Senin, 13 November 2017

Kisah Sahabat Tsabit bin Qais bin Syammas RA



Tsabit bin Qais adalah seorang sahabat Anshar, paman dari Anas bin Malik, beberapa kali ia mengikuti perang bersama Rasulullah SAW. Ketika turun ayat tentang larangan mengeraskan suara di atas suara Nabi SAW (QS al Hujurat ayat 2), ia pun mengurung diri di rumah dan menangis, ia merasa kebaikannya habis dan termasuk ahli neraka karena termasuk yang terkena larangan tersebut.
Ashim bin Adi bin Ajlan lewat di depan rumahnya dan mendengar tangisannya. Ia  singgah dan  menanyakan penyebabnya, maka Tsabit berkata, “Aku khawatir ayat yang baru turun tersebut berkenaan dengan diriku, karena aku ini orang yang bersuara keras.”

Ashim melaporkan hal tersebut kepada Nabi SAW, dan beliau memerintahkan untuk menghadirkan Tsabit kepada beliau.

Riwayat lain menyebutkan, Nabi SAW yang tidak bertemu dengan Tsabit dalam beberapa hari, karena itu beliau menyuruh seorang sahabat untuk mencarinya. Ketika tahu keadaannya di rumah dalam keadaan bersedih dan menangis, sahabat tersebut menceritakan kepada Nabi SAW dan beliau menyuruh untuk menghadirkan Tsabit di majelis beliau.

Ketika Tsabit telah datang menghadap, Nabi SAW bersabda, “Apakah engkau tidak ridha jika engkau hidup terpuji, mati syahid dan kemudian masuk surga?”
“Saya ridha, ya Rasulullah,” Kata Tsabit, “Dan saya berjanji tidak akan mengeraskan suara saya di hadapan engkau selama-lamanya…!!”

Dalam pertempuran Yamamah melawan pasukan murtad yang dipimpin nabi palsu Musailamah al Kadzdzab, pasukan muslim sempat mengalami kekalahan. Pasukan pertama yang dipimpin Ikrimah bin Abu Jahal telah kalah, pasukan kedua juga sempat kocar-kacir, kemudian Khalid bin Walid memegang komando pasukan dan merubah strategi dengan mengelompokkan pasukan sesuai kabilah dan golongannya.



Tsabit bin Qais diserahi untuk memegang panji-panji kaum Anshar. Ketika melihat pasukan muslim porak-poranda, Anas bin Malik berkata kepadanya, "Wahai paman, apakah engkau tidak melihat?"
Tsabit mengerti maksud keponakannya tersebut, kemudian ia bersuara lantang lagi, "Bukan begini kami biasa berperang bersama Rasulullah, amat buruklah apa yang kalian lakukan terhadap musuh kalian dalam perang ini (yakni, lari mundur)."

Kemudian ia berdoa, "Ya Allah, sungguh aku berlepas diri dari apa yang mereka lakukan (yakni orang-orang murtad yang dipimpin oleh Musailamah al Kadzdzab), dan aku juga berlepas diri dari sikap mereka (kaum muslimin yang mundur)."

            Kemudian bersama Salim, maula Abu Hudzaifah yang membawa panji Muhajirin, mereka menghadang serangan musuh. Bahkan untuk tidak berlari mundur, mereka menggali lubang sebatas lutut dan berperang dengan semangat tinggi. Sikap heroik mereka berdua ini membangkitkan kembali semangat berjuang dan berjihad dari pasukan muslim sehingga akhirnya mereka memetik kemenangan. Tsabit bin Qais sendiri menemui syahidnya dalam pertempuran ini.

Artikel Terkait

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog