Selasa, 15 Maret 2016

Hijrah Ke Sekumpul ( Sungai Kacang )

Mushalla Arraudah pada waktu dulu

Pada dekade 1980-an pengajian Guru Zaini di Keraton semakin dikenal luas, sehingga pengajian ini mulai dipadati oleh jemaah dari luar kota Martapura, seperti Banjarmasin, Rantau, Hulu Sungai, bahkan dari Pelaihari, Kotabaru dan daerah-daerah lainnya.

Rumah-rumah penduduk disekitar tempat tinggal Guru Zaini, dan langgar Darul Aman dari hari kehari terus dipenuhi oleh jemaah. Jalan dan gang menuju lokasi pengajian nampaknya sudah tidak mampu lagi menampung jemaah yang datang.

Sementara itu untuk tempat parkir, sudah berjubel hingga ke jalan Ahmad Yani dari area muka Pendopo Kabupaten, hingga mendekati gedung Pondok Pesantren Darussalam dipenuhi kendaraan roda 4 dan roda 2.

Karena memang pengajian di Keraton ini belum memiliki tempat parkir yang khusus, ini tentu membuat petugas melakukan penjagaan ekstra ketat untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kecelakaan lalu lintas dan lain-lain.

Melihat kondisi ini, jauh-jauh hari Guru Zaini sudah mulai memikirkan untuk berpindah, hijrah ketempat yang lebih luas, leluasa dan strategis. Pilihan jatuh kepada wilayah Sungai Kacang, dengan pertimbangan selain tempatnya mudah dicapai dengan kendaraan apapun, juga suasananya jauh dari hiruk pikuk aktifitas kota yang biasanya penuh polusi dan kebisingan.

Disamping juga harganya yang relatif murah, karena di era tahun 1980-an wilayah Sungai Kacang masih berupa tanah kosong yang banyak ditumbuhi hutan karamunting dan ilalang. Meski ada satu dua buah rumah disana, namun masih relatif sunyi, bahkan konon tempat ini dulunya adalah sarangnya pencuri dan perampok.

Rencana kepindahan Guru Zaini ke Sungai Kacang ini, sejak lama sudah diberitahukan kepada Al-'Arif Billah Syekh M. Syarwani Abdan Bangil. Guru Bangil menyetujui dan merestui niat Guru Zaini untuk pindah ketempat beliau yang baru ini, bahkan lebih dari itu Guru Bangil sangat berperan dalam memberikan saran dan masukan pada saat kepindahan itu.

Namun demikian rencana ini belum sempat dibicarakan dengan Syekh H. M. Semman Mulia atau Guru Semman, paman Guru Zaini sendiri. memang ada kesan rencana kepindahan Guru Zaini ini dilakukan diam-diam, dalam pengertian hanya diketahui oleh pihak keluarga dekat dan orang-orang tertentu saja. Boleh jadi hal ini karena Guru Zaini tidak ingin merepotkan orang banyak, lebih-lebih jemaahnya sendiri.

Namun demikian kabar tentang kepindahan Guru Zaini ini, akhirnya sampai juga ketelinga Guru Semman. Sehingga ketika bertemu Guru Zaini, sambil bercanda beliau bilang :"Kenapa nyawa handak bejauh pada Unda?".Mendengar candaan pamannya ini, Guru Zaini cuma senyum-senyum tanpa menjawab pertanyaan itu. Secara kebetulan tidak lama setelah itu Guru Zaini didampingi Guru Semman ziarah ke Bangil.Ketika itulah Guru Bangil bilang :"Zaini, Semman ai handak bapindah ke Sungai Kacang"Guru Semman pun akhirnya mafhum ( memahami ). Dan Guru Zaini tidak sekedar memberitahu Guru Semman lewat pembicaraan Guru Bangil, namun sepulangnya ke Banjarmasin, setelah tiba di Bandara Syamsudinnor, Guru Zaini langsung mengajak Guru Semman untuk melihat-lihat lokasi yang akan dipindahi.

Sesampainya dilokasi Guru Semman tidak lupa menanyakan tentang posisi lokasi seperti letak kuburan, Musholla, rumah dan lain-lain. Guru Zaini pun menjawab secara rinci dan lengkap. Beliau bahkan menambahkan bahwa segala sesuatu yang ada ini atas perintah dan diatur oleh Guru Bangil. Dan tidak banyak orang yang tahu, bahwa dalam proses pembangunan Komplek Ar-Raudhah Sekumpul ini, Guru Zaini tidak sedikit menerima masukan dana, pemikiran dan saran yang sangat berarti dari Guru Semman ini.

Bahkan konon Guru Semman juga tidak sedikit memberikan sumbangan dana untuk pembangunan Musholla Ar-Raudhah. Dan ketika akan berlangsung pembangunan Musholla tersebut, Guru Semman juga memberikan sumbangan pemikiran. Pemikiran itu antara lain, semula Guru Zaini ingin membangun Musholla dalam ukuran yang tidak terlalu besar, namun Guru Semman menyarankan agar dibangun yang besar, agar dimasa mendatang dapat menampung jamaah yang banyak.

Saran ini tentu diterima dan dipatuhi Guru Zaini dengan sukacita. Dan setelah kunjungan ini, tak berapa lama kemudian dimulailah pembangunan Kompkek Ar-Raudhah Sekumpul. Di tahun-tahun menjelang 1900-an, Guru Zaini berangsur-angsur mulai memindahi tempat baru, Komplek Ar-Raudhah Sekumpul, Martapura. 

sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=938542576230501&set=pb.100002243032895.-2207520000.1458102251.&type=3&size=367%2C367

Artikel Terkait

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog