Rabu, 01 November 2017

Ada 3 Pembagian Jujur dalam Alqur'an



Jujur Dalam Berkata

Sebagian orang yang terbiasa untuk menarik perhatian dan meyakinkan lawan bicara, dia terkadang meninggalkan kejujuran dalam berkomunikasi. Bahkan kebiasaan buruk seperti ini juga menempel pada sebagian da’i yang berdakwah di tangah masyarakat. Begitu pula sebagian tutor dan trainer ketika memaparkan materi di hadapan peserta pelatihan atau seminar. Pada hal perbuatan tersebut jelas diharamkan dalam agama Islam. Bahkan perintah untuk menjauhi perkataan dusta, Allâh sebutkan setelah perintah menjauhi berhala. Sebagaimana dalam Ayat berikut ini:

فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ

Maka jauhilah kekejian dari berhala, dan jauhilah perkataan dusta [Al-Hajj/22:30]

Kebiasaan berdusta dalam berbicara adalah kebiasan orang-orang munafik. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَلَّةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَلَّةٌ مِنْ نِفَاقٍ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ». متفق عليه

Empat sifat bila dimiliki seseorang maka ia adalah munafik murni (sejati). Barangsiapa memiliki salah satunya maka padanya terdapat salah satu sifat munafik sampai ia meninggalkannya. Bila bicara ia dusta, bila membuat kesepakatan ia khianat, bila berjanji ia mungkir dan bila berselisih ia curang. [Muttafaq ‘alaih]

Karena begitu tercelanya sifat suka berdusta ketika berbicara maka dijadikanlah sebagai salah satu ciri khusus yang dimiliki orang-orang munafik.


Jujur Dalam Berjanji

Sering pula kita dapati dalam kenyataan sehari-hari betapa mudahnya sebagian orang untuk berjanji dan sekaligus amat mudah sekali untuk tidak memenuhinya. Secara khusus tokoh-tokoh partai politik ketika dalam suasana mencari dukungan suara dari masyarakat. Mereka berbicara dengan semangat dan suara lantang dihadapan ribuan orang akan melakukan berbagai program untuk kesejahteran rakyat. Akan kenyataan sangat berbeda setelah kekuasaan di tangan mereka. Begitu pula sebagian lembaga pendidikan ketika saat penyebaran informasi penerimaan calon peserta didik baru. Dalam brosur terdapat berbagai keunggulan di bidang pelayanan, akan tetapi pada hakikatnya itu semua adalah janji-janji yang tidak pernah sesuai dengan kenyataan. Allâh telah menegaskan dalam firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ

Wahai orang-orang yang beriman tepatilah janji-janji kalian [Al-Mâidah/5:1]

Dalam ayat yang mulia ini Allâh membuka perintahnya untuk menepati janji dengan panggilan iman, karena menepati janji adalah bukti atas seseorang yang benar-benar beriman. Sebab imannya akan berfungsi mengontrol janji-janjinya.

Kebiasaan suka menyalahi janji adalah merupakan ciri-ciri orang munafik. Sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ عَلاَمَاتِ الْمُنَافِقِ ثَلاَثَةٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ». متفق عليه

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Telah bersabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Diantara ciri-ciri orang munafik ada tiga; apabila berbicara ia dusta, apabila berjanji ia mungkir dan bila diberi amanah ia khianat. [Muttafaq ‘alaih]

Jujur Dalam Berkuasa

Betapa banyak pula kita saksikan dalam kenyataan para penguasa yang tidak jujur dalam kekuasaanya. Baik dalam segi penyusunan rencana anggaran begitu pula dalam penggunaan dan pelaporan anggaran. Kondisi tersebut membuat rakyat tidak lagi punya empati terhadap penguasa. Seharusnya para pejabat negara menjadi tauladan bagi rakyat dalam kejujuran. Sehingga tercipta suasana yang akrab antara rakyat dengan penguasa. Bila seorang penguasa mati dalam keadaan menipu rakyatnya, maka ia akan dijauhkan dari surga. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلاَّ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

Tidaklah seorang hamba yang dijadikan Allâh sebagai pemimpin, lalu ia meninggal dalam keadaan menipu rakyatnya pada hari ia meninggal, kecuali Allâh haramkan atasnya surga. [HR. Muslim]

Betapa meruginya seorang penguasa yang tidak jujur dalam kekuasaannya, di akhirat kelak ia akan berdiam dalam neraka yang begitu panas dalam masa yang amat lama. Di dunia mungkin dengan sebab kelicikan dan berbagai faktor lainnya dia bisa lolos dari hukuman sebagai penipu, tapi di akhirat itu tidak akan pernah terjadi. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ﴿٦﴾فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ﴿٧﴾وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. [Az-Zalzalah/99:6-8]

Demikian penjelasan ringkas ini tentang keberuntungang orang jujur dan kerugian orang yang meninggalkan kejujuran.

Selamat mengamalkan semoga bermanfaat

Sumber: https://almanhaj.or.id/5718-orang-jujur-hebat-di-dunia-dan-akhirat.html

Artikel Terkait

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog