permintaan Khalid. Mereka menghabiskan malam pengantin di tenda sederhana, sementara musuh siap menyerang. Keesokan harinya, Khalid menerjunkan diri dalam pertempuran, menyerang dan menerjang musuh dengan perkasa, sehingga akhirnya gugur sebagai syahid.

             Ketika masih bersama Nabi SAW di Madinah, ia pernah membawa putrinya yang masih kecil, Ummu Khalid menghadap Nabi SAW dengan memakai baju kuning. Beliau memuji keindahan baju tersebut dan menyuruhnya untuk tetap memakainya sampai habis/rusak. Khalid sempat memarahi putrinya tersebut karena bermain-main dengan cincin kenabian, tetapi beliau menyuruh membiarkannya.

Sumber link : disini

Kisah sahabat Thulaib bin Umair RA



          Thulaib bin Umair masih saudara sepupu Nabi SAW, ia memeluk Islam ketika Nabi SAW masih berdakwah secara sembunyi-sembunyi di Darul Arqam, sehingga bisa dikatakan ia sebagai kelompok as Sabiqunal Awwalin. Setelah keislamannya, ia menemui ibunya, Arwa binti Abdul Muthalib, dan mengatakan kalau dirinya telah menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW dan berserah diri kepada Allah. Menanggapi pengakuannya tersebut, sang ibu berkata, "Sesungguhnya yang lebih berhak kamu bantu adalah anak pamanmu itu (Muhammad SAW), demi Allah jika kami mampu melakukan seperti yang dilakukan oleh kaum lelaki, sudah pasti aku akan mengikuti dan melindunginya."



Saat itu Nabi SAW memang banyak mengalami halangan, cacian dan penyiksaan dalam mendakwahkan Islam. Mendengar jawaban ibunya tersebut, Thulaib berkata, "Apakah yang menghalangi ibu mengikutinya, padahal saudara laki-laki ibu, Hamzah, telah memeluk Islam?"
"Aku akan menunggu apa yang dilakukan oleh saudara-saudara perempuanku, kemudian aku akan menjadi seperti mereka," Kata Arwa.

Tetapi Thulaib tidak puas dengan jawaban ibunya ini, ia terus mendesak dan berkata, "Sesungguhnya aku meminta dengan nama Allah, agar ibu menemuinya (yakni Nabi SAW), mengucapkan salam dan membenarkannya, dan mengucapkan kesaksian kepadanya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah."
Melihat tekad dan kesungguhan Thulaib dalam mengajaknya kepada Islam, akhirnya Arwa luluh juga. Pada dasarnya ia memang ingin membela Nabi SAW yang masih keponakannya sendiri, ketika begitu banyak orang yang memusuhi dan menyakitinya. Ia akhirnya berkata, "Jika memang begitu, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah pesuruh-Nya."

            Thulaib merasa gembira dengan keputusan ibunya, apalagi ia selalu didorong untuk membantu Nabi SAW dan juga menyiapkan kebutuhan Nabi SAW dalam perjuangannya.

Kisah Sahabat Hakam bin Kaisan RA



            Dalam Perang Badar, Hakam bin Kaisan yang berperang di pihak kaum kafir Quraisy ditawan oleh Miqdad bin Amr. Pimpinan Miqdad ingin memenggal kepala Hakam, tetapi Miqdad memutuskan untuk menyerahkannya pada Rasullullah SAW. Beliau mengajak Hakam untuk memeluk Islam, tetapi Umar bin Khaththab yang saat itu bersama Rasullulah pun pesimis akan Islamnya Hakam, melihat bagaimana kerasnya permusuhannya kepada Islam selama ini. Karena itu ia juga menyarankan untuk membunuh Hakam saja.

Tetapi Nabi SAW, dengan pandangan beliau yang jauh menembus waktu dan tempat, mengabaikan saran Umar tersebut. Dengan sabar beliau menjelaskan tentang Islam, dan akhirnya Hakam masuk Islam. Maka Rasulullah bersabda, "Kalau saja aku memenuhi keinginan kalian beberapa saat yang lalu, tentu ia masuk neraka!"


Itulah salah satu bentuk kecintaan Rasulullah SAW kepada umat beliau, jauh lebih besar daripada kecintaan seorang ibu terhadap anak kandungnya sendiri. Hakam pun selalu memperbaiki keislamannya, sehingga akhirnya ia menjadi salah satu sahabat yang hafal Al Qur'an.

Waktupun berlalu, suatu ketika datang seseorang bernama Abu Bara' Amir bin Malik ke Madinah, Nabi SAW menyerunya untuk masuk Islam tetapi ia menolak. Namun demikian dia menyarankan Nabi SAW mengirim rombongan dakwah ke daerah Najd untuk menyeru kepada Islam. Tetapi Nabi khawatir akan keselamatan mereka karena daerah tersebut memang masih sangat rawan kejahatan. Tetapi Abu Bara' meyakinkan beliau, dan dengan segala pengaruhnya di sana, ia akan menjamin keselamatan rombongan dakwah tersebut. Karena itu beliau mengirim tujuhpuluh orang sahabat pilihan penghafal Qur'an dipimpin oleh Mundzir bin Amr, dan salah satunya adalah Hakam bin Kaisan.

Rombongan ini kemudian dikhianati dan dibantai oleh Amir bin Thufail dan sekutunya di Bi'r Ma'unah tanpa tersisa, termasuk Hakam bin Kaisan, kecuali satu orang, Ka'ab bin Zaid bin An Najjar yang pura-pura mati walau terluka terkena tombak.

            Sungguh beruntung nasib Hakam bin Kaisan, dari calon penduduk neraka karena melawan Nabi SAW di Perang Badar, kemudian menjadi penduduk surga karena syahid di Bi’r Ma’unah.

Sumber link asli di sini

Arsip Blog