Selasa, 30 April 2013
Senin, 29 April 2013
Diantara Sifat Ketawadduan Abah Guru Sekumpul
Diceritakan kembali Oleh Hamid Sekumpul
Diantara sifat ketawadhuan/ rendah hatinya Abah Guru Sekumpul QS,yang
ulun dengar langsung dari yang punya riwayat bahwa suatu malam Senin
sekitar jam 11 malam, Pa Haji yang rumahnya berdekatan atau sekomplek dengan Abah Guru dalam regol Ar
raudah Sekumpul menelpon Abah Guru.
kata beliau' lagi dimana Bah
kata Abah Guru” Aku dibelakang Langgar,!( saya Dimbelakang Mushalla)
Begitu didatangi Pa Haji itu,
ternyata Abah Guru Sekumpul ada di
sekitar WC umum Musholla Arraudhah.
sendirian membersihkan WC
yang banyak itu, tanpa ada orang yg membantu, Saat itu,terkejutlah pa Haji tersebut ketika melihat Abah Guru membersihkan WC yg
banyak itu sendirian.
kemudian pa Haji tersebut mendangi Abah Guru dan lekas-lekas memberikan sabun untuk
Abah Guru untuk membersihkan tangan Abah Guru dengan rasa malu sekaligus takjub.melihat ulama besar membersihkan WC-wc sendirian saja.
Sesudah itu pa Haji tersebut bertanya bertanya
"kenapa Pian Bah menggawi ini?"(mengapa sampeyan kerjakan ini Bah)
Kata Abah Guru..ini semua saya lakukan hanya ingin membantu membersihkan bekas yang dipakai oleh anak dan cucu yang hadir pengajian dan maulidan disini.
Sejak itulah maka
dibentuk dan ditugaskan panitia yang lain untuk membersihkan WC musholla
secara teratur.
kisah ini
asli ulun mendengar dari yang menceritakannnya, salah seorang Anak Murid
Abah Guru Sekumpul yg bertempat tinggal didalam komplek/regol Arraudhah
Sekumpul.inilah ketawadhuaan Sidin sebagai Wali dan Ulama Besar yang
patut kita tiru dan kita teladani beliau tidak menghiraukan kedudukan atau derajat beliau apapun yang beliau kerjakan beiau lakukan dengan sendiri .. wassalam
Sumber : Jali bos & Hamid Sekumpul para pencinta Abah Guru Sekumpul
Diantara sifat ketawadhuan/ rendah hatinya Abah Guru Sekumpul QS,yang ulun dengar langsung dari yang punya riwayat bahwa suatu malam Senin sekitar jam 11 malam, Pa Haji yang rumahnya berdekatan atau sekomplek dengan Abah Guru dalam regol Ar raudah Sekumpul menelpon Abah Guru.
kata beliau' lagi dimana Bah
Begitu didatangi Pa Haji itu,
ternyata Abah Guru Sekumpul ada di sekitar WC umum Musholla Arraudhah.
kemudian pa Haji tersebut mendangi Abah Guru dan lekas-lekas memberikan sabun untuk Abah Guru untuk membersihkan tangan Abah Guru dengan rasa malu sekaligus takjub.melihat ulama besar membersihkan WC-wc sendirian saja.
Sesudah itu pa Haji tersebut bertanya bertanya "kenapa Pian Bah menggawi ini?"(mengapa sampeyan kerjakan ini Bah)
Kata Abah Guru..ini semua saya lakukan hanya ingin membantu membersihkan bekas yang dipakai oleh anak dan cucu yang hadir pengajian dan maulidan disini.
Sejak itulah maka dibentuk dan ditugaskan panitia yang lain untuk membersihkan WC musholla secara teratur.
kisah ini asli ulun mendengar dari yang menceritakannnya, salah seorang Anak Murid Abah Guru Sekumpul yg bertempat tinggal didalam komplek/regol Arraudhah Sekumpul.inilah ketawadhuaan Sidin sebagai Wali dan Ulama Besar yang patut kita tiru dan kita teladani beliau tidak menghiraukan kedudukan atau derajat beliau apapun yang beliau kerjakan beiau lakukan dengan sendiri .. wassalam
Minggu, 28 April 2013
karomah Abah Guru Sekumpul 9
" Ada Seorang Sayyid setiap Hari duduk duduk Di Tempat Perjudian,Sampai suatu Saat Ajal Datang menjemputnya,Orang-Orang Kampung Tidak ada yang Tahu Siapa Dia sebenarnya,di Saat wafatnya,Hanya Istri Dan Anaknya Yang Menghadapi Jenazahnya,Tidak ada Satu Tetangga pun Datang,Tidak ada satu pun tetangga Yang Mau Memandikan ,Mengkafani 'Mensholatkan Jenazahnya,Sang Istri Menangis Melihat Keadaan Suaminya.
Sang Istri
Berdo'a : Yaa Allah.....Bagaimana Dengan Jenazah Suamiku,Apakah Aku
Buang Ke sungai Mahakam ini,Atau Aku Biarkan Sampai Membusuk......!!!
Engkau Yang Maha Luas Rohmat-Mu,Berilah Petunjuk.....!!!
Tiba-tiba,Masuk
Seorang Tampan Tinggi Rupawan "Assalamu'alaikum Yaa Syarifah......!!!
Tampak Puluhan Orang Berjubah Dan Bersorban Mengiringi Dibelakangnya.....!!!
Wa'alaikumsalam Warohmatullah ......!!!
Saat Melihat Sang Guru,Si Syarifah Tersentak Kaget Bukan Main,Yang
Datang Adalah Al Imam Al Quthubul Akwan Assyeikh Muhammad Zaini Bin
Abdul Ghoni Sekumpul
Syarifah Bertanya;Kapan Pian Kesini
Guru,....Kal-tim Dan Kal-sel sangatlah jauh,apalagi kami di daerah Hulu
Mahakam Kembang Janggut ini
Jawab guru Sekumpul: Allah Yang Memudahkan,...
Tiba-tiba Dari Luar Banyak Orang kampung datang,Dan Terperanjat
Seketika tahu yang datang Guru sekumpul,Maka mereka keheranan dan Salah
satu dari penduduk berkata:Wahai guru,ini adalah orang yang senang
berjudi,tiap hari Duduk duduk Di tempat perjudian...
Guru sekumpul
tersenyum dan berkata: apakah kamu belihat beliau sendiri main
judi,atau beliau cuma duduk duduk saja disitu tanpa main judi
Sang penduduk terdiam,Kata Abah guru sekumpul "beliau ini yang tiap hari
kalian lihat di tempat perjudian adalah seorang dzuriat rasulullah SAW
beliau ini Yang jadi Penyandang Bala di kampung sini,beliau ini yang
setiap malam pada saat kalian tidur beliau bangun dan sholat tahajud
mendo'a kan kalian ,beliau juga yang rela setiap hari duduk di tempat
perjudian berdzikir dan memohon ampun untuk para penjudi agar mereka
sadar.tapi kalian tidak tahu kalian cuma melihat dengan pandangan
dzohir saja,beliau tidak terkenal dalam pandangan masyarakat bumi tapi
sangat terkenal di langit.
Maka Para penduduk menjerit dan
menangis,yang biasa berjudi langsung Sujud dan memohon ampun kepada
Allah ,Lalu Jenazah beliau Dimandikan dikafani dan disholatkan Lalu
diantar ke pemakaman.
Hujan pun Turun dgn Derasnya usai pemakaman
.
Jangan Lagi kalian berkelakuan seperti itu,biar bagaimanapun dhuhirnya
kalau sudah wafat Bila Wafat Sama Sangka Baik dengan Makhluqnya Allah
SWT,Dan Hati-Hati kata beliau...........Kalau itu Dzurriyah Sayyidil
Wujud SAW,kalau tadi tetap di biarkan seperti itu, Sampai Syarifah itu
Sakit Hati......Tenggelam nanti desa kalian ini......Murka Rasulullah
SAW,Murka Juga Allah SWT....
setelah itu Abah Guru Sekumpul beserta
rombongan pamit pulang naik kapal ,Tapi ada yang aneh.....Kapal yang di
tumpangi Abah guru Sekumpul beserta rombongan itu tidak ada di
kaltim,sepertinya itu Kapal Alam Jabbarut kata Habib Husein Alaydrus
Singa Mahakam .
(Habib Abdillah al aydrus عبدالله العيدروس )
sumber : Yuliansyah Riffai
Sabtu, 27 April 2013
sehari sebelum wafat nya Guru Semman Mulya
Bismillahirrohmanirrohim..
Kisah Abah Guru.
sehari sebelum wafat nya Guru Semman Mulya, Abah Guru Sekumpul sendirian yang
membersihkan kuku-kuku Beliau, dari tangan sampai kaki. abah guru bertanya kepada Guru Semman,
Abah:"Besok pulang kan?"
Guru semman: "InsyaAllah"
Abah:"siapa yg mandikan?"
Guru semman:"kamu"
abah:"siapa yg meimami?"
Guru Semman:"kamu"
Abah:"siapa yg talqin?"
Guru Semman:"kamu"
Abah:"siapa yg memasukkan dlm kubur?"
Guru Semman:"teserah"
Abah:"siapa yg baca tahlil?"
Guru Semman:"teserah"
Abah:"siapa yg baca doa arwah?"
Guru Semman:"teserah"
Abah:"gimana kalo di sholatkan dirumah?"
Guru Semman:"bagus"
Abah:"dibawa kesekumpul dan disholatkan di musholla Ar-Raudhah?"
Guru Semman:"bagus"
Abah:"bagaimana umpama dibawa pakai mobil ambulance?"
lalu Guru Semman tediam. ujar Abah:"mobil ambulance punya kita juga"
Guru Semman:"bagus"
Abah:"bagaimana kalo dijaga polisi?"
Guru Semman:"Bagus"
setelah itu Abah Guru Btakun soal jemaah/murid sidin.
Abah:"bagaimana murid-murid sampeyan hari sabtu perempuan?"
Guru Semman: (dengan isyarat menunjuk ke arah sekumpul).
kemudian Guru Semman minta ambilkan kertas. lalu Abah Guru ambilkan
kertas wan pulpen. wktu itu Guru Semman mulai pina sesak bhinak, sambil
bapadah, "tulis, WASIAT HAJI SEMMAN, KALAU MENINGGAL DUNIA, TANAM
DISEKUMPUL".
pas baucap kaitu, nangis Guru Semman. wasiat
selanjutnya, "Uang yg ada di lemari besi, sepertiga utk Khoirot
(kebaikan2), termasuk bearwah" wasiat ke-3, "Siti (Adik Beliau) bawa
kesekumpul". pas mndngar itu, adik beliau kehimungan bnr, soalnya beliau
sudah lws menantikan hndk satu rumah lwn kaka beliau, yaitu Hj.
Masliah. selanjutnya, "Muhammad dan Maisaroh (dua Anak Beliau), (sambil
mnunjuk keatas) artinya diserahkan kepada Allah. dan terakhir, Guru
Semman mbari isyarat minta talqin akan lwn Abah Guru wktu itu juga.
setelah itu Abah Guru mndekat ke telinga beliau, lalu Guru Semman
mmejamkan kedua mata. selesai betalqin, Abah Guru dan Guru Semman
bersalaman, berasuk tangan dan berpelukan. setelah itu kdd satu kata2
lagi.
waktu berjalan, sampai wktu subuh, Guru Semman mandi, berwudhu
sorangan. kemudian Abah Guru mnyiapkan pakaian utk beliau sholat,
sarung putih, kupiah putih.
setelah bepakaian, Guru Semman duduk di
sajadah. setelah itu beliau besiap sholat subuh, membaca niat Sholat
subuh, Takbiratul ihram, ruku' , I,tidal, pas sujud pertama kd
bebangun-bangun lagi. INNALILLAHI WA INNAILAHI ROJI'UN.
Telah
berpulang ke Rahmatulloh, Syekh Semman Mulya, tepat pada hari selasa
akhir bulan jumadil akhir, sesudah waktu subuh, tepat pada sujud yg
pertama di raka'at yg pertama...
(Kisah Abah Guru Sekumpul ketika acara Haul Almarhumah Hj. Masliyah)
Allahumma Sholli 'ala Sayyidina Muhammad...
sumber : http://www.facebook.com/groups/191179884364953/
Kamis, 25 April 2013
Gelar Abah Guru Sekumpul waktu kecil
Tegak di samudera pasir yang luas, seperti sebuah keajaiban yang muncul di tengah-tengah misteri ketidakpastian. Tidak mungkin rasanya bangunan tersebut milik salah satu suku Arab, lantas, kenapa hanya ada satu, di mana yang lainnya?, bila ternyata bangunan itu milik seorang musafir, lalu kenapa terlihat berdiri kokoh, menyiratkan bahwa ia adalah sebuah tempat tinggal untuk jangka waktu yang tidak sebentar?.
Langkah kaki Abah Guru terhenti manakala jarak yang tersisa antara dia dan bangunan itu hanya tinggal beberapa langkah, siapa pemilik bangunan, apakah dia sedang berada didalam, sebuah pertanyaan menyelimuti benaknya. Tiba-tiba di tingkat atas muncul seorang wanita Arab, yang meskipun busananya tertutup namun kecantikannya memancar menembus sekat-sekat bernama kain, melemparkan sesuatu kepada Abah Guru , Abah Guru memungut benda itu sambil hatinya bertanya-tanya. Namun keheranannya itu tidak membuatnya surut untuk terus melangkah. Ditengah semesta diamnya, yang mengitari pikirannya. Abah guru tiba-tiba dikejutkan oleh sebuah goncangan, bumi yang dipijak terasa bergetar.. Abah Guru tersentak, apa yang terjadi, suara apa itu, dari mana asalnya?, berbagai pertanyaan muncul tanpa rekayasa.
Abah Guru yang keheranan terus melangkahkan kakinya, sampai tidak jauh dari bangunan itu dia bertemu dengan dua orang pemuda, tegap, tampan, bahkan sangat tampan. Pemuda pertama yang lebih tua, terlihat penuh kharisma sekaligus menunjukkan kesantunan yang menyentuh relung hati setiap orang yang memandangnya, sementara yang lebih muda, nampak kekar bagai seorang mujahid, yang setiap saat siap menghadapi berbagai tantangan, sosok pria pemberani tergambar jelas dari raut mukanya.
Abah gurupun akhirnya terlibat dialog dengan kedua orang tersebut, sampai akhirnya..
“Kamu, kami berikan gelar Zainal Abidin”.
Abah Guru terdiam, Zainal Abidin …. sebuah gelar yang pernah mengukir sejarah, yang bahkan kebakaran di rumahnya sendiri tidak sanggup mengusiknya dari ibadah, dialah Sayyidina Ali Zainal Abidin, satu-satunya putera Sayyidina Husein sang Syahid Agung, yang selamat dari pembantaian di medan Karbala, putera Sayyidatina Fathimah az-Zahra; puteri Rasulullah SAW. Dialah orang pertama yang menyandang gelar Zainal Abidin; perhiasan cantik para ahli ibadah, karena ‘abid yang manapun, dari belahan bumi manapun, akan tertunduk malu bila berhadapan dengan catatan sejarah hidupnya, hanya dengan kisah tentang ibadahnya… apalagi kalau bertemu dan melihat langsung bagaimana asyiknya dia bersama Rabb-nya.
Abah Guru mungkin merasa malu, bagaimana tidak? Karena gelar tersebut bukan sembarang gelar, gelar adalah gambaran dari orang yang menyandangnya dibahunya, arti hakiki dari gelar tersebut, pertanda apa sehingga dia mendapatkan anugerah sebesar ini.
Saat ia merenung, ia melihat tanah yang berada di samping bangunan tersebut tiba-tiba bergerak laksana gelombang air laut. Kemudian Abah Guru bertanya kepada keduanya :
“Kenapa bumi tadi bergetar?” ucapnya.
“Itu adalah makam ayahanda, Ali Ibn Abi Tholib”
Abah Guru bertanya lagi kepada mereka berdua tentang perempuan yang melempar sesuatu kepadanya tadi :
“Kalau perempuan yang diatas bangunan tadi?”,
“Ibunda Fathimah” jawab mereka berdua.
Jawaban itu menjadi tafsir yang menguak tabir misteri ketiga orang ini. Yah, karena ketiga manusia yang mengundang kekaguman itu adalah al-Bathul; Sayyidatina Fathimah, sang pemuka para wanita surga, al-Hasan dan al-Husein, dua pemuda penghulu sorga, cucu dan pendingin mata Baginda Rasulullah SAW. Mereka adalah tiga orang ahlul kisaa , yang mengiringi turunnya ayat Tathir dalam surah al-Ahzab :
إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ البَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيراً
mereka adalah ahlu bait-nya Musthofa SAW.
Sebuah mimpi yang teramat indah, yang mungkin didambakan semua muhibbin ahli bait-nya Rasulullah SAW. Mimpi yang merupakan sebuah pertanda baik atau bisyarah untuk seorang hamba Allah yang sedang meniti jalan hidupnya menuju sebuah “kehambaan” yang sebenarnya, kedudukan yang paling tinggi di hadapan Sang Penguasa Semesta, Pencipta jagat raya, Allah SWT.
Meski Abah Guru mendapat bisyarah, mimpi bertemu dengan orang-orang mulia itu, namun dia tidak pernah menceritakan mimpi itu kepada siapapun, semua tetap mengendap dalam otaknya. Hingga suatu saat diceritakan oleh Guru Marzuki saat bertemu dengan Zaini di sebuah acara. Guru Zuki, begitu panggilan beliau, melemparkan pertanyaan yang membuat Zaini terkejut.
“Ikam wayah ini bangaran Zainal Abidin kah?” (Kamu sekarang ini bernama Zainal Abidin kan?) tanya Guru Zuki.
Zaini hanya diam, pertanyaan ini mengingatkannya pada mimpi yang dialaminya itu.
“Ada kalu ikam tamimpi?” (Bukankah kamu ada bermimpi?) sambung Guru Zuki. Zaini hanya menunduk, ternyata ulama yang satu ini tahu perihal mimpinya, padahal sebelumnya dia tidak pernah bercerita kepada siapapun tentang mimpi itu.
Notes : Kubah Guru Zuki dibelakang Kubah Guru Kasyful Anwar di Kampung
Melayu Martapura
Moga menambah kecintaan kita pada abah guru dan mendapatkan Rahmat Allah mengisahkan para Kekasih-Nya ( Aulia Allah ) … aamiinn
Fitnah Yang Membawa Hikmah
Ketika di Darussalam Abah membicarakan tentang kedudukan niat diterangkan Imam Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin bahwa hakikat niat itu adalah inbi’ats
atau motivator penggerak di dalam hati, jadi apa yang menjadi motivasi
kita itu adalah niat kita, kalau motivasi kita keridhaan Allah, berarti
niat kita karena Allah
Ada orang tidak suka dgn Abah melaporkan ke kantor Dewan Guru, sehingga dari diskusi dewan guru . Abah Guru dikeluarkan saja dari jajaran staf pengajar Darussalam.
Akibat fitnah itu, Abah Guru tidak mau diam dirumah , karena beliau tidak mau keluarga di rumah ikut mendapat fitnah jua . Beliau berdiam Musholla Darul Aman, dengan perbekalaan seadanya . Beliau fokus beribadah hingga beberapa bulan lamanya. Semua itu tidak membuat beliau berkecil hati dengan anugerah Allah, beliau tetap merasa bersyukur atas apapun yang menimpa dan memang harus dijalani.
Bagi Abah Guru hal ini menimbulkan hikmah tersendiri, karena dengan adanya kejadian ini beliau lebih konsentrasi kepada hapalan al-Qur’an, beliau menjadi akrab dengan ayat-ayat kitab Allah tersebut, tanpa harus selalu membuka lembaran-lembarannya, karena pada akhirnya beliau hapal diluar kepala 30 juz wahyu Allah tersebut hanya dalam waktu tidak lebih dari 7 bulan lamanya.
Waktu-waktu berada di Musholla Darul Aman beliau lewati dengan penuh semangat, sehari-harinya hanyalah berada di Musholla. Ia tidak ingin pulang sebelum selesai Khatam menghafalkan Al-Qur'an. Adapun masalah makan ia dapatkan dari sepiring nasi setiap hari yang diberikan oleh keluarganya. Nasi tersebut kemudian beliau bagi menjadi tiga bagian, satu bagian untuk sarapan pagi, sebagian lagi untuk makan siang, dan sisanya untuk makan malam walaupun nasinya sudah agak keras dan terkadang bersemut.
Menyebarnya kabar sesatnya Abah guru , sebagian ulama tak percaya , bagaimana bisa terjerumus kepada hal yang demikian pada beliau orang ‘alim , apalagi beliau adalah kemenakan al-‘Alimul Fadhil Tuan Guru Semman Mulya, rasanya tidak mungkin tuan guru itu akan mendiamkan kemenakannya, jikalau memang ilmu yang diyakini kemenakannya ternyata berbeda dengan faham ahlu sunnah wal jama’ah.
Suatu hari, saat berada dalam Musholla Darul Aman , Guru Darussalam bertanya masalahnya . Abah Guru mengatakan bahwa jawaban ada di dalam kitab yang dibawa ulama itu, ternyata kebetulan ulama tersebut membawa kitab Ihya ‘Ulumuddin karangan Imam al-Ghazali.
“Jelaslah sudah permasalahannya, kalau demikian ini semua adalah fitnah” katanya. Namun Guru Zaini tidak ingin memperpanjang permasalahan ini, bagi beliau cukup Allah SWT saja yang menjadi saksi kebenaran beliau.
Guru Zaini sudah memutuskan untuk tidak kembali lagi mengajar di Darussalam, beliau lebih memilih menyendiri, mendalami ilmu dengan muthola’ah dan memperbanyak ibadah kepada Allah SWT. Beliau merasakan hikmah dibalik semua kejadian itu sangatlah positif, menjadi lebih dekat dan makrifat dengan Allah SWT. Beliau sering pergi ke makam Syeikh Abdussamad Bugis di Tungkaran, disana beliau banyak beribadah dan memuthala’ah kitab-kitab ilmu agama.
Hikmah kejadian ini melahirkan berkah tersendiri bagi umat muslim di bumi Kalimantan. Dengan keluarnya beliau dari jajaran staf pengajar Pondok Pesantren Darussalam malah membuat beliau menjadi milik semua umat, karena ilmu titipan Allah pada beliau bisa dikaji oleh berbagai kalangan di Majlis Ta’limnya.
Dan akhirnya Abah Guru dapat izin Rasulullah membuka majlis di keraton yang menurut cerita awal muridnya Cuma 7 orang ( salah satu alhmarhum Guru Zaini Mursyid di sekumpul bisa jadi imam di mushalla Ar-raudhah ) . Dan cerita Sofwan, salah seorang santri yang ikut belajar di majelis ta’lim Guru Zaini ketika itu menceritakan, bahwa sekitar penghujung tahun 1966, ia dan teman-temannya yaitu Mahmud dan Fathullah yang menjadi murid Guru Zaini sejak tahun 62-an, mereka disewakan oleh Guru Zaini sebuah rumah untuk tempat tinggal selama mengaji ditempat beliau . Sofwan menceritakan pula bahwa selama berdiam di rumah itu selain mendapatkan bimbingan ilmu dan amal, mereka juga mendapatkan bantuan secara materi dari Guru Zaini yang membelikan kebutuhan hidup mereka sehari-hari; dari beras, lauk maupun kebutuhan lainnya. Malah terkadang Guru Zaini sendiri yang memasakkan makan siang mereka. Sofwan dan teman-temannya pun seusai pulang sekolah di Pesantren Darussalam tinggal makan saja. Di masa itu menurut cerita Sofwan lagi, ia sering mengalami sakit, sehingga Guru Zaini selalu memanggil seorang mantri yang bernama Umar, langganannya, untuk mengobati dirinya.
Menurut cerita sahabatku Ustadz Fauzi di Balikpapan yg bulan2 ini bailing kerumah orang yang menjagakan ketika Abah guru mengafal di Darul Aman itu masih hidup . Beliau asalnya orang martapura asli karena usaha terdiam di balikpapan dan hafal al-qur’an . Inipun beberapa kali asalnya menutupi diri dan akhirnya beliau kasih tahu jua namun beliau tidak mau dikenal orang banyak .
Moga dengan kisah ini kita sabarataan dapat berkah Abah guru … aamiin
Ada orang tidak suka dgn Abah melaporkan ke kantor Dewan Guru, sehingga dari diskusi dewan guru . Abah Guru dikeluarkan saja dari jajaran staf pengajar Darussalam.
Akibat fitnah itu, Abah Guru tidak mau diam dirumah , karena beliau tidak mau keluarga di rumah ikut mendapat fitnah jua . Beliau berdiam Musholla Darul Aman, dengan perbekalaan seadanya . Beliau fokus beribadah hingga beberapa bulan lamanya. Semua itu tidak membuat beliau berkecil hati dengan anugerah Allah, beliau tetap merasa bersyukur atas apapun yang menimpa dan memang harus dijalani.
Bagi Abah Guru hal ini menimbulkan hikmah tersendiri, karena dengan adanya kejadian ini beliau lebih konsentrasi kepada hapalan al-Qur’an, beliau menjadi akrab dengan ayat-ayat kitab Allah tersebut, tanpa harus selalu membuka lembaran-lembarannya, karena pada akhirnya beliau hapal diluar kepala 30 juz wahyu Allah tersebut hanya dalam waktu tidak lebih dari 7 bulan lamanya.
Waktu-waktu berada di Musholla Darul Aman beliau lewati dengan penuh semangat, sehari-harinya hanyalah berada di Musholla. Ia tidak ingin pulang sebelum selesai Khatam menghafalkan Al-Qur'an. Adapun masalah makan ia dapatkan dari sepiring nasi setiap hari yang diberikan oleh keluarganya. Nasi tersebut kemudian beliau bagi menjadi tiga bagian, satu bagian untuk sarapan pagi, sebagian lagi untuk makan siang, dan sisanya untuk makan malam walaupun nasinya sudah agak keras dan terkadang bersemut.
Menyebarnya kabar sesatnya Abah guru , sebagian ulama tak percaya , bagaimana bisa terjerumus kepada hal yang demikian pada beliau orang ‘alim , apalagi beliau adalah kemenakan al-‘Alimul Fadhil Tuan Guru Semman Mulya, rasanya tidak mungkin tuan guru itu akan mendiamkan kemenakannya, jikalau memang ilmu yang diyakini kemenakannya ternyata berbeda dengan faham ahlu sunnah wal jama’ah.
Suatu hari, saat berada dalam Musholla Darul Aman , Guru Darussalam bertanya masalahnya . Abah Guru mengatakan bahwa jawaban ada di dalam kitab yang dibawa ulama itu, ternyata kebetulan ulama tersebut membawa kitab Ihya ‘Ulumuddin karangan Imam al-Ghazali.
“Jelaslah sudah permasalahannya, kalau demikian ini semua adalah fitnah” katanya. Namun Guru Zaini tidak ingin memperpanjang permasalahan ini, bagi beliau cukup Allah SWT saja yang menjadi saksi kebenaran beliau.
Guru Zaini sudah memutuskan untuk tidak kembali lagi mengajar di Darussalam, beliau lebih memilih menyendiri, mendalami ilmu dengan muthola’ah dan memperbanyak ibadah kepada Allah SWT. Beliau merasakan hikmah dibalik semua kejadian itu sangatlah positif, menjadi lebih dekat dan makrifat dengan Allah SWT. Beliau sering pergi ke makam Syeikh Abdussamad Bugis di Tungkaran, disana beliau banyak beribadah dan memuthala’ah kitab-kitab ilmu agama.
Hikmah kejadian ini melahirkan berkah tersendiri bagi umat muslim di bumi Kalimantan. Dengan keluarnya beliau dari jajaran staf pengajar Pondok Pesantren Darussalam malah membuat beliau menjadi milik semua umat, karena ilmu titipan Allah pada beliau bisa dikaji oleh berbagai kalangan di Majlis Ta’limnya.
Dan akhirnya Abah Guru dapat izin Rasulullah membuka majlis di keraton yang menurut cerita awal muridnya Cuma 7 orang ( salah satu alhmarhum Guru Zaini Mursyid di sekumpul bisa jadi imam di mushalla Ar-raudhah ) . Dan cerita Sofwan, salah seorang santri yang ikut belajar di majelis ta’lim Guru Zaini ketika itu menceritakan, bahwa sekitar penghujung tahun 1966, ia dan teman-temannya yaitu Mahmud dan Fathullah yang menjadi murid Guru Zaini sejak tahun 62-an, mereka disewakan oleh Guru Zaini sebuah rumah untuk tempat tinggal selama mengaji ditempat beliau . Sofwan menceritakan pula bahwa selama berdiam di rumah itu selain mendapatkan bimbingan ilmu dan amal, mereka juga mendapatkan bantuan secara materi dari Guru Zaini yang membelikan kebutuhan hidup mereka sehari-hari; dari beras, lauk maupun kebutuhan lainnya. Malah terkadang Guru Zaini sendiri yang memasakkan makan siang mereka. Sofwan dan teman-temannya pun seusai pulang sekolah di Pesantren Darussalam tinggal makan saja. Di masa itu menurut cerita Sofwan lagi, ia sering mengalami sakit, sehingga Guru Zaini selalu memanggil seorang mantri yang bernama Umar, langganannya, untuk mengobati dirinya.
Menurut cerita sahabatku Ustadz Fauzi di Balikpapan yg bulan2 ini bailing kerumah orang yang menjagakan ketika Abah guru mengafal di Darul Aman itu masih hidup . Beliau asalnya orang martapura asli karena usaha terdiam di balikpapan dan hafal al-qur’an . Inipun beberapa kali asalnya menutupi diri dan akhirnya beliau kasih tahu jua namun beliau tidak mau dikenal orang banyak .
Moga dengan kisah ini kita sabarataan dapat berkah Abah guru … aamiin
Kejadian Di Masa Kecil Abah Guru Sekumpul
Kejadian di Bioskop Kayu Tangi
Kejadian ini bermula ketika pamannya abah guru ( Sebutlah Qusyairi waktu kejadian ini nama beliau belum berganti ) . Paman bermaksud mengajak Qusyairi jalan-jalan ke Pasar Martapura sekaligus menonton film di Bioskop Kayu Tangi, sehingga ia meminta izin kepada Abdul Ghani terlebih dahulu.
Sebenarnya Abdul Ghani ( Abah Qusyairi ) merasa keberatan puteranya diajak jalan-jalan ke pasar apalagi sampai menonton film di Bioskop, namun tidak enak menolaknya Dengan perasaan berat Abdul Ghani mengabulkan permintaan sepupunya, tapi dengan syarat pulangnya jangan terlalu larut malam.
Mereka berdua melewati jalan menuju pusat kota Martapura. Sesampai di Jalan Kayu Tangi, keduanya membelokkan langkah ke sebuah tempat yang telah ramai dikerumuni orang yaitu loket penjualan tiket masuk ke bioskop Kayu Tangi .
Setelah membeli dua tiket itu , pamannya menggandeng Qusyairi menuju ke arah penjaga pintu. Kemudian mereka masuk ke dalam gedung yang gelap. Jauh di muka nampak layar putih disoroti cahaya menimbulkan siluet gambar hidup, tampaknya sebentar lagi tayangan utama akan dimulai. Qusyairi yang sebelumnya tak pernah tahu tentang bioskop hanya bisa terpaku di tempat duduknya. Matanya tak sedikitpun berkedip mengarah pada film yang sedang ditayangkan. Tak berapa lama mendadak semua berubah menjadi gelap-gulita. Suasana mulai gaduh, terdengar suara makian yang sambung menyambung dari kiri kanan bahkan dari seluruh penjuru gedung.
“Maaf para penonton, tayangan tidak bisa dilanjutkan berhubung mesin rusak.”
Akhirnya pertunjukkan filmnya tidak bisa dilanjutkan dan para penonton keluar dengan bersesak-sesakan sambil menyimpan rasa kecewa dihatinya .
Ini suatu kejadian masa kecil Qusyairi dijauhkan dari perkara-perkara yg tidak baik menurut agama dan Selang beberapa waktu terdengar kabar bioskop Kayu Tangi itu roboh .
Sering abah guru berkata “ Ini batis kiriku bengkak gara-gara dulu waktu kecil bisa masuk bioskop kayu tangi di Martapura “ padahal belum sempat menonton filmnya sudah begitu yang dirasakan abah guru kifaratnya … Subhanallah
Pergi Menonton Layar Tancap
Beberapa waktu setelah kejadian tersebut, akan ada pemutaran layar tancap di lapangan Bumi Selamat Martapura pada malam Minggu. Kabar ini disampaikan kepada Qusyairi disertai ajakan untuk pergi melihatnya. Qusyairi senang mendengar ajakan neneknya itu, dan segera minta ijin kepada ayah dan ibunya.
Ajakan tersebut tidak lain karena Salabiah melihat cucunya tidaklah sebagaimana anak sebaya yang dapat mencari hiburan dengan bermain-main. Sehari-hari hanya digunakan dengan belajar di Madrasah, malamnya membaca Al-Qur’an di tempat Guru Hasan, dan sisanya terkadang dihabiskan untuk mengulangi pelajaran dan membantu ayahnya di sawah. Salabiah ingin sekali mengajak cucunya untuk pergi jalan-jalan, namun kehidupan sedemikian susah hingga uang yang terkumpul hanya cukup untuk dimakan sehari-hari.
Malam Minggu tiba, mereka berdua akhirnya pergi ke Lapangan Bumi Selamat usai Shalat Isya. Tempat itu telah dipenuhi dengan lautan manusia bercampur dengan para pedagang yang sedang mengais rezeki. Mereka kemudian bermaksud duduk agak jauh dari Layar Tancap. Mereka mendapati tempat tersebut dan duduk melepas lelah sambil menunggu film dimulai.
Malang tak dapat dikira, seketika sarung yang dikenakan Qusyairi tiba-tiba basah, ia segera mengusap sarung tersebut dan mengendus tangannya yang basah. Rupanya tempat duduk mereka di rerumputan adalah bekas orang kencing. Qusyairi langsung berkata pada neneknya : “Ni, tapih ulun basah, ulun teduduki bekas urang bekamih, kita bulikan ja ni ai!” (Nek, sarung yang saya pakai basah, tempat yang saya duduki bekas orang kencing, kita pulang saja ya nek!) Mereka kemudian memutuskan pulang ke rumah, dan tidak jadi berhibur diri menyaksikan layar tancap.
Mengingat kejadian-kejadian yang menimpa cucunya tersebut, terbayanglah di benak Salabiah petuah Tuan Guru Zainal Ilmi “Di rumah ada saikung pun, peliharapun, peliharapun.”
Moga bisa jadi ilmu , hikmah untuk kita ikuti akhlak mulia ini dan kita mendapatkan berkah abah guru karena ada cinta dan mengisahkan perjalanan hidup beliau yang penuh hikmah bagi kita … aamiin
Sabtu, 13 April 2013
Perjuang Jerih Payah Abah Guru Sekumpul
Assalamu 'alaikum warohmatullaahi wa barokaatuh..
para muhibbin
rohimakumullah.. kalau kita bicara karomah abah guru,sungguh teramat
banyak,masyhur dan didengar dimana -mana tempat, memang beliau orang yang
berhak dan pantas untuk mendapatkannya.
semua itu menunjukkan kemuliaan beliau dan anugerah juga bagi kita kaum muslimin, akan tetapi alangkah bagusnya kita juga perlu mengingat akan perjuangan beliau, mujahadah beliau, sejak masa kecil sampai berpulang kerahmatullah.
kita coba mendengarkan cerita -cerita tentang perjuangan beliau yang begitu hebat, penuh tantangan, suka duka datang silih berganti, tak hanya memperoleh kemuliaan itu cuma dengan senyum tawa, namun dipandang dari sisi kemanusiaan beliau. ada juga mengalami sedih dan derita, meski hati beliau tak pernah mengeluh, tak pernah menolak takdir yang menimpa beliau, salah satu contoh, semasa sekolah cuma memiliki dua lembar baju, yang satu buat sekolah, yang satu nya buat dirumah.
Beliau makan gadabung pisang/bongkah dibawah pohon pisang yang tumbuh akarnya, beberapa lama,itu saja yang bisa dimakan, tak makan nasi seperti kita, tiga kali sehari.
rumah orang tua bocor atapnya, apabila hujan lebat,terpaksa beliau sekeluarga mencari tempat teduh yang tak kena air hujan, kita juga pernah mendengar beliau di berhentikan mengajar dipondok darussalam, dibilang orang bahwa sidin itu sesat,. hingga waktu yang lama,dan beliau menyendiri tanpa banyak dukungan.
bayangkan dalam manakib beliau yang saya pernah dengar, beliau mengaji ke tuan guru dikampung melayu martapura, kadang kadang guru beliau tidak memberi pelajaran, lalu pulang beliau kerumah, sampai dirumah dimarahi orang tua di suruh balik lagi ketempat guru dan menunggu guru membuka kan pintu.. bayangin dech..
tapi dengan semangat yang luar biasa,dan kesungguhan yang tiada bisa diucapkan dengan kata, beliau berhasil memperoleh semua anugerah itu,. Abah Guru pernah mengaji ke kampung gadung rantau, apa kesana pakai mobil bagus, ada air condisioner nya biar dingin dipanas terik matahari, atau naik taksi yang langsung mengantar kekampung kerumah guru beliau,
mungkin saja beliau seharian penuh baru sampai waktu itu naik mobil kono,seperti truk besar tempoe duloe yang bisa mengangkut penumpang.. setelah itu jalan kaki beberapa kilometer masuk desa dengan jalan masih tanah atau batu kerikil terhampar sepanjang jalan menuju rumah guru..apakah sidin singgah dijalan membeli minuman yang dingin,? Wallaahu a'lam..!
Dan semua yang sidin lakukan tak lain hasilnya untuk ummat,pahala ibadah beliau untuk murid dan pecinta, tiap malam kata orang beliau menangis,meminta kan ampun atas dosa para murid dan pecinta semua..! Abah guru sudah berusaha yang terbaik buat kita, tinggal kita lagi.. apa yang bisa kita lakukan untuk menyenangkan beliau, mari kita coba merenungi nya.
mohon ampun maaf bila salah,tolong koreksi bila ada yg tidak benar..wassalam
sumber : Abi Hamid para pencinta Abah Guru Sekumpul
http://www.facebook.com/groups/parapencinta.abahguru/
semua itu menunjukkan kemuliaan beliau dan anugerah juga bagi kita kaum muslimin, akan tetapi alangkah bagusnya kita juga perlu mengingat akan perjuangan beliau, mujahadah beliau, sejak masa kecil sampai berpulang kerahmatullah.
kita coba mendengarkan cerita -cerita tentang perjuangan beliau yang begitu hebat, penuh tantangan, suka duka datang silih berganti, tak hanya memperoleh kemuliaan itu cuma dengan senyum tawa, namun dipandang dari sisi kemanusiaan beliau. ada juga mengalami sedih dan derita, meski hati beliau tak pernah mengeluh, tak pernah menolak takdir yang menimpa beliau, salah satu contoh, semasa sekolah cuma memiliki dua lembar baju, yang satu buat sekolah, yang satu nya buat dirumah.
Beliau makan gadabung pisang/bongkah dibawah pohon pisang yang tumbuh akarnya, beberapa lama,itu saja yang bisa dimakan, tak makan nasi seperti kita, tiga kali sehari.
rumah orang tua bocor atapnya, apabila hujan lebat,terpaksa beliau sekeluarga mencari tempat teduh yang tak kena air hujan, kita juga pernah mendengar beliau di berhentikan mengajar dipondok darussalam, dibilang orang bahwa sidin itu sesat,. hingga waktu yang lama,dan beliau menyendiri tanpa banyak dukungan.
bayangkan dalam manakib beliau yang saya pernah dengar, beliau mengaji ke tuan guru dikampung melayu martapura, kadang kadang guru beliau tidak memberi pelajaran, lalu pulang beliau kerumah, sampai dirumah dimarahi orang tua di suruh balik lagi ketempat guru dan menunggu guru membuka kan pintu.. bayangin dech..
tapi dengan semangat yang luar biasa,dan kesungguhan yang tiada bisa diucapkan dengan kata, beliau berhasil memperoleh semua anugerah itu,. Abah Guru pernah mengaji ke kampung gadung rantau, apa kesana pakai mobil bagus, ada air condisioner nya biar dingin dipanas terik matahari, atau naik taksi yang langsung mengantar kekampung kerumah guru beliau,
mungkin saja beliau seharian penuh baru sampai waktu itu naik mobil kono,seperti truk besar tempoe duloe yang bisa mengangkut penumpang.. setelah itu jalan kaki beberapa kilometer masuk desa dengan jalan masih tanah atau batu kerikil terhampar sepanjang jalan menuju rumah guru..apakah sidin singgah dijalan membeli minuman yang dingin,? Wallaahu a'lam..!
Dan semua yang sidin lakukan tak lain hasilnya untuk ummat,pahala ibadah beliau untuk murid dan pecinta, tiap malam kata orang beliau menangis,meminta kan ampun atas dosa para murid dan pecinta semua..! Abah guru sudah berusaha yang terbaik buat kita, tinggal kita lagi.. apa yang bisa kita lakukan untuk menyenangkan beliau, mari kita coba merenungi nya.
mohon ampun maaf bila salah,tolong koreksi bila ada yg tidak benar..wassalam
sumber : Abi Hamid para pencinta Abah Guru Sekumpul
http://www.facebook.com/groups/parapencinta.abahguru/
Min Akhlaki Syeikhuna Abah Guru Sekumpul ketika waktu kecilnya
Menginjak usia 5 Tahun , Abah Guru dicarikan orang tuanya guru mengaji Al-Qur’an yang bernama “ Guru Hasan “
Setiap habis magrib berjamaah , Abah guru berangkat ke rumah
Guru Hasan yang berada perbatasan Desa Pasayangan dan Desa Keraton
tidak terlalu jauh dengan rumah Abah Guru .
Bimbingan Akhlak dari orang tuanya sejak kecil sudah
disiplin dan diperaktekan . Setiap kali Abah guru berangkat mengaji
disuruh membawa sebotol kecil yang berisikan sedikit minyak tanah untuk
diberikan kepada Guru Hasan . Waktu kecil sudah di ajarkan akhlak
pemurah dan membantu paguruan . Dan Abah guru diajarkan supaya dapat
menghargai jerih payah gurunya memberi pelajaran Al-Qur’an . Waktu
kecil sudah diajarkan akhlak “ Hal jaza Ihsan illal Ihsan “ setiap
kebaikan dibalas dengan kebaikan pula .
Dan setiap habis belajar mengaji , dirumah diulangi kembali
atas bimbingan dan pengawsan ibunya dan nenek salbiyah . sehingga Abah
guru sangat menguasai ilmu baca Al-Qur’an semenjak kecilnya .
Moga kita bisa mengambil manfaat dan mencontoh akhalak mulia ini … aamiin
Langganan:
Postingan (Atom)
Arsip Blog
-
▼
2013
(23)
-
▼
April
(9)
- Min Akhlaki Syeikhuna Abah Guru Sekumpul ketika wa...
- Perjuang Jerih Payah Abah Guru Sekumpul
- Kejadian Di Masa Kecil Abah Guru Sekumpul
- Fitnah Yang Membawa Hikmah
- Gelar Abah Guru Sekumpul waktu kecil
- sehari sebelum wafat nya Guru Semman Mulya
- karomah Abah Guru Sekumpul 9
- Diantara Sifat Ketawadduan Abah Guru Sekumpul
- Karomah Abah Guru Sekumpul 10
-
▼
April
(9)