Senin, 05 Februari 2018

Kisah Sahabat Suraqah bin Malik bin Ju'syum RA


Suraqah bin Malik bin Ju’syum merupakan seorang tokoh terkemuka di daerah Najd yang berasal dari Bani Kinanah, dan sangat dihargai oleh kaum Quraisy Makkah. Karena itulah ketika Iblis ingin tampil sebagai manusia dalam mendukung permusuhannya kepada Nabi SAW, ia mewujudkan diri sebagai Suraqah bin Malik

Dua kali iblis muncul dalam wujud sahabat ini, pertama saat kaum Quraisy bermusyawarah di Darun Nadwah, saat itu ia mendukung dan menguatkan pendapat Abu Jahal untuk membunuh Nabi SAW. Kedua pada saat perang Badar. Ketika pasukan kafir Quraisy ragu-ragu untuk meneruskan pertempuran, sekali lagi Iblis dalam bentuk Suraqah ini mendukung dan menguatkan mereka. Tetapi ketika iblis melihat pasukan malaikat yang dipimpin Malaikat Jibril, ia segera berlari terbirit-birit. Harits bin Hisyam sempat memegang tangannya dan berkata, “Wahai Suraqah, bukankah engkau berkata akan mendukung kami dan tidak akan meninggalkan kami!!”

Tentu saja Harits mengira dia adalah benar-benar adalah Suraqah bin Malik. Iblis memukul dada Harits hingga ia terjengkang, dan berkata, “Sesungguhnya aku melihat apa yang tidak kamu lihat. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, siksaan Allah benar-benar sangat pedih…!!”

Sebagai hasil kesepakatan dari pertemuan kaum Quraisy di Darun Nadwah, para pemuda dari beberapa suku Arab berkumpul di depan pintu rumah Nabi SAW dengan satu tujuan,  membunuh beliau. Tetapi tentu saja dengan mudah Allah menyelamatkan Nabi SAW, beliau melewati mereka, bahkan sempat menaburkan pasir di setiap kepala mereka tanpa mereka menyadarinya (sebagian riwayat menyebutkan mereka tertidur), kemudian beliau berangkat hijrah bersama Abu Bakar.
Tetapi kegagalan tersebut tidak menyurutkan maksud kaum kafir Quraisy untuk menghabisi Nabi SAW. Mereka terus melakukan pencarian dan bahkan mengadakan sayembara, siapapun yang bisa membawa atau menunjukkan keberadaan Nabi SAW akan memperoleh hadiah 200 ekor unta.



Salah seorang yang berhasil menelusuri jejak perjalanan Nabi SAW adalah Suraqah bin Malik. Ia memperoleh informasi salah seorang dari kaumnya, Bani Mudlij, yang melihat sekelompok orang berjalan di pesisir, yang dikiranya adalah rombongan Nabi SAW yang dicari-cari kaum Quraisy. Suraqah membenarkan dalam hatinya, tetapi karena tidak ingin kedahuluan orang lain untuk memperoleh hadiah yang dijanjikan, ia berkata kepada orang itu, "Bukan, mereka adalah Fulan bin Fulan yang pergi karena tidak ingin kita lihat."

Tetapi diam-diam ia menyuruh pembantunya untuk menyiapkan kuda dan perlengkapannya. Ketika tidak ada orang yang melihatnya, ia segera memacu kendaraannya ke pesisir yang ditunjukkan orang tersebut. Suraqah mengendarai kuda yang cepat, sehingga ia bisa mengejar rombongan hijrah Nabi SAW tersebut dan jaraknya semakin dekat. Nabi Saw tetap tenang, sementara Abu Bakar yang duduk di boncengan unta Nabi SAW, terlihat cemas dan berkali-kali melihat ke belakang.

Setelah jarak makin dekat, tiba-tiba kuda Suraqah terjerembab jatuh, Nabi SAW terus saja berjalan tanpa memperdulikan Suraqah yang mengejarnya. Setelah berhasil mendekati lagi, Suraqah menyiapkan anak panahnya, tetapi lagi-lagi kudanya terjerembab, sementara Nabi SAW terus berjalan. Masih juga penasaran, setelah berhasil membebaskan kudanya, ia mengejar lagi, tetapi untuk ketiga kalinya, kudanya terjerembab dan kali ini diikuti dengan debu yang bertaburan di udara. Sadarlah Suraqah bahwa orang yang dikejarnya bukanlah orang sembarangan.

Setelah berhasil membebaskan kudanya dan tidak ada lagi niat untuk menangkap atau membunuh Nabi SAW, ia berhasil mendekati rombongan beliau dan memanggilnya. Setelah berhadapan dengan Nabi SAW, ia meminta maaf dan memohon untuk tidak diapa-apakan. Ia juga menawarkan untuk memberikan perbekalan yang dibawanya. Nabi SAW memaafkannya tetapi menolak pemberiannya, hanya saja beliau meminta untuk merahasiakan pertemuannya itu.

Suraqah meminta jaminan keamanan dari Nabi SAW, dan beliau menyuruh Amir bin Fuhairah untuk menuliskannya di sebuah kulit, dan menyerahkannya kepada Suraqah. Sesaat kemudian Rasulullah SAW berkata pada Suraqah, "Wahai Suraqah, bagaimana perasaanmu jika engkau memakai dua gelang Kisra?"

            "Kisra bin Hurmuz?" Suraqah tercengang tak mengerti.                                                                    Nabi SAW tersenyum memandang ekspresi Suraqah, tetapi beliau tidak menjelaskan lebih lanjut. Kemudian beliau meninggalkannya meneruskan perjalanan hijrah.     
Begitulah waktu berlalu, di masa kekhalifahan Umar bin Khaththab, datang ghanimah dari Persia yang telah dikalahkan pasukan muslim. Umar teringat akan kisah Rasulullah SAW bersama Suraqah, ia mencari dua gelang Kisra di antara tumpukan ghanimah. Setelah ditemukan, Umar memanggil Suraqah dan berkata, "Pakailah dua gelang ini, naiklah ke mimbar dan angkat tanganmu, lalu katakan, : Mahabenar Allah dan RasulNya."   

Suraqah maju ke mimbar, ia melakukan apa yang diperintahkan Khalifah Umar dengan penuh haru. Terbayang di matanya apa yang dikatakan Nabi SAW bertahun yang lalu ketika beliau hijrah. Sungguh sangat tidak terbayangkan saat itu, bahwa orang-orang muslim akan mampu mengalahkan dan menghancurkan imperium besar yang telah berusia ratusan tahun, Kerajaan Persia.

Tidak ada kejelasan riwayat, apakah Suraqah memeluk Islam saat bertemu dengan Nabi SAW di perjalanan hijrah tersebut atau waktu lainnya. Sebagian riwayat menyebutkan ia memeluk Islam ketika Nabi SAW kembali dari Haji Wada’ ketika beliau berada di Ji’ranah. Tetapi yang jelas pada akhirnya  ia memeluk Islam telah menjadi saksi dari kebenaran "ramalan" beliau SAW.

Artikel Terkait

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog