Selasa, 22 Maret 2016

Berkat Tawasul


Peristiwa ini terjadi pada pertengahan bulan Mei, tahun 2013, (tanggalnya ulun lupa tapi hari sabtu sore). Waktu itu ulun jalan ketempat keluarga yaitu ke tempat acil (bibi) ulun.
Rumah beliau di pinggir sungai Martapura jadi adem, apalagi saat itu airnya pasang dan arus nya deras, banyak kelotok hilir mudik begitu juga dengan sampan (jukung).

Saat itu ulun lagi asik ngobrol dengan keluarga di dalam rumah acil sampai akhirnya kami mendengar ada orang-orang berteriak menyuruh kami keluar. Kami kaget dan berhamburan keluar hendak tau apa yang terjadi. Orang-orang di seberang sungai berteriak sambil mengatakan, "awas kapal merujuk (menabrak)". Dan saat itu ulun lihat ada kapal besar yang melaju cepat dari jarak 300 meter.

Kapal itu mogok mesinnya dan larut di bawa derasnya arus menuju rumah acil ulun dan rumah-rumah di belakangnya, kalau kapal ini sampai menabrak, maka diperkirakan 10 buah rumah akan hancur karena kapal ini besar dan tidak ada yang bisa menahan lajunya. Para Abk kapal dan Nahkodanya juga pasrah, mereka hanya berteriak menyuruh keluar dari rumah agar tidak ikut tertabrak.

Waktu itu suasana sangat panik, teriakan "Allahu Akbar" dan teriakan orang yang panik karena rumahnya mau ditabrak serta teriakan para Awak kapal jadi satu.
Ulun sendiri bingung, barang apa yang harus diangkut karena kurang lebih 10 menit lagi kapal itu akan menabrak rumah acil ulun.

Tanpa pikir panjang, ulun langsung menarik tangan acil ulun untuk menjauh dari rumah itu, karena acil ulun ngotot tidak mau bergerak dari situ, kalau tidak ditarik maka acil ulun akan ikut tertabrak kapal tesebut beserta rumahnya. Haluan depan kapal sudah menukit tepat ke rumah acil ulun. Saat ulun menarik tangan acil ulun untuk menjauh, tiba-tiba beliau melepaskannya dan berlari ke depan rumah beliau yang menghadap kapal lalu acil ulun diam sebentar disitu, sedang yang lain sudah teriak menyuruh menyingkir dari situ. Tepat 5 menit sebelum tabrakan, ulun tarik paksa tangan acil ulun menjauhi rumah itu.

Dan saat acil ulun sudah menjauh dan haluan kapal menukik mau menghantam rumah acil ulun. Tiba-tiba buritan belakang terdorong ke tengah sungai dengan sangat cepat, terus terdorong sehingga posisi kapal yang tadi sejajar rumah acil ulun menjadi melintang menuju tengah sungai, sehingga haluan depan yang tadi mau menabrak rumah, menjadi ada jarak sekitar setengah meter sampai kapal itu terus menuju ke tengah sungai Martapura dan mengikuti arus, terus seperti itu sampai ada bantuan kapal yang menarik kapal mogok itu ke pinggir, dan alhamdulilah rumah acil ulun dan 10 buah rumah lainnya selamat. Abk kapal dan Nahkodanya mengucap alhamdulillah kesenangan karena mungkin bisa mengganti rugi ratusan juta rupiah.

Waktu buritan yang tiba-tiba ke tengah sungai sehingga membuat kapal melintang di tengah sungai dan tidak jadi menabrak rumah, menurut paman ulun karena di situ ada dari dalam karena pasangnya air yang membuat buritan tadi ke tengah, maka kami pun percaya dengan penjelasan itu.
Habis maghrib ulun masih di tempat acil ulun dan kumpul dengan keluarga yang lain masih membicarakan kejadian sore tadi. Tiba-tiba datang tamu ke rumah, mereka adalah Nahkoda kapal dan 1 Abk. Ulun pikir mau silaturahim dan sebagai ucap syukur juga kapalnya tadi tidak menabrak rumah acil ulun dan rumah lainnya.

Saat kami terima tamu tadi, dan di tengah obrolan nahkoda tadi bilang, "Ulun kesini mau ketemu ibu, karena ada yang mau saya tanyakan".kemudian kata acil (tante) ulun, "Mau tanya apa silahkan nak".
Kata nahkoda itu, "Ibu tadi baca amalan apa?, waktu 5 menit sebelum kapal menabrak, ibu tadi berdiri di depan rumah dan sambil membaca sesuatu"Ulun tanya, "memang kenapa dengan bacaan acil ulun tadi?" kata ulun.

Nahkoda itu jawab, "selesai ibu tadi baca amalan itu dan kamu (ulun) menarik tangan ibu tadi, ulun lihat di depan haluan Abah Guru Sekumpul hadir dengan berpakaian lengkap seperti di foto beliau, pakai gamis, surban dan selendang. Aku lihat (kata Nahkoda itu) Abah Guru membentangkan kedua tangan beliau dan tiba-tiba buritan kapalnya menuju ke tengah sungai dengan cepatnya (memang ulun menyaksikan buritan kapal menuju ke tengah sungai cepat sekali), dan setelah kapal tepat berada di tengah sungai waktu saya menoleh kepada kalian sebentar dan menoleh lagi ke haluan kapal, Abah guru sudah tidak ada lagi.

Aku (kata Nahkoda itu) tanya kepada Abk kapal yang ada di sampingku apakah melihat Abah Guru, ternyata tidak ada yang melihat Abah Guru, ternyata tidak ada yang melihatnya selain saya, jadi saya mau tahu apa yang ibu baca tadi?" Acil ulun bilang, "aku tadi baca fatihah untuk Abah Guru, lalu aku memanggil Abah Guru 5x dengan berkata "wahai Abah Guru tolong kami", hanya itu".
Lalu Nahkoda kapal itu bilang, "saya mau mengajak ibu besok bersama saya ke Sekumpul untuk ziarah ke makam Abah Guru sebagai ucapan terima kasih saya atas pertolongan Abah Guru sehingga kapal ini tidak menabrak rumah-rumah di sini". Dan acil ulun pun setuju.

Salah satu amalan acil ulun ini kalau ada hajat yang sangat penting. Apabila terkabul hajat itu maka beliau pasti minta bacakan manaqib Syekh Samman dan Manaqib Abah Guru, walau hanya 5 orang saja yang hadir. Setiap apapun yang penting pasti nazarnya akan membaca manaqib Syekh Samman dan Abah Guru.

sumber : Cerita dari Yusrie Salman Al Aydrus

Artikel Terkait

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog