Kamis, 24 Maret 2016

Memperdalam Ilmu Tajwid


Suatu saat, atas saran Tuan Guru KH. Ahmad Zaini, orang tua KH. Badruddin Martapura, Guru Zaini yang saat itu masih sebagai santri Pesantren Darussalam, diminta untuk memperdalam Tajwid kepada seorang yang dianggap pakar dan ahli dalam bidangnya. Tuan Guru KH. Muhammad Zaini menuju/ditujukan kepada seorang yang dikenal Qari, Hafizh dan memiliki suara merdu yang khas yaitu Tuan Guru KH. Muhammad Aini, desa Pandai Kandangan.

Dihari yang ditentukan berangkatlah Guru Zaini dengan menumpang bis dari Martapura menuju Kandangan. Perjalanan saat itu cukup melelahkan, karena masa itu jalan tidak semulus sekarang. Beberapa jam diperjalanan akhirnya Guru Zaini sampai juga dikota dodol ini, dan langsung menuju kerumah sang Guru. Ketika bertemu Tuan Guru, Guru Zaini ditanya bermacam alasan kenapa sampai belajar ke Kandangan ini.

Namun semua pertanyaan itu dijawab Guru Zaini dengan sempurna dan memuaskan, sehingga Tuan Guru KH. Muhammad Aini akhirnya bersedia untuk mengajari Guru Zaini. Untuk mengetahui bagaimana bacaan muridnya ini, Tuan Guru meminta Guru Zaini membacakan surah Al-Fatihah. Guru Zaini pun lalu membaca Fatihah dengan suara beliau yang merdu. Mendengar ini sang Tuan Guru menangis tersedu-sedu. Usai membaca Fatihah, Guru Zaini menanyakan sebab Gurunya itu menangis. Tuan Guru KH. Muhammad Aini menjelaskan :"Seumur hidupku, aku belum pernah mendengar bacaan Fatihah sebagus yang ikam ( kamu ) bacakan tadi"

Selama sekitar seminggu disana, Guru Zaini diajak mendampingi Tuan Guru menghadiri beberapa acara keagamaan. Seringkali Guru Zaini diminta untuk membacakan ayat suci Al-Qur'an, dan mengikuti acara maulid diberbagai tempat. Setelah dirasa cukup belajar kepada Gurunya, Guru Zaini mohon pamit dan minta izin untuk pulang ke Martapura. Sang Guru mengizinkan, hanya saja saat itu sudah sore, kemungkinan mobil tumpangan ke Martapura atau arah Banjarmasin tidak ada..

Namun Guru Zaini (Abah Guru Sekumpul) menyakinkan gurunya, bahwa mobil insya Allah ada. Saat itu sudah sore, Sang Guru mengantar Guru Zaini dari rumahnya ketepi jalan. Sesampai ditepi jalan raya, tak diduga tiba-tiba berhenti sebuah mobil, Guru Zaini pun pamit dan masuk. Belum jauh mobil itu berjalan dari berdirinya Sang Guru, mobil itu menghilang entah kemana, seperti tak berbekas.


Artikel Terkait

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog