Kamis, 29 September 2016

Cak Nun Ziarah Ke Sekumpul


Baru saja Cak Nun dan KiaiKanjeng meninggalkan Musholla ar-Rhoudhoh tempat makam Guru Zaini berada. Di depan pusara Tuan Guru, Cak Nun duduk paling depan, dan KiaiKanjeng berada di belakangnya satu level lebih rendah. Cak Nun memimpin KiaiKanjeng membaca surat al-Fatihah, surat al-Qadar, surat Yasin, wirid Padhangmbulan, Wirid Robbi Anzilni Munzalan, dan Wirid Robbi La Tadzarni Fardan.

Sebelum membaca surat-surat tadi, Cak Nun meminta masing-masing KiaiKanjeng untuk memejamkan mata berdiam diri dan hati sowan kepada Tuan Guru Zaini.
Setelah hampir 45 menit semua rangkaian dzikir, tiga plastik kembang telah disediakan. Cak Nun dan KiaiKanjeng bergantian menaburkan kembang ssgar itu di atas makam Tuan Guru Zaini.

Ketika masuk makam ini tadi, tampak para warga yang duduk berdoa dan membaca yasin. Kesemuanya mengenakan baju putih, atau baju polos, sebagian lain mengenakan gamis. Ruangan yang bersambung dengan ruangan lain, termasuk ruangan utama tempat biasanya Tuan Guru memimpin shalawat bersama puluhan ribu jamaah dan masyarakat, terasa nyaman dan teduh. Di atas makam Tuan Guru, terdapat lampu gantung yang menerangi. Sempat terlihat di saat dzikir tadi,

seorang anak kecil putri datang menabur kembang di situ. Tampaknya merupakan adab yang tumbuh dari penghormatan yang dalam kepada Tuan Guru Zaini bagi setiap orang yang berziarah untuk menabur kembang di atas makam beliau.

Bagi Cak Nun, Tuan Guru Zaini tidak ada duanya di dunia dalam bermajelis shalawat. Seharusnya kita harus bersyahadah atau meresmikan Tuan Guru Zaini sebagai Pahlawan Syafaat. Majelis shalawatnya yang demikian besar tetapi dimulai dari perjuangan kesunyian nol, istiqamah, dan tulus adalah pergerakan tanpa henti memohonkan kepada Allah agar Syafaat Kanjeng Nabi turun kepada kita semua.

Ketika rombongan berpamitan dengan “Lurah” Sekumpul, yang sehari-hari menjaga komplek ini, seseorang bertanya kepada Cak Nun. Cak Nun menjelaskan bahwa Beliau tidak sedang apa-apa selain memohonkan kepada Allah perlindungan dan keselamatan banga Indonesia. Allah, para Malaikat, dan Rasulullah menyaksikan apa yang ada di sini di kampung Tuan Guru Zaini. Hawa dan pancaran Aulia dan kekasih-Nya seperti Tuan Guru inilah yang membuat Allah menyelamatkan kita dari penjajahan yang sedang dan akan berlangsung di Indonesia.

Kubah Musholla Ar-Roudhoh yang berwarna biru tampak indah berpadu dengan langit senja di atas Martapura. Cak Nun melangkah menuju mobil sembari melayani orang-orang yang menyalaminya. Rombongan pamit kembali ke Banjarmasin. (hm/adn)

Artikel Terkait

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog