Rabu, 15 November 2017

Kisah Sahabat Barra bin Malik RA




            Barra bin Malik adalah seorang sahabat Anshar yang kurus dan bermata cekung. Ia masih saudara tua Anas bin Malik, sahabat sekaligus pelayan Nabi SAW yang banyak meriwayatkan hadits-hadist Nabi SAW. Barra bin Malik memiliki keberanian dan semangat juang sangat tinggi, kontras sekali dengan penampilan tubuhnya yang kurus kecil. Ia tidak takut kepada musuh apapun dan selalu merindukan untuk mati syahid. Karena itu ketika menjadi khalifah, Umar bin Khaththab pernah menulis surat pada wakil-wakilnya untuk tidak menjadikan Barra sebagai komandan pasukan, dikhawatirkan ia akan membawa pasukannya kepada kemusnahan, walau memang mati syahid, karena semangat jihadnya yang terlalu tinggi.

Pasukan yang dibentuk Khalifah Abu Bakar RA untuk menumpas pasukan Nabi Palsu Musailamah al Kadzab di Yamamah, pertama kali dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jahal, tetapi dapat dipukul mundur pasukan Musailamah. Pasukan kedua yang dipimpin oleh Khalid bin Walid juga sempat kocar-kacir, sebelum akhirnya Khalid merubah strategi dengan mengelompokkan pasukan sesuai kabilah dan golongannya, Barra diserahi untuk memimpin kaum Anshar. Riwayat lainnya menyebutkan dipimpin oleh Tsabit bin Qais bin Syammas, yang tidak lain masih pamannya sendiri. Atau bisa jadi, Barra sebagai komandannya dan Tsabit sebagai pembawa panji dari kelompok Anshar.

Dengan strategi ini pasukan Musailamah dipukul mundur dan berlindung dalam bentengnya yang kokoh, pasukan muslim sempat kesulitan menembus benteng karena dikelilingi tembok yang tinggi dan pintu yang terkunci rapat, sementara itu panah-panah menghujani mereka dari atas. Barra mengambil inisiatif beresiko tinggi untuk menjebol kebuntuan tersebut. Di dekat pintu gerbang benteng, ia duduk di atas sebuah perisai dan berkata kepada pasukannya, "Lemparkanlah aku ke dalam benteng dengan perisai ini, aku akan syahid, atau aku akan membukakan pintu gerbang ini untuk kalian!"

Sepuluh orang memegang perisai tersebut kemudian melemparkan Barra ke atas benteng. Tubuhnya yang kurus kecil dengan mudah melampaui dinding benteng, dan dengan pedang terhunus ia jatuh dikumpulan pasukan musuh yang menjaga   pintu gerbang. Dengan semangat tinggi Barra menyerang mereka dan setelah melumpuhkan sepuluh orang, ia berhasil membuka pintu gerbang benteng dan membuka jalan bagi pasukan muslim memasukinya.

Akhirnya Pasukan Musailamah dan Bani Hanifah dapat dikalahkan dan nabi palsu itu terbunuh oleh tombak Wahsyi bin Harb, tombak yang sama yang telah mengantarkan Hamzah kepada syahidnya di Perang Uhud. Sungguh suatu tebusan yang setimpal. Dalam pertempuran Yamamah ini, Barra berhasil membunuh seorang tokoh kepercayaan Musailamah yang dikenal sebagai Muhkam al Yamamah, atau Kaldai Yamamah, seorang lelaki tinggi besar dengan pedang berwarna putih. Atau mungkin juga mereka dua orang yang berbeda, yang keduanya dibunuh oleh Barra.
Ketika kembali ke kemahnya, Barra mengalami delapanpuluh lebih luka tusukan pedang dan anak panah. Namun dengan ijin Allah luka-luka itu akhirnya sembuh dalam waktu satu bulan.



Semangat Barra untuk memperoleh syahid terus berkobar, karena itu pertempuran demi pertempuran diikutinya. Tibalah pertempuran melawan tentara Persia di Tustar dimana ia juga terjun di dalamnya. Pasukan muslim berhasil memukul mundur pasukan Persia dan mengepung benteng kota Tustar, benteng pertahanan terakhir mereka.

Pasukan Persia bertahan dengan mengulurkan rantai--rantai besi panas yang ujungnya diberi pengait untuk menghalau pengepungnya, layaknya sedang memancing ikan. Mereka yang terkena kaitan dan ditarik ke atas benteng, nasibnya tidak akan beda jauh dengan ikan yang terkena pancingan nelayan. Beberapa orang muslim terkena kaitan dan ditarik ke atas, salah satunya adalah Anas bin Malik, saudara Barra bin Malik.

Melihat hal itu, Barra bergerak cepat untuk menyelamatkan saudaranya. Ia mencoba melompat dan memegang rantai besi tetapi tangannya jadi terbakar dan melepuh, namun demikian ia tidak berhenti berusaha sehingga akhirnya ia berhasil menaiki tembok dan memotong tali di atas rantai sehingga Anas bisa selamat.

Nabi SAW pernah bersabda, bahwa kadang-kadang ada orang yang berpakaian dua kain lusuh dan tidak diperdulikan (karena remeh keadaannya), tetapi jika dia bersumpah dengan nama Allah, maka Dia akan mengabulkannya, di antara mereka ini adalah Barra bin Malik.

Begitu kuatnya pertahanan benteng Tustar, kalau  terus berlarut-larut seperti itu, bisa-bisa tentara muslim akan kalah, maka beberapa sahabat yang menjadi saksi akan sabda Nabi SAW tersebut, segera meminta agar Barra berdoa dan bersumpah untuk kemenangan kaum muslimin. Barra memenuhi permintaan mereka ini. Ia berdoa, "Aku bersumpah kepadaMu, wahai Rabbku, berikanlah tengkuk-tengkuk mereka kepada kami, dan pertemukanlah aku dengan NabiMu…!”

Usai berdoa, bersama beberapa pasukan muslim lainnya, ia berusaha menyerang dan merusak pintu gerbang benteng yang begitu kokoh. Dan dengan pertolongan Allah mereka bisa menjebol benteng pertahanan Tustar, kemudian menyerang dan memporak-porandakan pasukan Persia. Barra sendiri berhasil berhadapan dengan Marzaban az Zarih, seorang pembesar dan pahlawan Persia yang telah terkenal, dan akhirnya ia berhasil membunuhnya. Tetapi keadaan Barra sendiri juga terluka parah, dan seperti permintaan doanya, ia gugur sebagai syahid dalam pertempuran ini.



                                      Peristiwa ini terjadi di masa khalifah Umar bin Khaththa

Artikel Terkait

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog