Jumat, 30 September 2016
KH. Mohammad Hasan Genggong
Nama : Mohammad Hasan (KH. Mohammad Hasan)
Nama Masa Kecil : Ahsan
Nama Akrab : Kiai Hasan, Kiai Hasan Sepuh.
Tanggal Lahir : Probolinggo, 27 Rajab 1259 h / 23 Agustus 1843 m
Tanggal Wafat : Probolinggo, 11 Syawal 1374 h / 1 juni 1955 m
Alamat Asal : Desa Sentong Kecamatan Krejengan Kabupaten Probolinggo
Alamat Tinggal : Desa Karangbong Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo
Nama Ayah : Syamsuddin (Kiai Syamsuddin / Kiai Miri)
Nama Ibu : Khadijah (Nyai Khadijah / Nyai Miri)
KH. Mohammad Hasan, begitulah nama lengkap tokoh kita di naskah ini. Di masa kecil, beliau bernama Ahsan. Beliau lahir di sebuah desa bernama Sentong. Sentong terletak 4 km arah selatan kraksaan. Dulu, desa Sentong masih berada di wilayah kawedanan Kraksaan. Saat ini Sentong termasuk wilayah Kecamatan Krejengan.
Pada suatu malam, langit cerah waktu itu, sepasang suami istri tidur terlelap di rumahnya. Si suami, seorang lelaki bernama Syamsuddin sehari-hari bekerja mencetak genteng. Genteng yang diolah dari tanah liat dijual untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Istrinya, seperti wanita pada umumnya, adalah seorang ibu rumah tangga yang patuh pada suaminya. Khadijah–nama istrinya–juga turut membantu pekerjaan suaminya itu dan menyiapkan hidangan yang layak untuk suaminya. Keluarga itu adalah keluarga yang bahagia.
Malam itu Syamsuddin bermimpi indah. Dalam mimpinya ia melihat istrinya merenggut bulan purnama
kemudian bulan itu ditelan tanpa tersisa sedikitpun. Ketika terbangun, syamsuddin bertanya-tanya apa makna mimpinya itu. Berhari-hari dia merasa penasaran, namun belum ada jawaban yang dapat memuaskan rasa penasarannya itu. Syamsuddin dan istrinya hanya bisa bermunajat kepada Allah SWT berharap bahwa mimpi itu merupakan pertanda baik bagi mereka berdua. Aktifitas mereka berdua kembali seperti biasa. Suatu hari Khadijah merasa bahwa dia sedang hamil untuk kedua kalinya. Sepertinya mimpi suaminya bahwa khadijah menelan bulan purnama menandakan bahwa dia akan hamil.
Syamsuddin adalah orang yang rajin bersedekah, begitu pula Khadijah istrinya. Setiap mendapat hasil kerja, tak lupa mereka bersedekah kepada orang-orang yang berhak. Suami istri ini adalah keluarga yang taqwa kepada Allah SWT. Ibadah adalah rutinitas yang utama dalam keluarga ini. Di lingkungannya, keluarga ini adalah salah satu keluarga terpandang. Masyarakat memanggil suami istri itu dengan sebutan Kiai dan Nyai. Jadilah panggilan mereka berdua Kiai Syamsuddin dan Nyai Hajjah Khadijah. Namun masyarakat lebih akrab memanggil mereka dengan sebutan lain yaitu Kiai Miri dan Nyai Miri. Hingga wafatnya, pasangan Kiai Miri-Nyai Miri ini memiliki 5 orang putra.
Kiai Miri adalah putra dari Kiai Qoiduddin, sedangkan Nyai Khadijah ini adalah anak ke-2 dari 8 bersaudara dari suami istri yang Qomariz Zaman. Qomariz Zaman sebenarnya adalah nama sang ibu, sedangkan nama ayah Nyai Khadijah tidak diketahui. Kelak, nama Qomariz Zaman ini diabadikan sebagai sebuah ikatan perkumpulan anak keturunan kakek-nenek Qomariz Zaman.
Waktu terus berlalu dan ketika genap hitungannya, lahirlah jabang bayi laki-laki yang dinanti-nantikan itu. Ketika itu tanggal 27 rajab 1259 h, kurang lebih bertepatan dengan 23 agustus 1843 m. Oleh Kiai Miri, putranya itu beliau beri nama Ahsan; Ahsan bin Syamsuddin.
Ahsan tumbuh selayaknya anak kecil pada umumnya. Di bawah bimbingan ayah dan ibunya, Ahsan mendapatkan bimbingan yang layak. Namun kebahagiaan itu tak bertahan lama karena sang ayah, Kiai Miri, meninggal dunia pada saat Ahsan masih kecil. Jadilah Ahsan hanya diasuh oleh sang ibunda.
Ketika kecil, Ahsan telah menampakkan suatu keistimewaan tersendiri dibandingkan saudara-saudara dan teman-teman sebayanya. Keistimewaan itu tercermin dari sifat-sifat yang melekat pada diri Ahsan. Sikap, tutur bahasa, dan tata krama pada orang sekitarnya sangat sopan dan santun. Ahsan juga termasuk anak yang cerdas pikirannya, cepat daya tangkap hafalannya serta kuat daya ingatnya, merupakan sifat-sifat yang memang dimiliki sejak kecil. Pergaulannya sehari-hari senantiasa dibimbing ibundanya dengan baik. Selain ibunda, Ahsan juga dibimbing oleh seorang pamannya yang bernama sama dengan sang ayah yaitu Kiai Syamsuddin.
Pamannya ini mempunyai seorang putra bernama Asmawi. Asmawi berusia lebih tua dari Ahsan sehingga Ahsan memanggil Asmawi dengan sebutan kakak. Sebaliknya Asmawi memanggil Ahsan dengan sebutan Adik. Mereka berdua selalu bersama-sama sejak kecil hingga melanglang buana menuntut ilmu di Mekkah.
Sebagai pribadi, Ahsan kecil memiliki sifat rendah hati, ikhlas, selalu menghormati orang lain, ramah pada siapapun yang dijumpai. Sebagai seorang muslim, ahsan menganggap bahwa dirinya memiliki kewajiban untuk senantiasa meningkatkan dan memperbaiki kualitas moral yang terdapat dalam diri beliau. Dalam Islam, akhlak memiliki dimensi yang luas dan universal. Mencakup akhlak terhadap apapun dan siapapun yang ada di sekitar kita. Termasuk akhlak terhadap lingkungan, terhadap alam, terhadap hewan, dan lain sebagainya.
Dalam bertutur kata Ahsan diajarkan untuk selalu berkomunikasi dengan bahasa madura yang halus dan santun disertai dengan sikap yang lemah lembut pula. Ahsan tak pernah menggunakan bahasa madura dengan aksen kasar pada siapapun. Kelak, akhlak beliau itu tetap merupakan ciri khas tersendiri yang dimilikinya hingga wafat. Hal ini tak lepas dari ajaran yang diberikan oleh ibunda beliau dan pamannya itu yang mengajarkan akhlakul karimah dan makna iman dan taqwa pada Allah SWT.
Sebagai seorang muslim, Ahsan meyakini, bahwa Allah adalah sumber segala sumber dalam kehidupan. Allah adalah pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam kehidupan manusia, dan lain sebagainya. Jika keyakinan semacam ini mampu diterapkan dalam diri setiap muslim, maka akan muncul penerapan keyakinan bahwa Allah adalah yang pertama kali harus dijadikan prioritas dalam berakhlak. Akhlak terhadap Allah ini merupakan pondasi atau dasar dalam berakhlak terhadap siapapun yang ada di muka bumi ini. Jika seseorang tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah, maka ia tidak akan mungkin memiliki akhlak positif terhadap siapapun. Demikian pula sebaliknya, jika ia memiliki akhlak yang karimah terhadap Allah, maka ini merupakan pintu gerbang untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap orang lain.
Ahsan sejak kecil telah mendapat didikan yang baik. Ahsan adalah seorang anak yang taat dan rajin menjalankan terhadap perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dalam setiap pekerjaan atau aktifitas kesehariannya, ia memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diembankan padanya. Segala sesuatu yang dia hadapi dianggapnya sebagai sebuah bentuk tanggung jawab yang tidak boleh ia hindari. Ahsan sadar betul bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas kehendak Allah SWT. Dalam setiap aktifitas yang dijalaninya dengan perasaan ikhlas dan ridha. Semuanya merupakan ketentuan Allah SWT.
Setiap kali melaksanakan aktifitasnya sehari-hari, Ahsan tidak pernah lupa atas kewajibannya sebagai muslim. Apabila telah tiba waktunya, maka buru-buru Ahsan segera pulang untuk melaksanakan kewajiban sholat 5 waktu. Dalam sholatnya, tidak lupa ia memohon petunjuk kepada Allah SWT atas setiap perbuatannya. Ahsan senantiasa memohon ampunan dengan bertaubat kepada Allah SWT. Ia beribadah semata-mata hanya mengharap ridla Allah. Di luar kewajibannya melaksanakan ibadah sholat, Ahsan juga seorang bocah yang rajin melantunkan bacaan Al-Qur’an di rumahnya yang sederhana.
Setelah ditinggal wafat oleh ayahandanya, praktis hanya ibundanya yang mengasuh Ahsan secara intensif. Layaknya orang tua pada umumnya, Nyai Miri mendidik Ahsan dengan kesabaran. Orang tua adalah orang yang paling dekat dengan seorang anak. Demikian juga dengan Ahsan dengan Nyai Miri; hubungan antara seorang anak dan ibu. Ahsan menaruh akhlak yang baik kepada ibundanya ini. Baginya, tidak ada sesuatu yang mampu menggantikan kebaikan ibundanya itu. Pengorbanan yang diberikan oleh seorang ibu tidak sebanding dengan penghargaan apapun yang diberikan seorang anak. Oleh karena itulah, pengorbanan yang demikian besarnya dari orang tua, dibalas oleh Ahsan dengan akhlak dan etika yang baik terhadap mereka.
Ahsan kecil belajar mengaji al-qur’an dan pengetahuan keagamaan di kampung halamannya. Bersama Asmawi dan teman masa kecilnya yang lain, Ahsan berguru pada Kiai Syamsuddin. Pada dasarnya memang Ahsan dan Asmawi adalah anak-anak yang cerdas. Selain cerdas, keduanya juga rajin dan punya rasa ingin tahu yang besar, terlebih lagi pada ilmu pengetahuan. Tak heran, keduanya selalu tercepat dalam pelajaran hafalan dan hafalannya tetap kuat diingat meski telah lama dihafalkan. Pelajaran yang disampaikan mudah sekali dicerna oleh keduanya. Sementara teman-temannya yang lain masih ketinggalan pelajaran, Ahsan dan Asmawi telah mampu menyelesaikan beberapa bagian pelajaran di depan mereka. Selalu begitu hingga menginjak remaja nanti. Ahsan hafal di hari senin, Asmawi hafal di hari selasa, maka teman-temannya hafal di senin berikutnya.
Dari tahun ke tahun Ahsan dan Asmawi kemudian menginjak masa remaja. Masa kecil keduanya telah berlalu. Didikan dan bimbingan yang baik yang ditanamkan oleh ibunda dan pamannya merupakan bekal yang berharga untuk segera menentukan langkah di masa depan mereka. Dengan bekal rasa ingin tahu dan haus pada ilmu pengetahuan yang memang besar, bersama Asmawi mereka ingin mengembangkan wawasan dan ilmu mereka. Ketika itu Ahsan berusia 14 tahun. Setelah berpamitan pada ibunda dan kerabatnya yang lain, dengan bekal secukupnya berangkatlah Ahsan dan Asmawi, sepupu cerdasnya itu menuju ke Pondok Sukunsari Pohjentrek Pasuruan. Jarak antara Sentong ke pondok tersebut 70 km. Ahsan dan Asmawi sudah tentu berjalan kaki. Di tahun 1857 itu, penjajah Belanda telah menancapkan kakinya di bumi pertiwi lebih dari dua abad lampau.
Ahsan dan Asmawi belajar dan mengabdi di pondok ini, pengasuhnya ialah seorang kiai bernama KH. Mohammad Tamim. Keduanya adalah santri yang tekun dan rajin di setiap kegiatan pondok. Seperti cerita di masa kecilnya dulu, Ahsan dan Asmawi masih saja selalu unggul atas teman-teman santri lainnya di pondok tersebut. Ahsan hafal di hari senin, Asmawi hafal di hari selasa, maka teman-temannya hafal di senin berikutnya.
Keduanya hidup sederhana di pesantren itu. Jika suatu waktu mereka mendapatkan rizki, mereka tidak pernah menghambur-hamburkan rizki itu, namun ditabung. Mereka berdua mempunyai tabungan yang disimpan di kamar; ditempatkan di atas loteng. Nyatalah suatu ketika tabungan mereka tu berguna. Suatu hari, Kiai Tamim sedang meninjau keadaan bangunan-bangunan milik pesantren. Saat itu muncullah keinginan beliau untuk memperbaiki beberapa bagian bangunan pondok yang rusak. Niat itupun bulat setelah dipertimbangkan masak-masak. Kiai Tamim pun menghitung-hitung biaya yang dibutuhkan untuk perbaikan. Ternyata biaya Untuk perbaikan tersebut tidak sedikit. Sedangkan kondisi keuangan Kiai Tamim masih belum mencukupi biaya tersebut. Biayanya sekitar 10 gulden.
Mengingat biaya yang dibutuhkan tidak sedikit, Kiai Tamim akhirnya mengutarakan niat tersebut pada para santri beliau. Dalam penyampaiannya, beliau berharap jika ada santri yang memiliki uang sejumlah biaya tersebut, kiai hendak meminjam uang tersebut. Sang kiai pun berharap-harap cemas, namun dari sekian banyaknya santri beliau tak seorang pun yang memberikan tanggapan terhadap hal itu. Kiai Muhammad Tamim pun sedikit kecewa karena beliau tahu bahwa di antara santri-santri itu ada yang berasal dari kalangan keluarga yang mampu secara ekonomi.
Di antara para santri itu, duduk pula Ahsan dan Asmawi. Setelah Kiai Tamim menyampaikan maksud beliau dan majelis selesai, keduanya bergegas menuju kamar. Simpanan uang yang diletakkan di kamar mereka ambil tanpa dihitung terlebih dahulu. Lalu mereka berdua bergegas menghadap Kiai Tamim untuk menyerahkan semua uang simpanan itu. Setelah bertemu, keduanya langsung menyerahkan uang simpanan tersebut kepada Kiai Tamim dengan hati ridla dan tulus tanpa mengharap kembalinya uang itu.
Kiai Tamim merasa terharu menerima uang simpanan itu. Beliau kagum pada Ahsan dan Asmawi karena sikap mulia itu. Keduanya hidup secara sederhana dalam kesehariannya, tapi untuk tujuan yang suci, apapun yang dimiliki diberikan meski sedikit. Kiai Tamim lantas memanjatkan do`a kepada Allah SWT untuk keduanya.
Setelah merasa cukup menuntut ilmu di Sukunsari, Ahsan dan Asmawi menyampaikan keinginannya kepada Kiai Tamim untuk melanjutkan menuntut ilmu pondok Bangkalan Madura. Kiai Tamim dengan bangga dan terharu melepas dua orang santri cerdas itu berangkat ke madura. Semangat yang luar biasa besar dari dua orang remaja tanggung demi menuntut ilmu itu mengalahkan jarak tempuh yang luar biasa jauh. Dengan kembali berjalan kaki, kemudian menyeberangi laut, kemudian kembali berjalan kaki menuju Pondok Bangkalan Madura. Di situlah seorang ulama besar pencetak ulama besar menempa santrinya dengan ilmu pengetahuan dan wawasan kehidupan. Kurang lebih nama beliau adalah KH. Mohammad Kholil. Saat itu tahun 1860/1861.
Kiai Kholil adalah kiai yang termasyhur kealimannya. Dari beliaulah banyak tampil ulama-ulama besar di pulau Madura dan Jawa. Santri-santri beliau kemudian banyak yang mendirikan atau mengasuh pesantren-pesantren besar dan terkemuka. Sebagian besar ulama menyatakan bahwa Kiai Kholil adalah seorang waliyullah.
Suatu ketika Kiai Kholil mengalami kesusahan. Beliau memanggil Ahsan. Ahsan lalu menghadap beliau, kemudian Kiai Kholil menyampaikan maksud tersebut, yaitu meminta pertolongan Ahsan agar ikut berdoa kepada Allah memohon kemudahan dalam menyelesaikan urusan yang meresahkan Kiai Kholil. Ahsan pun lantas ikut berdoa. Keesokan harinya, kesusahan Kiai Kholil tersebut dapat teratasi. Pertanyaan yang patut dikedepankan ialah mengapa Kiai Kholil memanggil Ahsan dan memintanya untuk ikut berdoa(?)
Selama berada di madura, selain berguru pada Kiai Kholil, Ahsan sempat berguru pada Syeikh Chotib Bangkalan dan juga KH. Jazuli Madura. Sebenarnya ada guru Ahsan yang bernama Syekh Nahrowi di Sepanjang Surabaya dan Syekh Maksum dari Sentong, desa kelahiran Ahsan. Sangat disayangkan tidak ada penjelasan mengenai di mana dan kapan Ahsan berguru kepada Syekh Nahrowi. Pada referensi terdahulu atau di sumber pendukung lainnya hanya disebutkan bahwa Syekh Nahrowi adalah guru beliau, juga tidak ada yang bisa memastikan pernahkah Ahsan bermukim sementara di Surabaya untuk berguru pada Syekh Nahrowi. Tidak diketahui juga kapan dan di mana Ahsan berguru pada Syekh Maksum. Jadi persoalannya ialah kapan dan di mana Ahsan berguru pada Syekh Nahrowi dan Syekh Maksum.
Setelah tiga tahun berada di Bangkalan, suatu ketika Asmawi ingin lebih memperdalam lagi ilmunya. Dalam hati kecilnya, Asmawi selalu bertanya-tanya mengapa Ahsan selalu lebih cepat menghafal dan menangkap pelajaran daripada dirinya. Dalam pikirannya Asmawi menganggap Ahsan lebih cerdas dan sulit dilampaui kecerdasannya oleh Asmawi. Setiap pelajaran kitab yang dipelajari, Ahsan selalu saja terlebih dahulu paham. Timbullah perasaan iri tersebut; iri pada kecerdasan seorang anak manusia. Asmawi bertekad untuk menambah ilmunya. Dia berfikir, bahwa jika dirinya berkumpul dengan Ahsan, maka dirinya akan selalu kalah pada Ahsan. Satu-satunya cara ialah menuntut ilmu di tempatnya ilmu, sedangkan Ahsan tidak pergi ke tempat itu karena masih tetap belajar di Bangkalan. Maka pastilah dirinya akan lebih mampu dan lebih pintar dibanding Ahsan. Tempat tujuan itu hanya satu dan cukup jelas di pikiran Asmawi: Makkatul Mukarromah!
Setelah segala sesuatunya selesai disiapkan, di tahun 1863 berangkatlah Asmawi sendirian menuju Makkatul Mukarromah untuk menunaikan Ibadah Haji di samping akan memperdalam ilmunya. Girang benar perasaan Asmawi. Sementara di bangkalan, Ahsan melepas keberangkatan Asmawi dengan perasaan bangga memiliki saudara sepupu yang haus ilmu. Namun di hati kecilnya, saat itu muncul pula keinginan untuk menyusul saudaranya itu ke Mekkah. Namun waktu itu menyusul berangkat asmawi adalah sesuatu yang sangat sulit. Ahsan pun bermunajat pada Allah SWT memohon agar dapat menyusul saudaranya itu.
Tidak lama setelah Asmawi berangkat, Ahsan dipanggil pulang ke Sentong oleh sang ibunda. Setibanya di rumah, Ibunda menanyakan apakah Ahsan juga berminat untuk berangkat ke Mekkah atau meneruskan mondok. Jika hendak ke Mekkah, uang yang tersedia masih belum mencukupi biaya keberangkatan. Jika hendak ke Mekkah, maka Ahsan harus giat mencetak genteng dan terpaksa tidak kembali ke bangkalan untuk memenuhi biaya keberangkatan. Pilihan itu memang sulit. Ahsan pun melakukan istikharah (mohon petunjuk) kepada Allah SWT. Dari istikharah itu, Allah memberikan satu petunjuk dengan suatu kalimat yang ditampakkan pada Ahsan. Isinya adalah kalimat If`al Laa Taf`al (kerjakan dan jangan kerjakan).
Dari isyarat itu, Ahsan menarik suatu kesimpulan bahwa bekerja di rumah atau tetap meneruskan mondok dan tidak bekerja adalah sama saja. Berangkat ke Mekkah guna menuntut ilmu juga akan tetap terlaksana jika Allah menghendaki. Atas kesimpulan itu, Ahsan memilih untuk meneruskan mondok saja. Akhirnya Ahsan kembali menuju ke Bangkalan.
Setibanya di Bangkalan, Ahsan langsung menghadap kepada Kiai Kholil untuk mengadukan hal tersebut sekaligus memohon doa kepada Kiai Kholil, supaya Allah segera mentaqdirkan keberangkatannya ke tanah suci dan terlaksana dengan mudah. Kiai Kholil pun mendo`akan niat dan harapan itu. Selanjutnya Ahsan kembali melakukan aktifitasnya sebagai santri.
Selang beberapa waktu kemudian, ibunda kembali menyuruh Ahsan untuk pulang lagi. Setibanya di rumah, Ahsan mendapati bahwa ongkos pembiayaan ke Mekkah sudah cukup tersedia, meski hanya cukup untuk ongkos perjalanan saja. Biaya hidup selama di tengah perjalanan dan selama di Mekkah tidak termasuk dalam biaya tersebut. Namun karena kegigihan dan bulatnya tekad Ahsan, maka Ahsan tetap berangkat dengan biaya tersebut. Ahsan pun berpamitan pada ibundanya dan Kiai Kholil. Ahsan berangkat ke Mekkah sekitar tahun 1864.
Di Mekkah, Ahsan kembali berkumpul saudaranya, Asmawi. Asmawi gembira mendapati saudaranya juga ditakdirkan oleh Allah juga tiba untuk menuntut ilmu di Mekkah sekaligus menunaikan ibadah haji. Namun hati kecilnya mengatakan bahwa ia akan kembali kalah dalam menerima ilmu pengetahuan kepada Ahsan. Asmawi yang tiba lebih dulu dan telah mengetahui seluk beluk Mekkah, selang beberapa hari setelah Ahsan tiba kemudian mengajak Ahsan untuk bertamu pada salah satu temannya yang bernama Abdul Qohar. Setelah bertemu ternyata oleh Asmawi keduanya dipertemukan untuk bermujadalah (debat). Berlangsunglah mujadalah itu dan hasilnya semua persoalan mujadalah dapat diselesaikan dengan baik oleh Ahsan. Lawan debatnya mengakui kemampuan ilmu yang dimiliki Ahsan. Di tengah perjalanan pulang, Ahsan bertanya pada Asmawi kenapa dirinya diadu-debat. Untuk menutupi maksudnya menguji kemampuan Ahsan, Asmawi berkelit bahwa pertemuan itu hanyalah ajang musyawarah.
Asmawi semakin yakin bahwa Ahsan memang memiliki kemampuan yang luar biasa, namun perdebatan itu masih belum cukup untuk membuktikan hal tersebut. Akhirnya Asmawi kembali mengajak Ahsan untuk bermujadalah. Kali ini dengan seorang keturunan Magrabi yang telah bermukim di Mekkah selama 40 tahun, dia seorang ulama yang alim di Mekkah. Ahsan yang memang tidak pernah berprasangka buruk pada siapapun menurut saja ketika dirinya diajak bertamu pada ulama tersebut dan tidak mengetahui maksud pertemuan itu. Seperti pertemuan dengan orang sebelumnya, pertemuan itu kembali berlangsung dengan mujadalah. Pertemuan yang dimulai sejak pagi setelah sholat dluha itu berlangsung jam demi jam hingga berlangsung hingga waktu sholat Dluhur, dan berjamaahlah mereka bertiga. Setelah sholat, mujadalah kembali berlangsung. Setiap pertanyaan yang dialamatkan pada Ahsan secara bertubi-tubi dari ulama itu dijawab dengan baik oleh Ahsan. Dalam hatinya ulama itu mengakui kecerdasan Ahsan. Di ujung mujadalah, Ahsan hendak mengajukan pertanyaan untuk dijawab oleh sang ulama lawan debatnya, namun tak dapat dijawab. Serta merta ulama tersebut berkata, ”Sungguh dia adalah pemuda yang benar-benar ’alim!”
Pertemuan pun selesai setelah kedua pemuda jawa itu pamit pulang. Ahsan kembali bertanya pada kakandanya itu kenapa dirinya diadu-debat dengan orang lagi? Asmawi kemudian menyampaikan maksudnya mendebatkan Ahsan dengan beberapa orang. Ahsan kemudian meminta kakandanya itu tidak lagi mempertemukan Ahsan dengan orang-orang jika tujuannya adalah mujadalah. Demi mendengar permintaan itu, Asmawi kemudian berjanji tidak akan mengulangi hal tersebut.
Ahsan kemudian berguru pada beberapa orang syekh terkemuka di Mekkah di samping pada beberapa orang ulama Indonesia yang bermukim. Guru-guru mereka selama menuntut ilmu di Mekkah adalah KH. Mohammad Nawawi bin Umar Banten, KH. Marzuki Mataram, KH. Mukri Sundah, Sayyid Bakri bin Sayyid Mohammad Syatho Al-Misri, Habib Husain bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi, Syekh Sa`id Al-Yamani Mekkah, dan Habib Ali bin Ali Al-Habsyi. Nama terakhir ini adalah guru Ahsan ketika sempat bermukim di Madinah.
Sejak tekun menuntut ilmu di Pondok-Pondok, kezuhudan dan kekhusyu`an telah terlihat dalam diri Ahsan. Selama di Pondok beliau tak pernah makan makanan selain makanan yang diperoleh dari ibunda beliau jika berada di rumah serta makanan pemberian guru beliau. Jika menanak nasi, Ahsan seringkali mencampurnya dengan pasir. Hal ini dilakukan agar pada saat makan, beliau bisa makan dengan pelan, karena di samping menyuap nasi, juga harus menyisihkan dan membuangi pasir yang bercampur dengan nasinya itu.
Sejak kecil Ahsan dan Asmawi memang mempunyai tanda-tanda bahwa keduanya memiliki keistimewaan yang akan berguna bagi masyarakat suatu saat nanti. Kelak hal itu benar-benar terbukti, masyarakat tidak lagi memanggil dua orang itu dengan nama Ahsan dan Asmawi. Masyarakat telah mengenal dua orang tokoh dan ulama besar itu dengan nama KH. Mohammad Hasan Genggong dan KH. Rofi’i Sentong.
Selama berguru sejak kecil hingga berada di Mekkah, Ahsan memiliki banyak sahabat. Selain Asmawi, banyak lagi sahabat-sahabat lainnya seperti KH. Hasyim Asy`ari Tebuireng Jombang, KH. Nawawi Sidogiri Pasuruan, KH. Nahrowi Belindungan Bondowoso, KH. Abdul Aziz Kebonsari Kulon Probolinggo, KH. Syamsul Arifien Sukorejo Situbondo, KH. Sholeh Pesantren Banyuwangi, KH. Sa`id Poncogati Bondowoso, Kiai Abdur Rachman Gedangan Sidoarjo, Kiai Dachlan Sukunsari Pasuruan, dan Habib Alwie Besuki.
Demikian juga dengan para Habaib. Ahsan juga banyak memiliki kedekatan seperti dengan Habib Hasyim Al-Habsyi Kraksaan, Habib Abdullah Al-Habsyi Palembang, Habib Sholeh bin Abdullah Al-Habsyi Pasuruan, Habib Hasan bin Umar Kraksaan, Habib Achmad bin Alwie Al-Habsyi Kraksaan, Habib Sholeh Al-Hamid Tanggul Jember, Habib Husain bin Hadi Al-Hamid Brani Maron, Habib Sholeh bin Muhammad Al-Muhdlar Bondowoso, Habib Abu Bakar Al-Muhdlar Lumajang, dan juga Habib Muhammad Al-Muhdlar Bondowoso.
KH. Mohammad Hasan wafat pada malam Kamis, jam 23.30 tanggal 11 Syawal tahun 1374 h/01 Juni 1955 m.
Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamit Thorieq…
Sumber dari : http://aka-ahsan.blogspot.com/
Kamis, 29 September 2016
Cak Nun Ziarah Ke Sekumpul
Baru saja Cak Nun dan KiaiKanjeng meninggalkan Musholla ar-Rhoudhoh tempat makam Guru Zaini berada. Di depan pusara Tuan Guru, Cak Nun duduk paling depan, dan KiaiKanjeng berada di belakangnya satu level lebih rendah. Cak Nun memimpin KiaiKanjeng membaca surat al-Fatihah, surat al-Qadar, surat Yasin, wirid Padhangmbulan, Wirid Robbi Anzilni Munzalan, dan Wirid Robbi La Tadzarni Fardan.
Sebelum membaca surat-surat tadi, Cak Nun meminta masing-masing KiaiKanjeng untuk memejamkan mata berdiam diri dan hati sowan kepada Tuan Guru Zaini.
Setelah hampir 45 menit semua rangkaian dzikir, tiga plastik kembang telah disediakan. Cak Nun dan KiaiKanjeng bergantian menaburkan kembang ssgar itu di atas makam Tuan Guru Zaini.
Ketika masuk makam ini tadi, tampak para warga yang duduk berdoa dan membaca yasin. Kesemuanya mengenakan baju putih, atau baju polos, sebagian lain mengenakan gamis. Ruangan yang bersambung dengan ruangan lain, termasuk ruangan utama tempat biasanya Tuan Guru memimpin shalawat bersama puluhan ribu jamaah dan masyarakat, terasa nyaman dan teduh. Di atas makam Tuan Guru, terdapat lampu gantung yang menerangi. Sempat terlihat di saat dzikir tadi,
seorang anak kecil putri datang menabur kembang di situ. Tampaknya merupakan adab yang tumbuh dari penghormatan yang dalam kepada Tuan Guru Zaini bagi setiap orang yang berziarah untuk menabur kembang di atas makam beliau.
Bagi Cak Nun, Tuan Guru Zaini tidak ada duanya di dunia dalam bermajelis shalawat. Seharusnya kita harus bersyahadah atau meresmikan Tuan Guru Zaini sebagai Pahlawan Syafaat. Majelis shalawatnya yang demikian besar tetapi dimulai dari perjuangan kesunyian nol, istiqamah, dan tulus adalah pergerakan tanpa henti memohonkan kepada Allah agar Syafaat Kanjeng Nabi turun kepada kita semua.
Ketika rombongan berpamitan dengan “Lurah” Sekumpul, yang sehari-hari menjaga komplek ini, seseorang bertanya kepada Cak Nun. Cak Nun menjelaskan bahwa Beliau tidak sedang apa-apa selain memohonkan kepada Allah perlindungan dan keselamatan banga Indonesia. Allah, para Malaikat, dan Rasulullah menyaksikan apa yang ada di sini di kampung Tuan Guru Zaini. Hawa dan pancaran Aulia dan kekasih-Nya seperti Tuan Guru inilah yang membuat Allah menyelamatkan kita dari penjajahan yang sedang dan akan berlangsung di Indonesia.
Kubah Musholla Ar-Roudhoh yang berwarna biru tampak indah berpadu dengan langit senja di atas Martapura. Cak Nun melangkah menuju mobil sembari melayani orang-orang yang menyalaminya. Rombongan pamit kembali ke Banjarmasin. (hm/adn)
Pengajian Abah Guru Zuhdi : Kitab Al ‘Ilmunnibros
Berkata Al_alimul Al_allamah Abah Haji Guru Zuhdi.
Orang berangkat haji keluar dari rumah artinya keluar dari dosa dengan Allah minta ampun dan dengan manusia minta maaf maka artinya orang itu berjalan keluar rumah.
Apabila hati tertahan di maqom ilmu,maqom amal maqom ikhlas maka artinya belum berjalan lagi.
Hidup ini sprt perjalanan haji. Jangan memandang cerita diri dan kelebihan diri dan tidak ada cerita diri dan tidak ada kelebihan diri dan yang di ceritakan cerita org lain dan kelebihan org lain.
Gejala dan ciri ada kisah diri apabila di puji tersenyum dan apabila di hina tersinggung. Di beri Allah yang nyaman ketawa dan di beri Allah bala malah keluh kesah. Kita punya penyakit memandang kisah diri. Tidak mau diri dapat bala sehingga keluh kesah itulah jahat nya Nafsu. Dan orang yang memandang Allah kala dapat nikmat dan bala memahami perbuatan Allah sehingga selamat dari sakit hati dan pusang.
Apabila masih mengisahkan diri maka akan kecewa saat di hina. Orang yang mencintai Allah akan belajar memahami perbuatan Allah.
Tujuan sama kepada Allah cuma jalan nya aja berbeda. Ada dengan jalan mengaji,membaca sholawat,berzikir dan ini harus belajar.
Tidak ada makrifat yang benar kecuali dengan mutaba'ah(mengikut).
Hikmat nya di ciptakan jin dan manusia adalah beribadah kpd Allah dengan jalan mutaba'ah kepada Rasulallah.
Makrifat di dapat dengan jalan mutaba'ah yaitu mengikuti yang benar yaitu mengikut Rasulallah.
Para Nabi dan Rasul dan kita semua jalan menuju Allah tidak berubah hanya satu asyhadu alla illa ha ilallah. Dan yg berbeda itu syariat.
Berbagai macam jalan utk menuju Allah baik dgn jalan Tauhidul af'al ada dengan Tauhidul sifat maupun Tauhidul zat. Ada yang melihat af'al perbuatan Allah melihat sifat Allah maka sampai semua jalan itu dan yang di jaga jangan menimbulkan diri.
Jangan pernah memandang kelebihan diri yang di pandang kekurangan diri. Jangan pernah merasa benar walau duduk di benar. Rasa itulah yg di didik orang tua bahari agar tidak ada merasa diri punya kelebihan tapi selalu penuh kekurangan.
Uwais al qorni bersembunyi dari makhluk.
Guru Sarwan abdan bangil waktu datang ke bangil hanya bersembunyi dan guru pasuruan yang menyuruh untuk keluar. Jaga hati jangan sampai liar.
Sampai bersembunyi itu pun merasa tidak punya kelebihan. Padahal bersembunyi(mastur) itu suatu kelebihan tapi mereka tidak merasa punya kelebihan. Saat kita sudah tidak lagi mengisahkan diri dan kelebihan diri maka Allah menampakan kisah Allah. Lalu melihat kebesaran Allah di mana mata memandang.
Saat sugih jangan pernah berkata aku sugih,saat alim jangan pernah berkata aku alim kerena kita bukan orang pertama. Rasulallah lah orang yang pertama yang sugih,orang pertama yang alim orang pertama yg paling bungas. Kita bukan orang yang pertama hanya bisa menurut kepada org pertama (Rasulallah). Mudahan kita punya malu untuk tidak mengaku apapun kerena malu kepada orang yang pertama yaitu Rasulallah. Saat memandang Rasulallah hilang lah kisah diri.
Jangan merasa ada kisah diri dan jgn merasa ada kisah kelebihan diri tapi tetap duduk dalam kebenaran. Orang bahari di suruh membaca doa saling dorong dorong kerena mereka merasa tidak bisa padahal mereka adalah orang yang alim.
Jangan merasa apapun kerena rasa inilah yang bikin mauk.
Benar benar mematikan nafsu kisah diri. Dan saat melihat kelebihan serta kebaikan orang (Allah)maka di tarik Allah hatinya akan cinta kepada Allah sehingga mengangkat berat nya ibadah. Dulu merasa sangat berat beribadah dan sekarang malah ringan ibadah itu bahkan mencari cari ibadah. Dulu menyandang bala itu sangat berat sekarang malah bala itu di cari kerena cinta kpd Allah karena hati nya sudah di tarik Allah dengan cinta.
Cinta yang buat segalanya jadi nyaman.
Ada orang yang amalan nya apabila ada di syukuri dan bila tidak ada tidak di cari. Sholat sunat tidak seprti org,ibadah tidak seperti orang tapi apapun yang ada di syukuri bila tidak ada tidak di cari hanya itu amaliah nya. Orang yang duduk di maqom syukur selalu bahagia. Itulah org itu amaliah nya di syukur di maqom syukur. Hanya itu aja amalannya dan selamat orang itu
.Syukuri yg ada dan jangan mencari yg tdk ada. Iblis memberi was was dgn memberi khayalan yg tdk ada di hadapan.
Ada lagi orang amalan nya menjaga dari berbuat dosa. Menjaga tidak menyakiti orang walaw berbuat baik sedikit. Orang itu menunggu mati dimana saat mati dalam keadaan tidak berdosa.
Ada lagi orang amalan nya suka bersedekah. Membaca quran tidak terlalu sering. Selesai sholat maka dia lakukan bersedekah hanya itu amaliah nya yaitu senang bersedekah.
Dan mereka semua yang beramalan dan beramaliah ini tidak merasa punya kelebihan diri.
Malam Jum'at Tanggal 29 September 2016
sumber : Pecinta Waliyullah
Rabu, 28 September 2016
Karamah Abah Guru Sekumpul : Mendatangi Murid Dari Alam Lain
Kisah nyata ini di ungkapkan oleh seorang murid Tuan Guru H. Ahmad Bakeri Gambut. disuatu pengajian Guru Bakeri tengah khusu menyampaikan tausiyah yang diikuti santriwati dan ibu ibu, yang pada saat berlangsung di komplek pondok pesantren Almursyidul Amin Gambut.
Namun tidak seperti biasanya, pengajian itu tiba tiba mendadak dihentikan Guru Bakeri. dan sesaat kemudian Guru Bakeri langsung naik mobil pribadinya menuju Martapura. semua jemaah pun bertanya tanya apa yang sesungguhnya terjadi...?
setelah beberapa waktu kemudian, salah seorang murid menanyakan tentang kejadian itu. Guru Bakeri pun menjelaskan bahwa pada saat pengajian ia melihat dengan jelas kedatangan Abah Guru Sekumpul berada dimuka pintu pengajian. maka mau tidak mau ia harus menghentikan pengajian itu.
Namun tidak lama setelah itu sosok Abah Guru Sekumpul yang tadi muncul hilang dari pandangan. Usai pengajian Guru Bakeri dengan segera menyempatkan menuju ke Sekumpul untuk bertemu dengan Abah Guru Sekumpul dan Guru Bakeri menanyakan .:" Pian tadi ada ke gambut kah bah "..?
Abah Guru menjawab dengan tersenyum : ada ae aku handak melihati ikam banar ae" ( ada aku mau menjenguk kamu aja) .
Hal ini menunjukkan karomah Abah Guru Sekumpul, bisa mendatngi atau bisa menengok murid muridnya dialam yang berbeda atau menengok anak muridnya dengan telepati jarak jauh dalam sekejap meski jasad beliau tetap di sekumpul.
Sumber : 100 Karamah dan Kemulian Abah Guru Sekumpul.
Minggu, 25 September 2016
Karamah Abah Guru Sekumpul : Bangsa Jin Juga Hadir Di Majlis Pengajian Abah Guru Sekumpul
Seorang ulama yang memiliki murid bangsa jin, bukan merupakan hal yang salah, bahkan itu merupakan hal yang special tersendiri, berarti dakwahnya menjangkau ke alam sana. sejak masa Rasulullah banyak bangsa jin yang menyatakan keimanan dan keislamannya dihadapan Rasulullah SAW. Bahkan menurut Rasulullah, sambutan mereka dalam menerima islam justru lebih semarak daripada bangsa manusia.
Banyaknya jemaah majlis pengajian Mushallah Arraudah yang hadir, ternyata tidak menyurutkan keinginan beberapa jamaah bangsa jin juga untuk turut hadir di majelis itu.
Menurut Abah Guru Sekumpul Sendiri sewaktu di pengajian beliau menceritakan bangsa jin yang hadir di majelis ini kebanyakan adalah zuriat atau anak cucu datu bedok, Jin dari timur tengah yang dulu berbai'at dan berjanji setia untuk berkhadam kepada Syekh Muhammad Arsyad Albanjari dan seluruh Zuriatnya.
Datu Bedok menurunkan dua zuriat, zuriat laki laki yaitu Abdul Qahhar dan Abdul Qahhir, dua jin inilah yang selalu hadir di mejelis Sekumpul serta merta membantu keamanan dalam pelaksanaan pengajian di sekumpul dan bersama anak cucunya. mereka siap selalu mengabdi dan berkhadam kepada ulama zuriat keturunan Syekh Muhammad Arsyad Albanjari atau Datu Kelampayan.
Sumber : 100 Karamah Dan Kemulian Abah Guru Sekumpul.
Jumat, 23 September 2016
Karamah Abah Guru Sekumpul : Guru Bakeri Dan Habib Abu Bakar Al-Habsyi Mekkah
Kisah ini barangkali sudah banyak diketahui oleh masyarakat umum, dituturkan oleh KH.Ahmad Bakeri, pengasuh Pondok Pesantren Al-Musyidul Amin Gambut, kata beliau mengawali kisahnya :
"kisah ini merupakan kisah nyata pengalaman pribadi Saya, dan jika saya berdusta, maka bisa disebut saya sebagai seorang munafik. suatu saat menjelang saya berangkat haji, saya datang menemui Abah Guru Sekumpul,kesempatan itu saya pergunakan untuk bertanya kepada beliau.: "Abah Guru, siapa Wali Qhutub saat ini yang berada di Mekkah ? Abah Guru Sekumpul menjawab sambil tersenyum :
"Bakri...Bakrii............Ngaran sidin ( nama beliau ) tue Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Habsy. :
Saya bertanya lagi : " dimana kira kira ulun bisa ketemu lawan sidin ( dimana gerangan saya bisa ketemu dengan beliau )..? Abah Guru Sekumpul menjawab : kena ikam ketemuan aja lawan sidin ( nanti kamu ketemu saja dengan beliau ).
Dan tiba lah pada saatnya saya pun berangkat haji, namun hingga seminggu sebelum pulang ketanah air, saya masih belum berjumpa dengan Wali yang dimaksud. Akhirnya saya mencoba mencari informasi kepada mereka yang sudah lama bermukim di Mekkah. walhasil bahwa saya mendapatkan keterangan bahwa beliau tinggal di jabal Nur. sayapun mendatangi tempat yang sudah diberitahukan tersebut, sesampai disana, persis tiba waktu shoalat Ashar dan saya ikut shalat. Namun selesai sholat, saya heran, kerena wirid yang dibaca disana sama persis dengan dibaca di Sekumpul.
Usai sholat kemudian di gelar majlis taklim dengan membaca kitab syarah ainiyah, saya tambah terkejut, kerena seingat saya saat itu di Sekumpul juga membaca kitab syarah ainiyah juga. Setelah mejelis selesai, saya meminta ijn untuk ketemu sama Habib Abu Bakar Al habsyi, tidak lama kemudian beliau keluar. beliau kelihatan sudah terlihat sepuh, tapi masih nampak gagah, belum sempat saya ucapkan salam. beliau sudah berkata : " Marhaban ya Alimul kabiir Syekh Muhammad Zaini Ghani Martapura".( selamat datang wahai seorang Alim besar Syekh Muhammad Zaini Ghani Martapura )". nampaknya beliau sudah tau apa yang sebenarnya, yang beliau lihat bukan saya, tapi Abah Guru Sekumpul, berarti Abah Guru Sekumpul sudah memberitahukan beliau, kalau saya akan sowan ketempat beliau, entah bagaimana caranya, sesuai pesan Abah Guru Sekumpul yang mewanti wanti saya untuk tidak banyak bicara,cukup minta doa dan minta diakui sebagai murid saja.
Sepulangnya saya ke Banjarmasin, saya pun sowan ke Sekumpul untuk bertemu Abah Guru Sekumpul, untuk menceritakan apa yang terjadi. sekaligus untuk menggembirakan beliau. malam itu tepat malam kamis, usai pengajian, saya iringi dibelakang beliau. sesampai dipintu rumah , beliau menengok kebelakang dan bilang : " Masuk Bakeri " saya diajak masuk kekamar beliau. dan Abah Guru pun mematikan lampu, sesat beliau membacakan doa yang cukup panjang. usai itu Abah Guru Sekumpul bilang " sudah bakeri ae kada usah dikisahkan aku tahu ae. ( sudah ngga usah di ceritakan lagi aku sudah tau ) saya pun mafhum, kerena bagi seorang wali itu hal yang lumrah. sesudah itu saya pamit untuk pulang",
Cerita KH.Ahmad Bakeri tersebut menunjukan karamah dan kemuliaan yang besar dari Maulana Syekh Muhammad Zaini Bin Abdul Ghani Albanjari.
Sumber : buku 100 Karamah dan Kemulian Abah Guru Sekumpul
Rabu, 21 September 2016
10 Kisah Cinta Paling Indah Dalam Islam
1. Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra
Cinta Ali dan Fatimah luar biasa indah, terjaga kerahasiaanya dalam sikap, ekspresi, dan kata, hingga akhirnya Allah menyatukan mereka dalam suatu pernikahan. Konon saking rahasianya, setan saja tidak tahu menahu soal cinta di antara mereka. Subhanallah.
Ali terpesona pada Fatimah sejak lama, disebabkan oleh kesantunan, ibadah, kecekatan kerja, dan paras putri kesayangan Rasulullah Saw. itu. Ia pernah tertohok dua kali saat Abu Bakar dan Umar ibn Khattab melamar Fatimah sementara dirinya belum siap untuk melakukannya. Namun kesabarannya berbuah manis,lamaran kedua orang sahabat yang tak diragukan lagi kesholehannya tersebut ternyata ditolak Rasulullah Saw. Akhirnya Ali memberanikan diri. Dan ternyata lamarannya kepada Fatimah yang hanya bermodal baju besi diterima.
Di sisi lain, Fatimah ternyata telah memendam cintanya kepada Ali sejak lama. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah kedua menikah, Fatimah berkata kepada Ali: “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya”. Ali pun bertanya mengapa ia tetap mau menikah dengannya, dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya. Sambil tersenyum Fathimah menjawab, “Pemuda itu adalah dirimu”
2. Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aziz, khalifah termasyhur dalam Bani Umayyah, suatu kali jatuh cinta pada seorang gadis, namun istrinya, Fatimah binti Abdul Malik tak pernah mengizinkannya menikah lagi. Suatu saat dikisahkan bahwa Umar mengalami sakit akibat kelelahan dalam mengatur urusan pemerintahan. Fatimah pun datang membawa kejutan untuk menghibur suaminya. Ia menghadiahkan gadis yang telah lama dicintai Umar, begitu pun si gadis mencintai Umar. Namun Umar malah berkata: "Tidak! Ini tidak boleh terjadi. Saya benar-benar tidak merubah diri saya kalau saya kembali kepada dunia perasaan semacam itu,"
Umar memenangkan cinta yang lain, karena memang ada cinta di atas cinta. Akhirnya ia menikahkan gadis itu dengan pemuda lain. Tidak ada cinta yang mati di sini. Karena sebelum meninggalkan rumah Umar, gadis itu bertanya, "Umar, dulu kamu pernah mencintaiku. Tapi kemanakah cinta itu sekarang?" Umar bergetar haru, tapi ia kemudian menjawab, "Cinta itu masih tetap ada, bahkan kini rasanya lebih dalam!"
3. Abdurrahman ibn Abu Bakar
Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq dan istrinya, Atika, amat saling mencintai satu sama lain sehingga Abu Bakar merasa khawatir dan pada akhirnya meminta Abdurrahman menceraikan istrinya karena takut cinta mereka berdua melalaikan dari jihad dan ibadah. Abdurrahman pun menuruti perintah ayahnya, meski cintanya pada sang istri begitu besar.
Namun tentu saja Abdurrahman tak pernah bisa melupakan istrinya. Berhari-hari ia larut dalam duka meski ia telah berusaha sebaik mungkin untuk tegar. Perasaan Abdurrahman itu pun melahirkan syair cinta indah sepanjang masa:
Demi Allah, tidaklah aku melupakanmu
Walau mentari tak terbit meninggi
Dan tidaklah terurai air mata merpati itu
Kecuali berbagi hati
Tak pernah kudapati orang sepertiku
Menceraikan orang seperti dia
Dan tidaklah orang seperti dia dithalaq karena dosanya
Dia berakhlaq mulia, beragama, dan bernabikan Muhammad
Berbudi pekerti tinggi, bersifat pemalu dan halus tutur katanya
Akhirnya hati sang ayah pun luluh. Mereka diizinkan untuk rujuk kembali. Abdurrahman pun membuktikan bahwa cintanya suci dan takkan mengorbankan ibadah dan jihadnya di jalan Allah. Terbukti ia syahid tak berapa lama kemudian.
Rasulullah Saw. dan Khadijah binti Khuwailid
Teladan dalam kisah cinta terbaik tentunya datang dari insan terbaik sepanjang masa: Rasulullah Saw. Cintanya kepada Khadijah tetap abadi walaupun Khadijah telah meninggal. Alkisah ternyata Rasulullah telah memendam cintanya pada Khadijah sebelum mereka menikah. Saat sahabat Khadijah, Nafisah binti Muniyah, menanyakan kesedian Nabi Saw. untuk menikahi Khadijah, maka Beliau menjawab: “Bagaimana caranya?” Ya, seolah-olah Beliau memang telah menantikannya sejak lama.
Setahun setelah Khadijah meninggal, ada seorang wanita shahabiyah yang menemui Rasulullah Saw. Wanita ini bertanya, "Ya Rasulullah, mengapa engkau tidak menikah? Engkau memiliki 9 keluarga dan harus menjalankan seruan besar."
Sambil menangis Rasulullah Saw menjawab, "Masih adakah orang lain setelah Khadijah?"
Kalau saja Allah tidak memerintahkan Muhammad Saw untuk menikah, maka pastilah Beliau tidak akan menikah untuk selama-lamanya. Nabi Muhammad Saw menikah dengan Khadijah layaknya para lelaki. Sedangkan pernikahan-pernikahan setelah itu hanya karena tuntutan risalah Nabi Saw, Beliau tidak pernah dapat melupakan istri Beliau ini walaupun setelah 14 tahun Khadijah meninggal.
Masih banyak lagi bukti-bukti cinta dahsyat nan luar biasa islami Rasulullah Saw. kepada Khadijah. Subhanallah.
5. Rasulullah Saw. dan Aisyah
Jika Rasulullah SAW ditanya siapa istri yang paling dicintainya, Rasul menjawab, ”Aisyah”. Tapi ketika ditanya tentang cintanya pada Khadijah, beliau menjawab, “cinta itu Allah karuniakan kepadaku”. Cinta Rasulullah pada keduanya berbeda, tapi keduanya lahir dari satu yang sama: pesona kematangan.
Pesona Khadijah adalah pesona kematangan jiwa. Pesona ini melahirkan cinta sejati yang Allah kirimkan kepada jiwa Nabi Saw. Cinta ini pula yang masih menyertai nama Khadijah tatkala nama tersebut disebut-sebut setelah Khadijah tiada, sehingga Aisyah cemburu padanya.
Sedangkan Aisyah adalah gabungan dari pesona kecantikan, kecerdasan, dan kematangan dini. Ummu Salamah berkata, “Rasul tidak dapat menahan diri jika bertemu dengan Aisyah.”
Banyak kisah-kisah romantis yang menghiasi kehidupan Nabi Muhammad dan istrinya, Aisyah. Rasul pernah berlomba lari dengan Aisyah. Rasul pernah bermanja diri kepada Aisyah. Rasul memanggil Aisyah dengan panggilan kesayangan ‘Humaira’. Rasul pernah disisirkan rambutnya, dan masih banyak lagi kisah serupa tentang romantika suami istri
Jika Rasulullah SAW ditanya siapa istri yang paling dicintainya, Rasul menjawab, ”Aisyah”. Tapi ketika ditanya tentang cintanya pada Khadijah, beliau menjawab, “cinta itu Allah karuniakan kepadaku”. Cinta Rasulullah pada keduanya berbeda, tapi keduanya lahir dari satu yang sama: pesona kematangan.
Pesona Khadijah adalah pesona kematangan jiwa. Pesona ini melahirkan cinta sejati yang Allah kirimkan kepada jiwa Nabi Saw. Cinta ini pula yang masih menyertai nama Khadijah tatkala nama tersebut disebut-sebut setelah Khadijah tiada, sehingga Aisyah cemburu padanya.
Sedangkan Aisyah adalah gabungan dari pesona kecantikan, kecerdasan, dan kematangan dini. Ummu Salamah berkata, “Rasul tidak dapat menahan diri jika bertemu dengan Aisyah.”
Banyak kisah-kisah romantis yang menghiasi kehidupan Nabi Muhammad dan istrinya, Aisyah. Rasul pernah berlomba lari dengan Aisyah. Rasul pernah bermanja diri kepada Aisyah. Rasul memanggil Aisyah dengan panggilan kesayangan ‘Humaira’. Rasul pernah disisirkan rambutnya, dan masih banyak lagi kisah serupa tentang romantika suami istri
6. Thalhah ibn ‘Ubaidillah
Berikut ini kutipan kisah Thalhah ibn ‘Ubaidillah.
Satu hari ia berbincang dengan ‘Aisyah, isteri sang Nabi, yang masih terhitung sepupunya. Rasulullah datang, dan wajah beliau pias tak suka. Dengan isyarat, beliau Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam meminta ‘Aisyah masuk ke dalam bilik. Wajah Thalhah memerah. Ia undur diri bersama gumam dalam hati, “Beliau melarangku berbincang dengan ‘Aisyah. Tunggu saja, jika beliau telah diwafatkan Allah, takkan kubiarkan orang lain mendahuluiku melamar ‘Aisyah.”
Satu saat dibisikannya maksud itu pada seorang kawan, “Ya, akan kunikahi ‘Aisyah jika Nabi telah wafat.”
Gumam hati dan ucapan Thalhah disambut wahyu. Allah menurunkan firmanNya kepada Sang Nabi dalam ayat kelimapuluhtiga surat Al Ahzab, “Dan apabila kalian meminta suatu hajat kepada isteri Nabi itu, maka mintalah pada mereka dari balik hijab. Demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka. Kalian tiada boleh menyakiti Rasulullah dan tidak boleh menikahi isteri-isterinya sesudah wafatnya selama-lamanya.”
Ketika ayat itu dibacakan padanya, Thalhah menangis. Ia lalu memerdekakan budaknya, menyumbangkan kesepuluh untanya untuk jalan Allah, dan menunaikan haji dengan berjalan kaki sebagai taubat dari ucapannya. Kelak, tetap dengan penuh cinta dinamainya putri kecil yang disayanginya dengan asma ‘Aisyah. ‘Aisyah binti Thalhah. Wanita jelita yang kelak menjadi permata zamannya dengan kecantikan, kecerdasan, dan kecemerlangannya. Persis seperti ‘Aisyah binti Abi Bakr yang pernah dicintai Thalhah.
Subhanallah.
7. Kisah cinta yang membawa surga
Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja' bin Amr An-Nakha'i, ia berkata, "Adalah di Kufah, terdapat pemuda tampan, dia sangat rajin dan taat. Suatu waktu dia berkunjung ke kampung dari Bani An-Nakha'.
Dia melihat seorang wanita cantik dari mereka sehingga dia jatuh cinta dan kasmaran. Dan ternyata cintanya pada si wanita cantik tak bertepuk sebelah tangan.
Karena sudah jatuh cinta, akhirnya pemuda itu mengutus seseorang untuk melamar gadis tersebut. Tetapi si ayah mengabarkan bahwa putrinya telah dojodohkan dengan sepupunya. Walau demikian, cinta keduanya tak bisa padam bahkan semakin berkobar. Si wanita akhirnya mengirim pesan lewat seseorang untuk si pemuda, bunyinya, 'Aku telah tahu betapa besar cintamu kepadaku, dan betapa besar pula aku diuji dengan kamu. Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku di rumahku.'
Dijawab oleh pemuda tadi melalui orang suruhannya, 'Aku tidak setuju dengan dua alternatif itu, sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat maksiat pada Rabbku akan adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar. Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobaranya.'
Ketika disampaikan pesan tadi kepada si wanita, dia berkata, "Walau demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak untuk bertaqwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu." Kemudian dia meninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan buruknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu pada sang pemuda. Tubuhnya mulai kurus karena menahan rindunya, sampai akhirnya dia meninggal dunia karenanya. Dan pemuda itu seringkali berziarah ke kuburnya, Dia menangis dan mendo'akanya. Suatu waktu dia tertidur di atas kuburannya. Dia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan penampilan yang sangat baik. Dalam mimpi dia sempat bertanya, "Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kau dapatkan setelah meninggal?"
Dia menjawab, "Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya, adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan."
Pemuda itu bertanya, "Jika demikian, kemanakah kau menuju?" Dia jawab, "Aku sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di Surga kekekalan yang dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak."
Pemuda itu berkata, "Aku harap kau selalu ingat padaku di sana, sebab aku di sini juga tidak melupakanmu." Dia jawab, "Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah SWT) agar kita nanti bisa dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam ibadah."
Si pemuda bertanya, "Kapan aku bisa melihatmu?" Jawab si wanita: "Tak lama lagi kau akan datang melihat kami." Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda dipanggil oleh Allah menuju kehadiratNya, meninggal dunia.
Hmm, sebuah kisah cinta yang agung dengan berdasarkan janji bertemu di surga. Luar biasa. AllahuAkbar.
8. Ummu Sulaim dan Abu Thalhah
Ummu Sulaim merupakan janda dari Malik bin Nadhir. Abu Thalhah yang memendam rasa cinta dan kagum akhirnya memutuskan untuk menikahi Ummu Sulaim tanpa banyak pertimbangan. Namun di luar dugaan, jawaban Ummu Sulaim membuat lidahnya menjadi kelu dan rasa kecewanya begitu menyesakkan dada, meski Ummu Sulaim berkata dengan sopan dan rasa hormat,
"Sesungguhnya saya tidak pantas menolak orang yang seperti engkau, wahai Abu Thalhah. Hanya sayang engkau seorang kafir dan saya seorang muslimah. Maka tak pantas bagiku menikah denganmu. Coba Anda tebak apa keinginan saya?"
"Engkau menginginkan dinar dan kenikmatan," kata Abu Thalhah.
"Sedikitpun saya tidak menginginkan dinar dan kenikmatan. Yang saya inginkan hanya engkau segera memeluk agama Islam," tukas Ummu Sualim tandas.
"Tetapi saya tidak mengerti siapa yang akan menjadi pembimbingku?" tanya Abu Thalhah.
"Tentu saja pembimbingmu adalah Rasululah sendiri," tegas Ummu Sulaim.
Maka Abu Thalhah pun bergegas pergi menjumpai Rasulullah Saw. yang mana saat itu tengah duduk bersama para sahabatnya. Melihat kedatangan Abu Thalhah, Rasulullah Saw. berseru, "Abu Thalhah telah datang kepada kalian, dan cahaya Islam tampak pada kedua bola matanya."
Ketulusan hati Ummu Sulaim benar-benar terasa mengharukan relung-relung hati Abu Thalhah. Ummu Sulaim hanya akan mau dinikahi dengan keislamannya tanpa sedikitpun tegiur oleh kenikmatan yang dia janjikan. Wanita mana lagi yang lebih pantas menjadi istri dan ibu asuh anak-anaknya selain Ummu Sulaim? Hingga tanpa terasa di hadapan Rasulullah Saw. lisan Abu Thalhah basah mengulang-ulang kalimat, "Saya mengikuti ajaran Anda, wahai Rasulullah. Saya bersaksi, bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusanNya."
Menikahlah Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah, sedangkan maharnya adalah keislaman suaminya. Hingga Tsabit –seorang perawi hadits- meriwayatkan dari Anas, "Sama sekali aku belum pernah mendengar seorang wanita yang maharnya lebih mulia dari Ummu Sulaim, yaitu keislaman suaminya." Selanjutnya mereka menjalani kehidupan rumah tangga yang damai dan sejahtera dalam naungan cahaya Islam.
9. Kisah seorang pemuda yang menemukan apel
Alkisah ada seorang pemuda yang ingin pergi menuntut ilmu. Dictengah perjalanan dia haus dan singgah sebentar di sungai yang airnya jernih. dia langsung mengambil air dan meminumnya. tak berapa lama kemudian dia melihat ada sebuah apel yang terbawa arus sungai, dia pun mengambilnya dan segera memakannya. setelah dia memakan segigit apel itu dia segera berkata "Astagfirullah"
Dia merasa bersalah karena telah memakan apel milik orang lain tanpa meminta izin terlebih dahulu. "Apel ini pasti punya pemiliknya, lancang sekali aku sudah memakannya. Aku harus menemui pemiliknya dan menebus apel ini".
Akhirnya dia menunda perjalanannya menuntut ilmu dan pergi menemui sang pemilik apel dengan menyusuri bantaran sungai untuk sampai kerumah pemilik apel. Tak lama kemudian dia sudah sampai ke rumah pemilik apel. Dia melihat kebun apel yang apelnya tumbuh dengan lebat.
"Assalamualaikum...."
"Waalaikumsalam wr.wb.". Jawab seorang lelaki tua dari dalam rumahnya.
Pemuda itu dipersilahkan duduk dan dia pun langsung mengatakan segala sesuatunya tanpa ada yang ditambahi dan dikurangi. Bahwa dia telah lancang memakan apel yang terbawa arus sungai.
"Berapa harus kutebus harga apel ini agar kau ridha apel ini aku makan pak tua". tanya pemuda itu.
Lalu pak tua itu menjawab. "Tak usah kau bayar apel itu, tapi kau harus bekerja di kebunku selama 3 tahun tanpa dibayar, apakah kau mau?"
Pemuda itu tampak berfikir, karena untuk segigit apel dia harus membayar dengan bekerja di rumah bapak itu selama tiga tahun dan itupun tanpa digaji, tapi hanya itu satu-satunya pilihan yang harus diambilnya agar bapak itu ridha apelnya ia makan."Baiklah pak, saya mau."
Alhasil pemuda itu bekerja di kebun sang pemilik apel tanpa dibayar. Hari berganti hari, minggu, bulan dan tahun pun berlalu. Tak terasa sudah tiga tahun dia bekerja dikebun itu. Dan hari terakhir dia ingin pamit kepada pemilik kebun.
"Pak tua, sekarang waktuku bekerja di tempatmu sudah berakhir, apakah sekarang kau ridha kalau apelmu sudah aku makan?"
Pak tua itu diam sejenak. "Belum."
Pemuda itu terhenyak. "Kenapa pak tua, bukankah aku sudah bekerja selama tiga tahun di kebunmu."
"Ya, tapi aku tetap tidak ridha jika kau belum melakukan satu permintaanku lagi."
"Apa itu pak tua?"
"Kau harus menikahi putriku, apakah kau mau?"
"Ya, aku mau." jawab pemuda itu.
Bapak tua itu mengatakan lebih lanjut. "Tapi, putriku buta, tuli, bisu dan lumpuh, apakah kau mau?"
Pemuda itu tampak berfikir, bagaimana tidak...dia akan menikahi gadis yang tidak pernah dikenalnya dan gadis itu cacat, dia buta, tuli, dan lumpuh. Bagaimana dia bisa berkomunikasi nantinya? Tapi diap un ingat kembali dengan segigit apel yang telah dimakannya. Dan dia pun menyetujui untuk menikah dengan anak pemilik kebun apel itu untuk mencari ridha atas apel yang sudah dimakannya.
"Baiklah pak, aku mau."
Segera pernikahan pun dilaksanakan. Setelah ijab kabul sang pemuda itupun masuk kamar pengantin. Dia mengucapkan salam dan betapa kagetnya dia ketika dia mendengar salamnya dibalas dari dalam kamarnya. Seketika itupun dia berlari mencari sang bapak pemilik apel yang sudah menjadi mertuanya.
"Ayahanda...siapakah wanita yang ada didalam kamar pengantinku? Kenapa aku tidak menemukan istriku?"
Pak tua itu tersenyum dan menjawab. "Masuklah nak, itu kamarmu dan yang di dalam sana adalah istimu."
Pemuda itu tampak bingung. "Tapi ayahanda, bukankah istriku buta, tuli tapi kenapa dia bisa mendengar salamku?
Bukankah dia bisu tapi kenapa dia bisa menjawab salamku?"
Pak tua itu tersenyum lagi dan menjelaskan. "Ya, memang dia buta, buta dari segala hal yang dilarang Allah. Dia tuli, tuli dari hal-hal yang tidak pantas didengarnya dan dilarang Allah. Dia memang bisu, bisu dari hal yang sifatnya sia-sia dan dilarang Allah, dan dia lumpuh, karena tidak bisa berjalan ke tempat-tempat yang maksiat."
Pemuda itu hanya terdiam dan mengucap lirih: "Subhanallah....."
Dan merekapun hidup berbahagia dengan cinta dari Allah.
10. Zulaikha dan Yusuf As.
Cinta Zulaikha kepada Yusuf As. konon begitu dalam hingga Zulaikha takut cintanya kepada Yusuf merusak cintanya kepada Allah Swt. Berikut sedikit ulasan tentang cinta mereka
Zulaikha adalah seorang puteri raja sebuah kerajaan di barat (Maghrib) negeri Mesir. Beliau seorang puteri yang cantik menarik. Beliau bermimpi bertemu seorang pemuda yang menarik rupa parasnya dengan peribadi yang amanah dan mulia. Zulaikha pun jatuh hati padanya. Kemudian beliau bermimpi lagi bertemu dengannya tetapi tidak tahu namanya.
Kali berikutnya beliau bermimpi lagi, lelaki tersebut memperkenalkannya sebagai Wazir kerajaan Mesir. Kecintaan dan kasih sayang Zulaikha kepada pemuda tersebut terus berputik menjadi rindu dan rawan sehingga beliau menolak semua pinangan putera raja yang lain. Setelah bapanya mengetahui isihati puterinya, bapanya pun mengatur risikan ke negeri Mesir sehingga mengasilkan majlis pernikahan dengan Wazir negri Mesir.
Memandang Wazir tersebut atau al Aziz bagi kali pertama, hancur luluh dan kecewalah hati Zulaikha. Hatinya hampa dan amat terkejut, bukan wajah tersebut yang beliau temui di dalam mimpi dahulu. Bagaimanapun ada suara ghaib berbisik padanya: “Benar, ini bukan pujaan hati kamu. Tetapi hasrat kamu kepada kekasih kamu yang sebenarnya akan tercapai melaluinya. Janganlah kamu takut kepadanya. Mutiara kehormatan engkau sebagai perawan selamat bersama-sama dengannya.”
Perlu diingat sejarah Mesir menyebut, Wazir diraja Mesir tersebut adalah seorang kasi, yang dikehendaki berkhidmat sepenuh masa kepada baginda raja. Oleh yang demikian Zulaikha terus bertekat untuk terus taat kepada suaminya kerana ia percaya ia selamat bersamnya.
Demikian masa berlalu, sehingga suatu hari al-Aziz membawa pulang Yusuf a.s. yang dibelinya di pasar. Sekali lagi Zulaikha terkejut besar, itulah Yusuf a.s yang dikenalinya didalam mimpi. Tampan, menarik dan menawan.
Sabda Nabi Saw. yang diriwayatkan oleh Hammad dari Tsabit bin Anas memperjelasnya: "Yusuf dan ibunya telah diberi oleh Allah separuh kecantikan dunia."
Kisah Zulaikha dan Yusuf direkam di dalam Al Quran pada Surah Yusuf ayat 21 sampai 36 dan ayat 51. Selepas ayat tersebut Al Quran tidak menceritakan kelanjutan hubungan Zulaikha dengan Yusuf a.s. Namun Ibn Katsir di dalam Tafsir Surah Yusuf memetik bahwa Muhammad bin Ishak berkata bahawa kedudukan yang diberikan kepada Yusuf a.s oleh raja Mesir adalah kedudukan yang dulunya dimiliki oleh suami Zulaikha yang telah dipecat. Juga disebut-sebut bahwa Yusuf telah beristrikan Zulaikha sesudah suaminya meninggal dunia, dan diceritakan bahwa pada suatu ketika berkatalah Yusuf kepada Zulaikha setelah ia menjadi isterinya, “Tidakkah keadaan dan hubungan kita se¬karang ini lebih baik dari apa yang pernah engkau inginkan?”
Zulaikha menjawab, “Janganlah engkau menyalahkan aku, hai kekasihku, aku sebagai wanita yang cantik, muda belia bersuamikan seorang pemuda yang berketerampilan dingin, menemuimu sebagai pemuda yang tampan, gagah perkasa bertubuh indah, apakah salah bila aku jatuh cinta kepadamu dan lupa akan kedudukanku sebagai wanita yang bersuami?”
Dikisahkan bahwa Yusuf menikahi Zulaikha dalam keadaan gadis (perawan) dan dari perkawinan itu memperoleh dua orang putra: Ifraitsim bin Yusuf dan Misya bin Yusuf.
Demikianlah kisah-kisah cinta yang menggugah hati saya baru-baru ini. Semoga kisah cinta kita sekalian –saya dan anda, wahai para pembaca- seindah cinta mereka. Wallahu wa Rasulullahu bisshowab.
Selasa, 13 September 2016
Kalam Al alimul Al allamah Abah Haji Guru Zuhdi
1.Amalan yang bagus apabila melihat sesuatu yang tidak baik dengan berdoa dengan doanya Syech Semman
Allahummaghfir li-ummati sayyidina Muhammad. Allahummarham li-ummati sayyidinina Muhammad. Allahummastur li-ummati sayyidina Muhammad. Allahummajbur li-ummati sayyidina Muhammad Saw. (Ihya ullumuddin 3 November 2015)
2.Amalan terbuka hijab jgn menggibah (membuka aib) orang lain. Dan semua kebaikan kebaikan itu milik Allah lalu terbuka hati selalu melihat kebaikan Allah shg habis semua yg di lihat adalah kebaikan Allah dan timbul rasa semua yg ada di dunia ini kebaikan Allah tdk ada kebaikan diri. Dan saat bala musibah datang mk yakin hati ini kebaikan Allah,dimana kebaikan nya yaitu bala ini pasti ada hikmah nya utk diri yaitu kebaikan utk diri.(Ihya ullumuddin 3 november 2015)
3.Orang yg perbuatannya tdk baik lalu menasehati kpd kita agar jgn sprt dirinya maka itu nasehat yg ikhlas agar kita tdk terjerumus sprti orang itu karena dia membuka aib sendiri supaya selamat org lain tdk seperti org itu.(Ihya ullumuddin 3 November 2015)
4.Yakin hati dengan sebab cinta dan sayang kepada Rasulallah di haramkan jasad kita di makan api neraka. Beruntungnya kita krn kita tdk meminta tp Allah yg melahirkn kita sbg umat Rasulallah. Di zaman nabi Adam dan Nabi Nuh mengenal dgn umat Rasulallah dan ingin menjadi umat nya Rasulallah. (Ihya ullumuddin 3 November 2015)
5.Letakan Rasulallah di hati di pikiran jgn pernah terlupakan shg tdk lg diri kita menggaduhi(memperhatikan)org lain lg tp menggaduhi (memperhatikan)Rasulallah dan menggaduhi(memperhatikan) org soleh karena disitulah hati kita bersih. Menggaduhi Rasulallah dan menggaduhi org soleh dgn cara membaca manakib Rasulallah bersholawat kpd Rasulallah dan membaca manakib org soleh sehingga timbulah perasaan cinta ,mata ini menangis dan air mata cinta ini jd saksi di akhirat sbg tanda cinta kita shg krn air mata cinta ini di haramkan jasad kita di jilat api neraka.(Ihya ullumuddin 3 November 2015)
6.Sungguh keberuntungan kita belajar dgn kitab ihya krn kita tdk sezaman dgn imam Gazali tp kita belajar dgn imam Gazali melalui bukti hitam diatas putih adanya imam Gazali yaitu dgn kitab nya Ihya Ullumudin ini.(Ihya ullumuddin 3 November 2015)
7.Ada seorang ulama yg menghina Imam Gazali dan menghinakan karangan Imam Gazali mk ulama itu bermimpi ada satu perkumpulan dimana disitu Abu bakar membaca kitab ihya ullumudin,umar bin khatab membaca kitab ihya ullumudin dan Rasulallah tdk menghiraukan ulama itu.(Ilmunibros 5 November 2015)
8.Hadist hadist yg tercantum dlm kitab karangan imam Gazali selalu di mulai dgn ucapan qola Rasulallah(berkata Rasulallah) ,artinya imam Gazali lngsng mendapatkn hadist itu dr Rasulallah secara khozotan(nyata) itulah istimewanya imam Gazali.
Apabila ingin mengaji ilmu ibadah maka cukup belajar dari kitab imam Gazali yaitu Bidayatul bidayah atau kitab melayunya Hidayatul salikin.(Ilmunibros 5 November 2015)
9.Dalam kitab karangan imam Gazali lengkap semua amal ibadah,dari masalah sehari hari smp masalah jodoh di jelaskn imam Gazali.
Bila mahar murah maka berkah hidup,bila mahar mahal tdk berkah hidup.(Ilmunibros 5 November 2015)
10.Org dulu hny dgn kitab bidayatul bidayah dan ihya ullumudin mereka menjadi waliyullah krn mrk benar benar mengamalkn kitab itu.
Isi karangan imam gazali berisi tuntunan dalam beramal dan bagaimana mengamalkn amalan itu.(Ilmumibros 5 November 2015)
11.Masalah makrifat mk kaji ilmu al hikam ibnu athoillah.Rasa itu tdk bisa di ceritakan. Hanya bisa di kasih jalan utk mendapatkan rasa itu. Orang yg makrifat org yg sdh berkawan dgn Allah.
(Ilmunibros 5 November 2015)
12.Ilmu makrifat itu pun di simpan mereka,dan mereka hny memberitahukan jalan nya utk mendapatkan rasa itu.Tidak akan bisa menceritakan bagaimana rasa akan kawin sebelum kawin dulu baru tahu rasa akan kawin.(Ilmunibros 5 November 2015)
13.Mencari rasa(makrifat) itu pun harus berguru. Seperti org berkhalwat tnp guru lalu datang jin mengaku sbg wali padahal jin,dan di kira sdh makrifat padahal tidak.
Beli buku tentang makrifat lalu di pelajari dan dikira sdh makrifat padahal tidak krn tnp guru.
(Ilmunibros 5 November 2015)
14.Tanpa guru kita tdk ada apa apa,melajari tauhid ada gurunya,melajari fiqih ada gurunya,melajari tasawuf ada gurunya.Dan walau guru itu berupa sholawat yg sll kita ucapkan.
(Ilmunibros 5 November 2015)
15.Kebanyakan org awam apabila melakukan dosa malunya kpd makhluk bkn malu kpd Allah. Sedang org soleh malunya kpd Allah shg Malu itu bagian dari iman. Orang awam malu dan takutnya kpd makhluk shg doanya minta tutupi maksiat nya bkn takut dan malu kpd Allah.
(Al hikam 6 November 2015)
16.Beda org makrifat dgn org awam,org makrifat malunya kpd Allah,org awam malunya kpd makhluk.Tujuan org awam menyembunyikan maksiat agar tdk ketahuan makhluk karena akan hilang lah martabatnya di pandangan makhluk tp tdk malu kpd Allah. (Al hikam 6 November 2015)
17.Jangan berbantah dan bersoal masalah ilmu dgn dalil ilmu yg tujuannya menjelekan martabat seseorang. Suka membantah/menyalahkn perkataan org.(Hidayatul salikin 7 November 2015)
18.Kita jaga adab dgn menghormati org yg lebih tua wlw ucapannya salah maka kita berdiam diri.
Menegur ada tata caranya jgn smp menghinakan dan mempermalukan. Orang yg memuji diri sendiri menimbulkan diri tdk akan sampai kpd Allah,kecuali orang yg menenggelamkan diri baru dpt makrifat.(Hidayatul Salikin 7 November 2015).
19..Sehina hina orang tetap tdk boleh di hinakan.Orang miskin hina menurut makhluk tp belum tentu menurut Allah. Orang maksiat belum tentu hina karena bs jd dpt safaat dr orang soleh dan dari Rasulallah. Rasulallah berkata Safaat yg ku pegang ini akan ku berikan kpd orang yg pendosa besar.
(Hidayatul salikin 7 November 2015)
20.Jangan menimbulkan diri,muliakan orang lain mk Allah bukakan futuh krn akan tampak saydul wujud Rasulallah krn selalu melihat dan memuliakan org lain shg tampak lah Rasulallah yg mulia.
(Hidayatul salikin 7 November 2015)
21.Hafal jurumiah lalu sombong mk tdk akan sampai kpd Allah krn merendahkn org lain,semua alam harus di muliakan krn memandang rahasia alam semesta.
Cukuplah ikan gabus sbg pelajaran agar jgn menimbulkan diri. Ikan gabus jd di pancing atau di setrum krn ikan gabus menimbulkan diri kesungai jadi ketahuan org ada ikan gabus disitu
(Hidayatul salikin 7 November 2015)
22.Semua orang baik sedang diri sendiri tdk baik itulah pandangan diri
(Hidayatul salikin 7 November 2015)
23.Orang yg salah belum tentu hina dan orang berdosa belum tentu masuk neraka jd jgn di hinakan. Jangan takut mati,karena diri kita sudah mati,diri kita tdk dpt bergerak tnp pertolongan Allah yg menggerakan.Mati lah engkau sebelum mati. (Hidayatul salikin 7 November 2015)
24.Sayyid Muhammad alawi al maliki mengatakan org soleh dan orang wali saat menyampaikan makrifat dgn lelucon. Mereka tdk menyampaikan makrifat secara langsung jadi dengari lelucon mereka dan cerna krn itu mengandung ilmu makrifat. Seperti Abu Nawas semua lelucon nya mengandung pelajaran makrifat kpd Allah (Hidayatul Salikin 7 November 2015)
25.Jangan memuji diri dan jgn menghina org wlw org itu secara zahir hina tetap tdk boleh di hinakan krn itu larangan Rasulallah (Hidayatul salikin 7 November 2015)
Sumber : Pecinta Waliyullah
Senin, 12 September 2016
Download Gratis Hadist Bukhari dan Muslim
Imam Bukhari dan Imam Muslim adalah dua orang ulama yang pertama kali menyusun hadits, hadits-hadits yang mereka susun hanyalah hadits-hadits shahih sesuuai dengan syarat yang sangat ketat, diantara syarat itu adalah :
Periwayat hadits harus memliki sanad yang bersambung sampai kepada Rasulullah saw.
Periwayat hadits adalah orang yang bertaqwa.
Periwayat hadits bukanlah seorang pelupa.
Periwayat hadits adalah seorang yang memiliki hafalan yang kuat.
Kemudian isi dari hadits tersebut tidak menyelisihi hadits shahih yang lebih kuat.
dan masih banyak syarat-syarat lain.
Kitab Shahih Bukhari dan Kitab Shahih Muslim adalah kitab hadits paling shahih bila dibandingkan dengan kitab-kitab hadits lain, dua kitab shahih ini dikenal juga dengan sebutan As-Shahihain (kalau diartikan ke bahasa indonesia kira-kira artinya "dua kitab shahih'), akan tetapi tidak semua hadits shahih terdapat dalam kitab As-Shahihain tersebut. kita bisa mencari hadits-hadits shahih yang tidak terdapat dalam As-Shahihain dalam kitab ulama hadits yang lain seperti Shahih Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Hibban, Kitab-kitab sunan yang empat, Mustadrak Al-Hakim, Sunan Al-Baihaqi, Sunan Ad-Daruquthni, dan lainnya. akan tetapi selain As-Shahihain (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim) beberapa haditsnya masih memerlukan penelitian ulama sesudahnya akan keshahihannya.
Dibawah ini adalah kumpulan Ebook dari Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dalam bahasa indonesia, bahasa arab dan bahasa inggris yang saya himpun dari berbagai sumber :
Shahih Bukhori bahasa Inggris (CHM) >> DOWNLOAD
Shahih Bukhori bahasa Arab (ZIP) >> DOWNLOAD
Shahih Muslim bahasa Indonesia (CHM) >> DOWNLOAD
Shahih Muslim bahasa Inggris (CHM) >> DOWNLOAD
Shahih Muslim bahasa Arab (ZIP) >> DOWNLOAD
Shahih Bukhori (PDF)
Juz 1 >> DOWNLOAD
Juz 2 >> DOWNLOAD
Juz 3 >> DOWNLOAD
Juz 4 >> DOWNLOAD
Thoriqat Sammaniyah Yang Terbentuk Dari 5 Thoriqat Ahli Sufi
yang pertama Thoriqat Naqsyabandiah yang dibangun oleh Syekh Baha-uddin Annaqsyabandi Albukhari wafat tahun 791 hijriah (ketika beliau wafat,saat itu tepat kelahiran imam Jalaluddin Almahalli)
yang kedua Thoriqat Qodiriyah yang dibangun oleh Syekh Abdul Qodir Al Jilani wafat tahun 561 hijriah,
yang ketiga Thoriqat Khalwatiyah Junaidiyah,yang dibangun oleh Syekh Muhammad Al Khalwati wafat tahun 986 hijriah
yang ke 4 adalah Thoriqat Anfasiah,thoriqat yang di hubungkan dengan nafas nafas manusia,dinamakan thoriqat ini dengan nama anfasiah karena thoriqat ini cara pengamalannya dengan nafas keluar masuk,dan thoriqat ini awal2 dibangun oleh sahabat nabi Sayyiduna Abu Bakar Shiddiq yang mana langsung beliau ambil dari Rasulullah tata caranya
yang ke 5 adalah Thoriqat Ismiyah atau dinamakan juga Thoriqat Khidriyah,karena thoriqat ini cara pengamalannya berhubungan erat dgn nama nama tuhan yg 99 (asma'ul husna),
dan thoriqat ini dibangun oleh nabi Khidir,
ada jg yg mengatakan thariqat Ismiyah ini adalah Thariqat Syadziliyah yg dibangun oleh Imam Abul Hasan Syadzilli wafat 653 hijriah,karena rata2 pengamalaman hizib hizib karangan Imam Syadzilli diambil dari Asma Allah,
terkumpul lah 5 thariqat besar ini dalam 1 wadah,yaitu Thariqat Sammaniyah,yang mana setiap thoriqatnya Syekh Semman Almadani langsung mengambil dengan pendirinya secara bangun,meskipun beliau tidak sezaman dengan para pendirinya itu,
dan juga beliau bertemu dgn roh jasad para rantai rantai sanad setiap thariqat hingga menuju langsung kepada Rasulullah SAW.
Minggu, 11 September 2016
Kemuliaan Abah Guru Sekumpul
Ini cerita dari kenalan saya, beliau seorang dosen agama yang juga seorang ustadz di Banjarbaru. Beliau mendapat cerita ini langsung dari seorang pegawai PLN Banjarbaru yang berangkat haji (tidak disebut tahunnya, tapi sewaktu Guru Sekumpul masih hidup).
Ketika di Madinah bertemu dengan orang Hadhramaut, dan berbincang:
Orang Hadhramaut: "Antum dari mana?".
Pegawai PLN: "Banjar".
Orang Hadhramaut: "Dekat Martapura?".
Pegawai PLN: "Iya".
Orang Hadhramaut: "Kenal Syekh Zaini?".
Pegawai PLN: "Iya".
Orang Hadhramaut: "Pernah ke majelis beliau?".
Pegawai PLN: "Tidak pernah".
Orang Hadhramaut: "Wah, rugi antum, kami yang di Hadhramaut saja pergi ke sana. Apalagi kalau haul Syekh Samman, kami membawa ulama besar kami".
Terus kata bapak itu, sepulang haji, beliau tidak menuju rumah, tapi langsung ke Sekumpul, dan Guru Sekumpul langsung yang membukakan pintu dan menyambut beliau.
======
Benar-benar beruntung beliau ini.
Mudah-mudahan kita mendapatkan keberuntungan sebagaimana beliau, yakni mendapat madad Syekh Sekumpul.
Mudah-mudahan ada manfaat dan berkahnya.
Afwan.
Sumber: Syaipullah Idrus
Sabtu, 10 September 2016
Karomah Abah Guru Sekumpul : Ketemu Sesudah Beliau Wafat
Ada seorang Muhibbin yang selalu punya keinginan untuk bertemu dengan ulama dan auliya, Meski belum pernah ketemu, sejak lama orang ini telah mendengar tentang kemasyuran dan kemulian Abah Guru Sekumpul. Namun demikian kerena dana yang terbatas, sehingga dia harus menabung bertahun tahun untuk biaya keberangkatan ke Kalimantan. ketika tabungannya dirasa cukup, meski iya harus naik kapal laut, ia tetap berangkat ke Kalimantan. sampai di banjarmasin, ia merasa bingung, tidak tahu harus bagaimana agar sampai ke Martapura.
Ditengah kebingungan itu, ada seseorang yang menyapa : "Bapak mau kemana pak ..?", sang bapak menjawab " saya mau ke Martapura, mau berkunjung ke kiyai zaini". "oh kebetulan, saya juga mau ke arah yang sama, jadi bapak bisa ikut saya,silahkan bapak naik mobil saya."kata orang ini sambil menunjukkan mobil sedannya yang cukup mewah. sang bapak yang kehidupan sehari-harinya pas-pasan merasa sungkan,kerena merasa dilayani berlebihan.
Walhasil, akhirnya bapak itu ikut dimobil sedan tersebut. si empunya mobil yang baik hati itu tidak saja mengantarkan bapak itu sampai Martapura, bahkan diajak untuk lebih dahulu ziarah ke makam syekh Muhammad Arsyad Albanjari, kelampayan. sepulang dari kelampayan itu, baru bapak tersebut diantar ke sekumpul Martapura. Anehnya saat di Kelampayan laki laki itu ikut ziarah kemakam bersama bapak teresebut, tapi ketika di Sekumpul si empu mobil itu bilang : "maaf, saya cuma bisa mengantar sampai disini, bapak bisa lewat sini sambil bertanya rumah Guru Zaini, Insyaallah ketemu rumahnya". "ya terimaksih banyak atas bantuannya hingga saya bisa sampai ketempat ini.
Bapak tersebut terus berjalan arah komplek Ar-Raudhah untuk menuju rumah Guru Zaini. Namun matanya megarah kepada foto foto yang banyak di jual di kios kios disepanjang gang itu. ia lalu mampir dan kemudian bertanya kepada penjaga kios : " maaf, lewat mana untuk menuju kerumah kiyai Zaini"? sipedagang itu menjawab bahwa rumah tidak jauh dari tempat itu. bapak itu lalu melihat foto yang ada. "kalo ini foto siapa ? ". pedagang itu billang: itulah foto Guru Zaini, yang sudah wafat beberapa tahun lalu". Bapak tersebut , kaget luar biasa, dia bilang : "ini orang yang baru saja menyambut saya di Banjarmasin dan mengantar saya hingga kesini, ya saya yakin ini orangnya, ia pasti Kiai Zaini (Abah Guru Sekumpul)". saking kagetnya, hingga bapak itu pingsan dan tidak sadarkan diri.
Cerita kekeramatan Abah Guru Sekumpul yang sama Versinya dengan itu acap kali terjadi beberapa kali, pada orang yang berbeda..
Sumber : Buku Karamah dan Kemulian Abah Guru Sekumpul
di tulis oleh : KH. M. Anshary El Kariem
Langganan:
Postingan (Atom)
Arsip Blog
-
▼
2016
(173)
-
▼
September
(15)
- Download Gratis Kumpulan Tilawatil Al Quran H. Mua...
- Download Gratis Tilawatil Qur'an Darwin Hasibuan
- Pengajian Guru Zuhdi :Sifat Allah Yang Kita Yakini
- Karomah Abah Guru Sekumpul : Ketemu Sesudah Beliau...
- Kemuliaan Abah Guru Sekumpul
- Thoriqat Sammaniyah Yang Terbentuk Dari 5 Thoriqat...
- Download Gratis Hadist Bukhari dan Muslim
- Kalam Al alimul Al allamah Abah Haji Guru Zuhdi
- 10 Kisah Cinta Paling Indah Dalam Islam
- Karamah Abah Guru Sekumpul : Guru Bakeri Dan Habib...
- Karamah Abah Guru Sekumpul : Bangsa Jin Juga Hadir...
- Karamah Abah Guru Sekumpul : Mendatangi Murid Dari...
- Pengajian Abah Guru Zuhdi : Kitab Al ‘Ilmunnibros
- Cak Nun Ziarah Ke Sekumpul
- KH. Mohammad Hasan Genggong
-
▼
September
(15)