Abah Guru ketika berangkat haji yang kedua kalinya sekitar tahun 1980.
Layaknya ulama-ulama dari segala penjuru, jika sedang menunaikan haji ke Makkah, selalu menyempatkan sowan ke tempat para ulama Makkah. Begitu pula yang dilakukan oleh Abah Guru. Ketika itu yang menjadi pengantar Abah jika ingin sowan ke tempat para ulama di Makkah adalah Tuan Guru Hatim Salman dan Tuan Guru Sya’rani Toyyib.
Layaknya ulama-ulama dari segala penjuru, jika sedang menunaikan haji ke Makkah, selalu menyempatkan sowan ke tempat para ulama Makkah. Begitu pula yang dilakukan oleh Abah Guru. Ketika itu yang menjadi pengantar Abah jika ingin sowan ke tempat para ulama di Makkah adalah Tuan Guru Hatim Salman dan Tuan Guru Sya’rani Toyyib.
Pada suatu hari, Abah Guru ingin bertamu kepada salah seorang habaib di kota Makkah. Seperti biasa, Guru Hatim selalu ada dan siap mengantar kemana saja beliau ingin pergi. Guru Hatim yang saat itu berada di dekat Abah Guru, dipinta oleh Abah menelpon terlebih dahulu Habib yang nantinya akan didatangi, agar kedatangan Abah Guru sudah ada janji sebelumnya dengan sang Habib. Mendengar Abah Guru begitu, Guru Hatim buru-buru menuju tangga naik ke atas tingkat dua untuk menelpon Habib yang dimaksud. Namun pada saat itu, Abah Guru segera mencegah Guru Hatim yang akan menaiki tangga. Ujar Abah Guru, “Tim (panggilan Abah kepada Guru Hatim), menelpon pakai ini saja (sambil meletakkan tangan ke dada).. Merasa dicegah, Guru Hatim meurungkan niatnya menelpon sang Habib tadi.
Pada saat yang telah ditentukan, berangkatlah Abah Guru bersama Guru Hatim dan Guru Sya’rani pergi menuju rumah sang Habib. Ternyata, sesaat ketika Abah Guru sampai di depan rumah Habib. Sang Habib telah duluan menunggu Abah Guru dengan berdiri di depan pintu sambil di tangannya memegang kipas ayaman dari buluh ; berkipas-kipas ringan. Sontak, kedua penggiring Abah yakni Guru Hatim dan Guru Sya’rani kaget, padahal sebelum berangkat ke sini tadi, sang Habib tidak jadi ditelpon, tetapi kenapa oleh sang Habib sudah mengetahuinya duluan, buktinya sang Habib sudah di depan menunggu, apalagi sang Habib berucap, saya telah menunggu kalian dari tadi.
Setelah diingat-ingat. Barulah disadari, bahwa isyarat Abah Guru tadi meletakkan tangan ke dada yang dimaksud adalah hati. Artinya hubungan antara Abah Guru dan Habib sudah terjalin melalui hati bathiniyah. Sehingga tidak perlu lagi memakai alat keduniaan seperti telpon tadi..
Artikel Terkait
- Tahukah Anda Siapa itu Hadrotussyaikh
- Inilah Sebab Kenapa Guru Bakeri Suka Berlucu-lucuan Di Majelis Pengajian
- Kedatangan Pemuda Dari Batam Yang Sudah Ditunggu Abah Guru Sekumpul
- Karomah Abah GUru Sekumpul, Wali Songo
- Cerita Guru Kholil Akhlak Abah Guru Sekumpul
- Mengenang kembali tentang Majelis Sekumpul
- Keutamaan Kitab Dalailul khoirot
- Nasihat Habib Ali Zainal Abidin Al Jufri
- Abah Guru Sekumpul Datang Berkat Tawasul
- Keistimewaan Guru Zuhdi " Anak Lebih Alim Daripada Ayahnya"
- Karamah Abah Guru Sekumpul : Rumah Yang Di Penuhi Lemari Uang
- Karamah Abah GUru Sekumpul : Majelis Terbesar Dan Jamaahnya Terus Bertambah
- Karamah Abah Guru Sekumpul : Mendatangi Murid Dari Alam Lain
- Karamah Abah Guru Sekumpul : Bangsa Jin Juga Hadir Di Majlis Pengajian Abah Guru Sekumpul
- Karamah Abah Guru Sekumpul : Guru Bakeri Dan Habib Abu Bakar Al-Habsyi Mekkah
- Karomah Abah Guru Sekumpul : Ketemu Sesudah Beliau Wafat
- Karamah Abah Guru Sekumpul "Masuk Islamnya sang Pelukis"
- Karamah Abah Guru Sekumpul : Berbicara Dengan Orang Sudah Lama Wafat
- Karamah Abah Guru Sekumpul, Datang Diketahui Nama dan tempat Tinggalnya
- Karamah Abah Guru Sekumpul Mengetahui Yang Shubat
0 komentar:
Posting Komentar