Minggu, 27 Maret 2016

Pemuda Asal Kalua Kal-Sel ini Menjadi Imam Di Mesir dan Australia


Syamsul Fajri, Orang Kalua yang sukses di Negeri Para Nabi
Hidup sekarang menentukan hidup yang akan datang, begitu motto dan prinsip hidup banyak orang. Lima atau sepuluh tahun ke depan, prilaku seseorang berikut juga nasibnya akan sama dengan sikap dan nasibnya hari ini, hal itu bilamana tidak ada perubahan dalam dirinya.

Seseorang harus berubah, ibarat ulat bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Ada 2 hal yang membuat orang berubah: Pertama adalah dengan siapa dia berteman, dan kedua buku apa yang dia baca.
Berteman dan berkumpul dengan penjual minyak wangi, kita pun kecepretan wanginya; bergaul dengan tukang besi, kita pun kecepretan abu dan asapnya. Membaca juga sama, baca Qur’an tentu menenangkan kita, buku motivasi tentu akan memotivasi kita, buku humor pasti akan membuat kita jadi humoris, bacaan orang dewasa (18+) juga sama, akan mendewasakan anak-anak sebelum dirinya dewasa.

Saya mau berbagi cerita. Dulu sewaktu nyantri di Ponpes Rakha Amuntai, tepatnya selagi kelas 1 Aliyah (2005), saya bertemu kakak kelas .Namanya Syamsul Fajri, orangnya hafal Qur’an 30 juz, usianya saat itu 18 tahun, ia hafizh sejak usia 16 tahun. Kakak kandungnya Rusnah dan kakak iparnya Muhammad Syafi’i juga hafal Qur’an 30 juz.

Prestasinya tidak ditanya lagi, rankingnya tidak keluar dari peringkat pertama atau kedua, juara 1 khutbah, tartil, lancar bahasa arab dan inggris, juga berprestasinya di bidang minat bakat dan akademik lainnya.

Pasca lulus Aliyah, ia melanjutkan studinya di Al-Azhar Cairo Mesir. Saat tes hafalan Qur’an, nilainya nomer 1 se-Indonesia dari ribuan peserta yang mengikuti tes, malah pengujinya yang kualahan.

Di Mesir, ia menimba ilmu dari para masyayikh dan habaib. Lambat laun, akhirnya ia menjadi Imam di salah satu masjid di Mesir, orang Arab pun banyak yang terkagum-kagum dengan dirinya, karena hafalan dan suaranya yang merdu.

Ust. Syamsul Fajri anak kedua dari enam bersaudara lahir dari pasangan bapak Ahmad Rifa’i dan ibu Haslah di Tamunti, Kecamatan Pugaan, Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan pada 21 September 1987. Pendidikan formal ia tempuh di MIN Pugaan (1993-1999), MTsN Pugaan (1999-2002), MAK Normal Islam Putera Rakha Amuntai (2003-2006), S1 Al-Azhar Fakultas Ushuluddin Jurusan Hadis (2007-2011), program post-graduate (S2) ia lanjutkan di dua kampus yang berbeda, di Al-Azhar (2011-sekarang) dan American Open University (2013-sekarang). Pendidikan non-formal ia geluti di Ponpes Tahfizhul Qur’an Al-Ihsan Banjarmasin (2002) dan Ponpes Tahfizhul Qu’an Raudhatul Qur'an Amuntai (2003-2006).

Gelar Lc (lisence) dan Dpl (diploma) yang telah diraihnya tidak membuat Syamsul berhenti belajar. Di luar kampus, ia rutin mengikuti halaqah/pengajian yang dipimpin oleh masyayikh, baik di bidang fiqh, hadis, tafsir, tashawuf dan kajian keislaman lainnya, serta banyak memperoleh sanad Alquran, hizib, dan kitab-kitab. Salah seorang guru yang sering ia temui adalah Syeikh Ayyasyi Al Hammusi. Sehingga tak heran predikat jayyid disabetnya pada tahun pertama di Al-Azhar dan predikat jayyid jiddan pada tahun kedua dan seterusnya.

Di samping mendapat beasiswa studi di Al-Azhar, Syamsul juga mendapat beasiswa dari Bait az-Zakat al-Kuwaity, sebuah lembaga kuwait yang ada di Mesir, yang nominalnya sekitar 700 ribu perbulan.‘Kanda Syamsul’, begitu sapaan saya padanya, telah mengunjungi beberapa negara, di antaranya Mesir, Australia, Dubai, Jordania, Mekkah dan Madinah. Ia menjadi Imam Masjid Ar-Rahman Mesir – masjid favorit mahasiswa Indonesia – selama 3 tahun sejak tahun pertama tiba di Mesir. Setelahnya ia tidak lagi menjadi Imam karena hendak masuk tes S2 Al-Azhar. “agar fokus ujian”, ucap Ulama muda yang pernah mengikuti Musabaqah Hifzhil Qur’an 30 Juz di Jakarta pada 2006 silam. Namun tetap saja ia diminta menjadi imam di Masjid SIC (Sekolah Indonesia Cairo).

Umroh Mekkah dan Madinah ia peroleh saat memenangkan Musabaqah Hifzhil Qur’an 30 Juz pada Ramadhan 1434 H lalu, yang diadakan oleh Kementerian Wakaf Mesir. Ustadz yang hobi bulu tangkis ini betul-betul bersaing hafalan dengan orang Arab maupun non-Arab.
Pemuda yang rutin sholat tahajud ini menyempurnakan separuh agama dengan wanita pilihannya Fitriyani Hawary binti Abdul Wahab – mahasiswi S1 Universitas Al-Azhar – yang juga jebolan MA Normal Islam Puteri Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai. Sebelum menikah, Syamsul pernah bekerja di sebuah rumah makan di Mesir sebagai pramusaji.

Sekarang, disamping kuliah S2 di Al-Azhar, Syamsul masih menjadi Imam dan bekerja di sebuah toko buku di Mesir. Ramadhan 1435 kemaren, Ustadz yang wajahnya bercahaya ini dikontrak sebulan penuh menjadi imam Masjid Sidney di Australia. Dia layak dipanggil Syekh, kendati dirinya belum tua. Karena gelar Syekh juga diperuntukkan mereka yang alim walau berusia muda.
Saat profil singkat ini hendak dimuat di Majalah Mimbar Rakha edisi IV, Ustadz yang hafal hadis Arbain Nawawi ini malu bahkan takut jika pribadinya tidak sesuai dengan nilai-nilai islami. “kekurangan saya sangat banyak”, imbuhnya.

Rahasia Sukses Syamsul
Ust. Syamsul Fajri, Lc, Dpl seorang ulama muda di antara ratusan ulama yang lahir dari Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai. Menurut pengamatan saya, kesuksesan kanda Syamsul adalah berkat kesungguhan, kesabaran, kebersihan jiwa dan kesucian batinnya. Ia selalu giat belajar, pandai bergaul, tidak suka berbohong, tidak mengganggu orang lain, murah senyum, manis muka dan tidak sombong.

Ia sudah bangun sebelum adzan subuh berkumandang. Ia bersuci dan mendirikan sholat tahajud, lalu membaca qur’an hingga adzan subuh tiba. Setelah sholat subuh, ia berzikir/wiridan hingga matahari terbit dan meninggi setinggi tombak, kemudian melaksanakan sholat sunat isyraq.
Saat bel istirahat berbunyi di Madrasah dan para santri berlarian ke kantin, Syamsul malah menuju musholla atau masjid untuk sholat dhuha 8 rakaat. Ia sering berpuasa, terutama puasa sunat senin kamis. Berbeda dengan saya yang kadang berpuasa bila dompet sudah mulai menipis belum dapat kiriman.

Sholat sunat rawatib sangat jarang ia tinggalkan. Sholat sunat yang paling ia sukai adalah sholat tahajud.“Banyak sekali keutamaan sholat tahajud, baik untuk fisik maupun psikis”, pungkasnya. Ia selalu bergairah ketika bangun malam, karena teringat hadis Nabi: “Tuhan kita, Azza wa jalla, turun setiap malam ke langit dunia di sepertiga malam terakhir, Dia berfirman: barangsiapa yang berdoa kepadaku, niscaya aku kabulkan, barangsiapa yang meminta niscaya aku beri, barang siapa yang memohon ampun kepadaku, niscaya aku ampuni”. (HR. Muttafaq ‘Alaihi).

Pernah suatu ketika saya berjalan dengan kanda Syamsul, kami melihat perempuan cantik berjilbab liput menutup aurat. Kanda Syamsul langsung beristighfar dan menundukkan pandangannya, tidak seperti kebanyakan remaja yang matanya melotot dan menggoda para wanita cantik dengan bersiul suit suit atau menggoda dengan cara halus, assalamu’alaikum ukhtie.

Subhanallah, dalam usianya yang masih muda, ia sudah melanglang buana menuntut ilmu dan mencari pengalaman serta mampu mengangkat reputasi bangsa Indonesia di kancah internasional. Saat di kelas 3 Aliyah pun ia sudah menjadi Imam sholat tarawih 30 juz di Masjid Jami Sungai Jingah Banjarmasin.

Semoga menjadi inspirasi bagi santri dan mahasiswa Indonesia!
sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=904544722892582&set=a.184628314884230.50073.100000111881741&type=3

Artikel Terkait

2 komentar:

Arsip Blog