Senin, 14 Oktober 2013

Kisah Seorang Pemuda Dan Abah Guru Sekumpul


 
pernah ada seorang pemuda , dan pemuda ini terkenal dengan kenakalan,bertato, seorang alkoholic, pecandu, pemakai dan titel buruk yang lainnya.
dan entah kenapa di siang hari minggu dia ingin sekali pergi kesekumpul untuk menghadiri pengajian abah guru.
" aku harus berangkat , walau tanpa ada uang sepeserpun,aku yakin berkah beliau mampu mengatasi masalah keuangan ini "

maka berangkat lah pemuda itu, tanpa sarung, hanya pakai celana levis lusuh, baju kaos, dan kopyah butut,karena pakaian muslimin satu pun dia tidak punya.

sampai di depan gang, baru saja sekitar 5 menit kurang, tiba-tiba sebuah sedan stop persis didepan dia, dan orang didalam sedan itu membuka pintu mobilnya sambil berkata
" mau kesekumpul ya , ya udah naik aja temanin saya "

maka pemuda itu pun naik dengan sedikit bingung, bingung dan heran karena baru pertama kali dia naik sedan mewah, bingung dan heran kenapa orang ini tau bahwa dia mau kesekumpul , padahal dia berpakaian layaknya seorang preman.
dan didalam mobil tersebut hanya dia dan bapak itu,

singkat cerita
sampai lah pemuda itu ke sekumpul tepat didepan mesjid pancasila, baru saja pemuda turun dan ingin mengucapkan kata terima kasih , secara tiba-tiba mobil tersebut menghilang, belum selesai kebingungannya, tiba-tiba ada suara yang yang menegur ;
" nak, mau pengaji guru sekumpul ya, ya udah naik aja ke becak bapak " kata bapak tersebut

maka pemuda itu naik, dengan pikiran yang bingung, apa yang sebenarnya terjadi, sesampai di muka gang hijrah pemuda itu diturunkan oleh bapak tersebut, dan kejadian yang seperti tadi terulang kembali, bapak tukang becak itu pun menghilang, entah kemana perginya.

" mungkin ini semua berkah abah guru untuk aku " kata pemuda itu berucap dalam hatinya.

maka pemuda itu pun masuk kedalam , ada kedamaian dalam hatinya, ada kesejukan , kedamaian batin yang selama ini tidak pernah ia dapatkan.

maka ia pun duduk diantara para jamaah yang lain, tertunduk, setiap kata yang abah guru sekumpul sampaikan dia resapi dan dengan sendirinya air mata pemuda itu jatuh membasahi pipinya.
" semua harus ku akhiri dunia hitam ini " ucap pemuda itu didalam hati...

secara tiba-tiba ada seorang bapak-bapak menepuk pundaknya, dan memberi sebuah amplop putih lantas bapak itu berkata :
" ini dari abah guru , terima lah "

dan pemuda itu menangis terharu sambil memeluk bapak-bapak tersebut
" terima kasih banyak pak "

" berterima kasih lah sama abah guru."

tertulis diamplop itu nama pemuda tersebut dengan jelas dan benar beserta bin nya, padahal si pemuda tersebut baru pertama kali ke tempat abah guru , terus kenapa abah guru jadi tahu,....itu lah wali ....

dan pemuda itu pun membuka isi amplop tersebut, dan ternyata isinya uang sebesar 2 juta, dan didalam amplop itu ada secarik kertas yang berbunyi
" jadikan uang ini untuk modal berdagang, jangan salah gunakan, karena allah maha tahu "

akhir cerita
pemuda itu pun sekarang menjadi seorang pedagang yang sukses dan banyak membuka cabang toko dimana-mana.
dan salah satu toko beliau berada di pasar sudi mampir..



Minggu, 06 Oktober 2013

Sejarah Pembangunan Komplek Sekumpul


 Foto Abah Guru Sekumpul pada saat membuka komplek perumahan Sekumpul

Kelurahan Sekumpul merupakan pemekaran dari kelurahan induk, yakni Jawa. Secara geografis, Sekumpul berlokasi di pertigaan Jalan Ahmad Yani Km 38 samping Masjid Syi’aarush Shaalihiin, masuk sekitar 800 meter, lantas belok kanan (jika dari arah Banjarmasin), di sanalah Mushalla Ar Raudhah berdiri megah.
Berbentuk kotak-kotak paduan semen dan keramik kombinasi hitam, putih, hijau dan biru, menjadikan kubah serta menara mushalla ini sebagai model bangunan pertama di Kalsel. Sepintas, menara dan kubah mushalla mirip masjid terbesar di Jawa Timur, Masjid Agung Al Akbar, Surabaya. Di samping mushalla, terdapat kediaman Guru Sekumpul yang diapit dua rumah berarsitektur sejenis yang ditempati ibu, saudara dan keponakan. Belakangan, rumah di samping kiri Guru direnovasi total.

Pada Agustus 2004, rampunglah rumah megah berlantai dua bergaya Spanyol dengan aksen Mediterania. Sungguh membuat kagum dan nyaman mata memandang. Rumah itu kini menjadi kediaman dua putera Guru, Muhammad Amin Badali dan Ahmad Hafi Badali.

Angka 17 menjadi hitungan tersendiri dalam Kompleks Ar Raudhah atau biasa disebut dalam regol. Di samping mushalla berderet tujuh rumah dan di seberangnya juga tujuh unit rumah. Ditambah rumah Guru Sekumpul dan dua yang mengapit, jumlahnya klop dengan angka keramat: 17. Menariknya, rumah itu memiliki ciri khas yang relatif tidak berubah sampai detik ini; beratap genteng hijau tua dan teras ukuran persegi panjang dengan atap cor beton bercat putih.

Di sekeliling kompleks mushalla, nyaris tidak ada lahan kosong. Ratusan rumah menyemut hingga menjadikan Kompleks Sekumpul perkampungan perkotaan yang elit, mewah namun memancarkan kedamaian. Ini sangat berbeda jauh dengan kondisi pada tahun 1980-an. Kawasan itu ibarat hutan belantara yang penuh semak belukar pohon karamunting. Hanya satu-dua rumah yang tampak. Barangkali tidak seorang pun menyangka kondisi itu berubah 180 derajat.

Sekitar tahun 1987, di sekitar kawasan tersebut, hanya ada satu-dua rumah yang berdiri. Sedang sisanya cuma hutan belantara dan lahan melompong bertebaran tanah merah.
Pada dekade 1980-an, pengajian masih digelar di Mushalla Darul Aman, Jalan Sasaran, Kelurahan Keraton, Martapura. Baru pada awal 1989, pengajian pindah ke lokasi baru sekaligus menandai era baru dunia syiar Islam di Martapura.
Perubahan terjadi dalam penyebutan kawasan itu. Semula, sekitar hutan karamunting masyhur dengan sebutan Sungai Kacang. Ketika pengajian hijrah, KH Muhammad Zaini Abdul Ghani memopulerkan nama baru: Sekumpul.

Memang, sejak pertengahan 1970-an, kawasan itu sebagian ada yang menamakan Sekumpul. Namun, panggilan tersebut tidak populer dan banyak orang yang justru tidak kenal serta masih menyebutnya Sungai Kacang. Lebih dari itu, hingga 1980-an, di ujung jalan yang bermuara di Jalan A Yani, terpampang plang nama Jalan Sungai Kacang. Ketika Guru pindah, terminologi Sekumpul mulai dikenal orang.
Perubahan nama juga menjadi awal dari pergantian sapaan akrab ulama kelahiran 11 Februari 1942/27 Muharram 1361 H ini. Di tempat lama, panggilan sang kiai cenderung beragam. Ada yang menyapa Guru Zaini, Guru Izai, hingga Guru Keraton. Ketika hijrah ke Sungai Kacang itulah dia populer dengan nama baru: Guru Sekumpul.

Cuma, tak semua warga memberi sapaan senada. Ada yang masih memanggil dengan sebutan lama. Tapi, bagi sebagian warga Martapura, terutama warga asli, sapaan Guru Izai terasa agak “kasar”. Karenanya, mereka relatif memakai sapaan Guru Sekumpul atau Abah Guru. Konon, tinggallah kini warga bukan asli Martapura yang masih menggunakan sapaan semisal Guru Izai.

Penyebutan nama Guru Sekumpul ikut menghiasi pemberitaan koran lokal. Sebelumnya, jika tema Sekumpul dimuat di koran, nama yang ditulis pasti Guru Izai atau Guru Zaini. Tapi, sejak akhir 1999, ketika memuat berita di Kalimantan Post, saya selalu menulis sebutan Guru Sekumpul.

Alhasil, sejak saat itu setiap pemberitaan di Kalimantan Post, selalu ditulis sebutan Guru Sekumpul. Tidak lagi Guru Zaini apalagi Guru Izai. Koran lain pun sebagian besar mulai menulis sapaan itu. Ini semua demi penghormatan, meski Guru sendiri tidak mempersoalkan. Setidaknya, Kalimantan Post ikut andil memopulerkan penulisan nama baru tadi dan berupaya menyamakan penyeragaman sebutan untuk pemberitaan media massa lokal lainnya.

Perkembangan kawasan Sekumpul juga diiringi meroketnya harga tanah. Dahulu, harga per meter persegi hanya berkisar puluhan ribu rupiah. Tapi sekarang, puluhan juta per meter, itu pun lahannya nyaris tidak ada lagi. Harga tertinggi dipegang lahan sekitar Kompleks Ar Raudhah, dekat kediaman Guru. Banyak orang kaya mendadak dari bisnis jual beli tanah di sekitar Sekumpul.

Lahan kosong yang semula untuk tempat parkir di sekitar Kompleks, banyak yang berganti hutan beton. Kalau terus dibiarkan dan ditata seadanya, tidak mustahil rimbunnya hutan karamunting hanya tinggal kenangan. Rimbunnya belantara beton setidaknya turut menguatkan argumen bahwa Sekumpul mencatat inflasi tertinggi di Kabupaten Banjar.