Mushalla Arraudhah Sekarang
Semenjak Guru berdomisili di Sekumpul, Komplek tempat kediaman beliau di namai dengan nama Komplek Ar-Raudhah dan wilayah itu dikenal dengan sebutan Sekumpul.
Menurut penuturan Guru, penamaan Ar-Raudhah ( pemberi namaan Ar-Raudhah adalah dari KH. M. Syarwani Abdan Bangil ) itu sendiri mengacu kepada Ar-Raudhah di Mesjid Nabawi, satu tempat antara rumah dan mimbar mesjid, yang sering menjadi tempat aktifitas Nabi SAW. Dalam keseharian beliau, dan digambarkan menjadi bagian dari taman surga.
"Mudah-mudahan semua yang hadir disini menjadi penghuni Raudhah, taman-taman surga nantinya".
Kata Guru disuatu pengajian, seraya di aminkan oleh jemaah. Dan perihal penamaan Sekumpul, Guru Zaini juga menjelaskan sambil berseloroh :"Sekumpul artinya takumpul, Insya Allah kaena kita berataan takumpul disini sampai ke sorga".
Dan seiring dengan makin dikenalnya Sekumpul, maka penyebutan nama Guru Zaini pun ikut mengalami perubahan. Jika sewaktu berdomisili di kelurahan Keraton, orang menyebut beliau dengan panggilan Guru Zaini, Guru Ijai, atau Guru Keraton. Maka sejak di Sekumpul sebutan Guru Zaini berubah menjadi Guru Sekumpul atau yang lebih akrab mungkin Abah Guru.
Komplek Sekumpul sendiri masih berada di kelurahan Jawa, kecamatan Martapura. Lokasinya sangat strategis dan sangat mudah dijangkau. Dari Jalan Ahmad Yani Km. 38, samping Mesjid Syi'arus Sholihin, masuk pertigaan hanya sekitar 750 meter, disebelah kanan ada pintu gerbang besar Komplek Ar-Raudhah. Dikomplek inilah berdiri megah Musholla Ar-Raudhah.
Jika melihat bangunanya, sepintas orang akan mengira bangunan ini adalah sebuah Masjid, bukan Musholla, saking megah dan besarnya, dan boleh jadi ini adalah Musholla terbesar di Tanah Air. Begitu luasnya, Musholla ini, hingga bisa menampung ribuan orang untuk sholat berjamaah.
Disamping Musholla terdapat rumah Guru berjejer tiga buah, dan paling kana adalah rumah megah berlantai dua bergaya Spanyol, yang sempat sekitar setahun ditinggali Guru dan kini menjadi kediaman kedua Putera Guru Sekumpul. Sementara di tengah dan paling kiri adalah kediaman H. Ahmad sekeluarga, yang merupakan keponakan Guru dari Hj. Rahmah, adik perempuan Guru Sekumpul.
Didalam Komplek Ar-Raudhah semuanya terdapat 17 buah rumah, termasuk rumah Guru.
Di sekekiling Komplek terkenal ini, hampir tidak terdapat lagi tanah kosong, ratusan rumah memadati wilayah ini. Sehingga saat ini Sekumpul terkesan sebagai sebuah kota di perkampungan. Dan itupun diikuti oleh melonjaknya harga tanah dengan sangat cepat ( disekitar Komplek Ar-Raudhoh ). Jika ditahun 1980-an, lahan kosong disana, hampir-hampir tidak berharga, kini bisa mencapai puluhan juta rupiah permeter.
Sesuatu yang memang terkesan sangat fanfastis. Semuanya tidak terlepas dari Kharisma dan Popularitas Guru Sekumpul, Al-'Allamah Al-'Arif Billah KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani.
Dan dari Musholla Ar-Raudhoh inilah kegiatan Majelis Pengajian diadakan. Setiap kali pengajian, sudah bisa dipastikan, ribuan bahkan puluhan ribu jemaah akan tumplek jadi satu, meski dengan beraneka ragam jabatan dan profesi. Karena banyaknya jamaah, rumah-rumah penduduk disekitar Komplek Sekumpul dibuka untuk menampung jamaah yang tidak kebagian tempat, dan untuk bisa mendengarkan Pengajian melalui televisi Sekumpul.
Menurut beberapa kalangan, pengajian Sekumpul merupakan Pengajian dengan jumlah jamaah terbanyak di Indonesia. Lebih-lebih di momen tertentu, seperti Haul Syekh Muhammad Samman Al-Madani dan malam Nisfu Sya'ban jamaah yang datang bisa mencapai ratusan ribu orang.
Sejak dimulai aktifitas pengajian Musholla Ar-Raudhah sekitar tahun 1990-an hingga wafatnya Guru Sekumpul, sudah puluhan kitab yang dibaca.
Guru Sekumpul dalam membaca kitab selalu memfokuskan kepada tiga bidang yang Fardhu 'Ain mempelajarinya, yaitu tentang Tauhid, Fiqih dan Tasawwuf.
* Catatan :
Di tahun-tahun menjelang wafatnya, Guru memfokuskan untuk membaca 2 kitab yang meliput 3 bidang ilmu Fardhu 'Ain. 2 kitab tersebut adalah :
1. Al-Hawasy Al-Madaniyah, kitab Fiqh karya Syekh Muhammad Sulaiman Al-Kurdi.
2.Dan kitab Ihya 'Ulumiddin karya Imam Al-Ghozali.
Bahkan pada suatu pengajian, beliau mengajar sambil berbaring. Tetapi meski memimpin Pengajian didalam kamar dan kadang dengan kondisi berbaring, dalam keadaan sakit, namun tidak ada nada suaranya yang berubah. Bahkan dalam kondisi seperti itu seringkali Guru Sekumpul becerita lucu hingga beliau dan jamaah tertawa.
Namun seiring berjalannya waktu dan menurunnya kesehatan Guru Sekumpul, jadwal kegiatan pengajian pun berkurang sedikit demi sedikit. Bahkan tidak jarang Pengajian diliburkan berbulan-bulan, saat Guru Sekumpul terbaring sakit, liburnya Pengajian Sekumpul ini ber'implikasi kepada kondisi sosial Masyarakat disekitarnya.
Musholla Ar-Raudhah yang biasanya tidak muat menampung jamaah, saat pengajian libur berubah lengang, tidak sebanyak saat Pengajian di gelar. Pasar dadakan yang ada dikawasan Komplek Ar-Raudhah pun, mendadak sepi, padahal biasanya sangat ramai. Maklum, dipasar kaget ini semua kebutuhan tersedia, mulai dari sembako, pakaian, sayur mayur, ikan kering dan basah, hingga keperluan rumah tangga lainnya.
Di atas tahun 2000-an, kegiatan Pengajian semakin berkurang, bahkan diawal tahun 2004, pengajian hanya sekali sepekan, yaitu setiap sore Ahad ( Minggu ). Dan terakhir diawal-awal 2005, pengajian akhirnya diliburkan total, hingga wafat Guru.
0 komentar:
Posting Komentar