pembahasan ini mirip dengan fenomena gojek saat ini:
ﻭﺃﻣﺎ اﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ: ﻓﺬﻛﺮﻭا ﻓﻲ ﺷﺮاء اﻟﻔﻀﻮﻟﻲ ﺗﻔﺼﻴﻼ؛
adapun mazhab syafi'i:
mereka merincikan hukum pembelian fudhuli sebagai berikut:
ﻷﻥ اﻟﻔﻀﻮﻟﻲ ﺇﻣﺎ ﺃﻥ ﻳﺸﺘﺮﻱ ﻟﻐﻴﺮﻩ ﺑﻌﻴﻦ ﻣﺎﻝ اﻟﻐﻴﺮ، ﻭﺇﻣﺎ ﺃﻥ ﻳﺸﺘﺮﻱ ﻟﻐﻴﺮﻩ ﻓﻲ اﻟﺬﻣﺔ، ﻭﺇﻣﺎ ﺃﻥ ﻳﺸﺘﺮﻱ ﻟﻐﻴﺮﻩ ﺑﻤﺎﻝ ﻧﻔﺴﻪ.
pembelian fudhuli terinci:
1. ada kalanya membeli barang untuk orang lain dengan memakai uang orang lain itu
2. membeli barang untuk orang lain dalam tanggungan orang lain itu (barangnya dibeli dengan berhutang yang hutangnya dibebankan kepada orang lain itu)
3. membeli barang untuk orang lain,memakai uang dia sendiri
ﻓﺈﻥ اﺷﺘﺮﻯ ﻟﻐﻴﺮﻩ ﺑﻌﻴﻦ ﻣﺎﻝ اﻟﻐﻴﺮ ﻓﻔﻴﻪ ﻗﻮﻻﻥ: اﻟﺠﺪﻳﺪ ﺑﻄﻼﻧﻪ، ﻭاﻟﻘﺪﻳﻢ ﻭﻗﻔﻪ ﻋﻠﻰ اﻹﺟﺎﺯﺓ.
namun bila dia belikan barang untuk orang lain,memakai duit punya orang lain itu td (tanpa ada izin tanpa ada perwakilan dari orang lain itu),maka ada 2 qaul dari imam syafi'i:
qaul jadid jual belinya tidak sah,batal
qaul qadim dipending dulu sampai ada penerusan (pelegalan) dari orang lain itu tadi
ﻭﺇﻥ اﺷﺘﺮﻯ ﻓﻲ اﻟﺬﻣﺔ ﻧﻈﺮ ﺇﻥ ﺃﻃﻠﻖ ﺃﻭ ﻧﻮﻯ ﻛﻮﻧﻪ ﻟﻠﻐﻴﺮ، ﻓﻌﻠﻰ اﻟﺠﺪﻳﺪ ﻳﻘﻊ ﻟﻠﻤﺒﺎﺷﺮ، ﻭﻋﻠﻰ اﻟﻘﺪﻳﻢ ﻳﻘﻒ ﻋﻠﻰ اﻹﺟﺎﺯﺓ، ﻓﺈﻥ ﺭﺩ ﻧﻔﺬ ﻓﻲ ﺣﻖ اﻟﻔﻀﻮﻟﻲ.
ﻭﻟﻮ ﻗﺎﻝ: اﺷﺘﺮﻳﺖ ﻟﻔﻼﻥ ﺑﺄﻟﻒ ﻓﻲ ﺫﻣﺘﻪ، ﻓﻬﻮ ﻛﺎﺷﺘﺮاﺋﻪ ﺑﻌﻴﻦ ﻣﺎﻝ اﻟﻐﻴﺮ. ﻭﻟﻮ اﻗﺘﺼﺮ ﻋﻠﻰ ﻗﻮﻟﻪ: اﺷﺘﺮﻳﺖ ﻟﻔﻼﻥ ﺑﺄﻟﻒ، ﻭﻟﻢ ﻳﻀﻒ اﻟﺜﻤﻦ ﺇﻟﻰ ﺫﻣﺘﻪ ﻓﻌﻠﻰ اﻟﺠﺪﻳﺪ ﻭﺟﻬﺎﻥ، ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ: ﻳﻠﻐﻮ اﻟﻌﻘﺪ، ﻭاﻟﺜﺎﻧﻲ: ﻳﻘﻊ ﻋﻦ اﻟﻤﺒﺎﺷﺮ. ﻭﻋﻠﻰ اﻟﻘﺪﻳﻢ ﻳﻘﻒ ﻋﻠﻰ ﺇﺟﺎﺯﺓ ﻓﻼﻥ، ﻓﺈﻥ ﺭﺩ ﻓﻔﻴﻪ اﻟﻮﺟﻬﺎﻥ.
kita langsung ke poinnya:
ﻭﻟﻮ اﺷﺘﺮﻯ ﺷﻴﺌﺎ ﻟﻐﻴﺮﻩ ﺑﻤﺎﻝ ﻧﻔﺴﻪ
ada orang belkan barang atau makanan atau apakah,untuk orang lain memakai duit punya dia dulu,menalangi terlebih dulu,
ﻧﻈﺮ: ﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﺴﻤﻪ ﻭﻗﻊ اﻟﻌﻘﺪ ﻋﻦ اﻟﻤﺒﺎﺷﺮ، ﺳﻮاء ﺃﺫﻥ ﺫﻟﻚ اﻟﻐﻴﺮ ﺃﻡ ﻻ،
diliat dulu..
kalau dia ini waktu belinya itu tidak ada manyebutkan membelikan untuk si fulan,,maka akad transaksi yang dilakukan oleh dia ini dianggap akad langsung,akad terhadap dirinya sendiri,
sama ada dia ini sudah mendapat izin dari orang lain tadi atau tidak..
berarti kalau kasusnya seperti ini:
maka antara pemesan dengan pengantar pesanan,harus ada akad baru lagi,
ﻭﺇﻥ ﺳﻤﺎﻩ ﻧﻈﺮ: ﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﺄﺫﻥ ﻟﻪ ﻟﻐﺖ اﻟﺘﺴﻤﻴﺔ،
kalau dia menyembutkan nama sepembelinya,aku belikan ini untuk si fulan katanya,
diliat dulu: kalau dasar tidak ada izinnya,maka sebutan tadi untuk belikan si fulan,dianggap gak ada,
ﻭﻫﻞ ﻳﻘﻊ ﻋﻨﻪ ﺃﻡ ﻳﺒﻄﻞ؟ ﻭﺟﻬﺎﻥ.
kalau dianggap gak ada,apakah jual belinya itu dianggap jual beli untuk dirinya kah atau batal kh? jawabnnya 2 versi khilafiah
ﻭﺇﻥ ﺃﺫﻥ ﻟﻪ، ﻓﻬﻞ ﺗﻠﻐﻮ اﻟﺘﺴﻤﻴﺔ، ﻭﺟﻬﺎﻥ. ﻓﺈﻥ ﻗﻠﻨﺎ: ﻧﻌﻢ، ﻓﻬﻞ ﻳﺒﻄﻞ ﻣﻦ ﺃﺻﻠﻪ، ﺃﻡ ﻳﻘﻊ ﻋﻦ اﻟﻤﺒﺎﺷﺮ؟ ﻓﻴﻪ اﻟﻮﺟﻬﺎﻥ،
ﻭﺇﻥ ﻗﻠﻨﺎ: ﻻ، ﻭﻗﻊ ﻋﻦ اﻵﺫﻥ. ﻭﻫﻞ ﻳﻜﻮﻥ اﻟﺜﻤﻦ اﻟﻤﺪﻓﻮﻉ ﻗﺮﺿﺎ ﺃﻡ ﻫﺒﺔ؟ ﻭﺟﻬﺎﻥ
terjemahkan sendiri ja lah,hehe....
naaah kesimpulannya kyni:
akad jual beli pesanan lewat gojek hukumnya sah,legal dan dibolehkan,
dan cara akadnya to:
misalnya kita mesan lewat gojek beli sesuatu di tempat pembelian.
otomatis dsini gojek dulu yang menalangi / menomboki duitnya untuk beli dulu di tempat pembelian,
(gojek harus me'akadkannya saat pembelian itu,agar sah jual belinya dan jadi hak milik dia sepenuhnya)
sampai ke tangan pemesan,si pemesan dan gojek harus membuat akad terbaru,agar melepaskan hak miliknya tadi dari gojek terpindah kepada pemesannya,
ini adalah jual beli yang tidak di larang,dan sah dilakukan..
namun dalam praktik saat ini masih ada yang gak serius,gak profesional dalam memesan,sehingga banyak driver gojek yang kasian menanggung kerugian material,karena ditipu pemesan,
ini hanya sekelumit kasus duka dalam gojek,
ini gak perlu dibahas,intinya yang menanggung dosanya si pemesan,yang menanggung rugi si gojek,aku tidak ikuta2n juga,ni yang membicarakannya bagian tuan guru ranah tasawuf,tidak aku,kalaunya aku fiqhnya aja,hehehe...
Sumber : Ustad Awi Mahmud
0 komentar:
Posting Komentar