Jumat, 06 April 2018

Pengalaman Seorang Santri Dengan abah Guru Sekumpul Sewaktu Mondok Di Darussalam Martapura




Oh ya, ada satu yang mengganjal dalam fikiran saya.
Saat nyantri di Darussalam, Abah Guru Sekumpul sudah jarang aktif ngajar di Pesantren,
beliau lebih fokus di Majelis.
Angkatan sebelum saya, tidak ada satu hari pun Abah Guru Sekumpul masuk mengajar.
Padahal, kepingin sekali saya merasakan bagaimana rasanya belajar dengan Abah Guru di Darussalam.
Apakah cara mengajar dan bahasa yang disampaikan sama dengan di Majelis atau berbeda..??

Waktu berlalu, saya pun duduk di kelas III Ulya (Tingkat Atas),
kelas terakhir di Darussalam. Di kelas III Ulya, saya ditempatkan di lokal B.
Guru-guru yang mengajar di tingkat ini adalah para kyai senior,
di antaranya Syaikh Muhammad Rosyad
(mufassir... masih ingat dibenak saat test baca tafsir Marah al-Labid
karya Syaikh Nawawi Banten beliau bilang “Ikam bagus baca kitab”.
Narsis banget ya... hehe yg jelas saya berusaha jujur)
dan Syaikh Muhammad Syukeri Unus
(Ahli Ilmu Alat dan Tashawwuf, pengasuh Majelis Ta’lim Sabilul Anwar).
Nah, sebagai pengajar akhlak (kitab Minhajul Abidin Imam al-Ghazali)
di kelas III Ulya dijadwalkan Abah Guru Sekumpul.

Apakah tahun ini Abah Guru yang jadwalnya begitu padat
dan terkadang sakit punya waktu untuk mengajar di Darussalam,
sedangkan angkatan sebelumnya beliau tidak ada satu hari pun masuk..?
Wallahu A’lam, kami hanya bisa berharap dan berdo’a.
Lagipula Abah Guru tidak terikat dengan Darussalam,
beliau tidak mau menerima gaji dari Darussalam.
Belum lagi kalau mengingat jadwal yang ditetapkan untuk Abah Guru adalah hari Rabu jam terakhir.
Artinya setelah selesai di Darussalam beliau mesti bersiap untuk memimpin
Sholat Zhuhur, kemudian memberi pengajian di Majelis ar-Raudhah dan
malamnya Ba’da Maghrib memimpin Majelis Menaqib dan Tarekat.
Kapan beliau istirahat..?



Allah Maha Tahu apa yang ada dibenak kami
dan inilah Keajaiban Sekumpul lagi-lagi saya rasakan.
Hari Rabu pertama di tahun ajaran waktu itu, kami harap-harap cemas.
Lonceng tanda jam pelajaran sudah berbunyi.
Sebagian kawan-kawan yang merasa tidak mungkin Abah Guru punya waktu untuk mengajar di Darussalam
(sebagaimana angkatan sebelum kami) memilih untuk tidak masuk kelas,
karena ditahun-tahun sebelumnya tidak ada kyai yang berani menggantikan
posisi (mewakili) Abah Guru dalam mengajar akhlak.
Tidak berapa lama, ada becak berhenti di depan Darussalam
dan seorang laki-laki dengan baju koko dan sarung plus peci putih turun dari becak.
Apakah itu Abah Guru Sekumpul..?? Memang mirip...
Namun, meragukan. Karena biasanya dalam majelis ta’lim beliau mengenakan gamis dan jubah,
juga serban melilit di kepala. Pula jarak antara rumah beliau di Komplek ar-Raudhah
dengan Darussalam lumayan jauh. Kalau memang itu Abah Guru Sekumpul,
kenapa tidak menggunakan Mercedes Benz keluaran terbaru yang ada di garasi beliau..?
Hai... Ternyata beliau memang benar Abah Guru Sekumpul, dengan tampilan yang sederhana.
Kebahagiaan yang tidak terperi menyelimuti hati kami.
Kami punya kesempatan belajar di kelas, yang tentu suasananya berbeda dengan di majelis.

Apakah ini sebuah keajaiban..?? Entah menurut anda,
menurut saya sih iya dan ini tidak perlu kita persoalkan.

Kenapa Abah Guru naik becak..??
entahlah, mungkin beliau lama ga naik becak.. hehhe.. untuk menghemat bensin..??
Ga juga, karena abang penarik becak menurut kabar
yang saya dengar waktu itu beliau kasih Rp.50.000,-
(pecahan terbesar waktu itu dan nilainya sangat besar.
Ingat, kejadian ini sebelum krismon, dimana nilai USD hanya sekitar RP.2.500,-).
Apa Mungkin beliau bermaksud menjaga hati kami,
yang sebagai santri dan belum memiliki penghasilan
tentu akan terbelalak bahkan mungkin menetes air liur melihat Baby Benz,
karena jangankan untuk beli, mengkhayalkan numpang saja ga berani.
Entahlah.. Hanya beliau yang tahu.

Yang jelas, beliau mampu menciptakan kharisma diri dan menebarkan kesejukan bagi kami.
Bandingkan dengan para pejabat atau wakil rakyat
(entah rakyat mana yang diwakilinya)
yang dengan seenaknya menggunakan mobil mewah (parahnya lagi, mobil dinas)
dan dengan pongahnya melewati kerumunan rakyat jelata.
Wajar (menurut saya) bila Abah Guru sukses membuat manusia lain mencintainya
dan para pejabat atau wakil rakyat tersebut sukses membuat manusia muak.
Apakah ini karomah..?? Entahlah.

Sumber :https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1188540721230684&set=t.100005668984538&type=3&theater